📿 EMPAT

1.9K 90 0
                                    

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Ku pikir baru beberapa hari yang lalu aku pertama kalinya merasakan hangat dan lembutnya udara musim semi. Tapi, sebentar lagi aku akan kurasakan musim semi di negara matahari terbit ini untuk ke dua kalinya. Dan kini hanya menunggu musim dingin yang panjang ini berakhir. Ku rasa memang waktu berjalan lebih cepat daripada sebelumnya. Secepat rasaku yang semula hanyalah sebuah bibit kecil namun kini sudah tumbuh menjadi sebuah pohon yang berakar. Yang tak kan dengan mudahnya terkikis karena erosi ataupun tumbang terhempas gelombang tsunami.

Aku tak mengerti dengan diriku sendiri. Aku tahu ini salah, perasaan yang seperti ini salah. Tapi, aku tak mampu menepisnya, aku tak mampu menghapusnya. Meskipun sejak awal aku sudah berusaha menghindarinya, tapi cinta yang datangnya tiba-tiba itu mengalahkanku juga. Aku tak tahu harus bagaiman? Harus bagaimana menghadapinya? Terlebih bagaimana harus menghadapi orang-orang yang akan tersakiti karenaku. Dan lebih dari itu, bagaimana aku mempertanggungjawabkannya nanti pada Tuhan? Aku mencintai seseorang yang sudah mempunyai kekasih, terlebih seseorang yang tak seiman denganku. Dilihat dari sudut pandang manapun dari sisi agamaku jelas ini adalah sebuah kesalahan. Tapi, kenapa aku tidak bisa menghindar? Jika ini adalah sebuah dosa, mengapa Tuhan mengirimkannya untukku. Jika ini adalah salah mengapa Tuhan mengizinkan cinta itu masuk dan bersemayam dalam hatiku?

Masih teringat jelas dalam ingatanku, ketika aku terisak tangis di malam hari itu. Ketika ku gelar sajadah panjangku sebagai tempat sujudku kepada pemilik-ku, Tuhanku. Aku bersimbuh dengan linangan air mata yang tiada henti, meminta kepada Tuhan untuk mengambil rasa ini dariku. Terkadang, aku ingin bersikap egois saja. Meminta kepada Tuhan untuk mengizinkaku berbuat kesalahan satu kali ini saja. Ini cinta pertamaku, dan aku ingin menjaganya semampuku, meski ku tahu aku tak kan cukup kuat untuk itu. Terlebih, ketika aku mendapati kebenaran itu. Kebenaran yang ku dengar beberapa waktu lalu.

" Young Ha san, apa kau menyukai Najwa chan..?" tanya Nakato, teman Park Young Ha yang juga merupakan asisten dokter Dokuro, sama seperti Park Young Ha.

"Bagaimana mungkin aku menyukai wanita seperti itu?"

"Kenapa? Kau tidak suka penampilannya?"

"Em.. tidak juga. Tapi... kau tahu sendiri kan aku sudah bertunangan dan sebentar lagi aku akan menikah..,"

Aku yang mendengar kata-kata itu seolah kehilangan keseimbangan dan kesadaranku. Aku terjatuh dan tak sadar apa yang tengah ku lakukan di situ. Tumpukan map dan kertas-kertas di dalamnya yang kubawa tercecer di depan perpustakaan. Beberapa orang berlalu lalang pergi mengabaikanku, dan beberapa diantarany pula ada yang dengan berbaik hati bersedia membantuku memungut kertas-kertas yang berserakan itu.

Sejak saat itu, kami jarang bertemu. Setiap kali aku melihat dia mencariku aku langsung pergi dan bersembunyi. Aku tidak marah karena dia akan segera menikah karena itu urusan pribadinya, tapi aku merasa kecewa karena dia tidak pernah mengatakannya padaku. Terlebih ketika aku menaruh harapan tinggi padanya, dan rasa ini seolah menguap bagai air yang berubah menjadi udara. Rasa cinta ini menyeruak hingga tak terkendali bahkan oleh do'a dan ucapan tasbih yang senantiasa ku senandungkan.

Keanehan sikapku itupun akhirnya tercium olehnya. Dia akhirnya tahu bahwa aku sedang berusaha keras untuk menghindarinya meskipun dia tidak tahu jika sesungguhnya ku lakukan itu untuk menyembunyikan rasaku untukknya yang tak akan mampu kutepis lagi setiap kali kulihat sepasang mata di balik sakura itu.

"Najwa chan, kau kenapa? Kenapa menghindariku..?" tanyanya.

"Ak...aku...?" ucapku terbata-bata tanpa tahu apa yang seharusnya ku katakan selanjutnya.

"Najwa chan, apakah aku sudah berbuat salah padamu?"

"Oh...tidak. Tidak..,"

"Lalu, kenapa kau menghindar dariku?"

SEPASANG MATA DI BALIK SAKURA (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang