PROLOG

237 19 17
                                    

"Kamu itu bintang. Yang cuma bisa dipandang dari jauh dan sampai kapanpun gak akan pernah bisa diraih. Kalaupun bisa, mungkin itu cuma mimpi. Sama seperti halnya aku yang hanya bisa bermimpi untuk bisa meraih bintang itu."

••••

Suara gemuruh terdengar dari tengah lapangan. Alvano Alando, baru saja menyelesaikan pertandingan basket dan berhasil mencetak angka sebanyak 13 kali. Alvano mengelap asal keringat didahinya serta merapihkan jambulnya yang berantakan. Hal itulah yang membuat Alika Arania--seorang gadis culun yang menyukai Alvano, hampir kehilangan seluruh napasnya.

Hari ini, Alika akan menyatakan perasaannya kepada Alvano. Meski sudah dilarang berulang kali oleh Natha, Alika tetap tidak mengubah keputusan bodoh nan memalukannya itu.

Perlahan namun pasti, Alika mulai berjalan kearah Alvano. Dikumpulkannya keberanian yang sempat menciut ketika jarak tempat ia berdiri semakin dekat dengan jarak tempat Alvano duduk.

"Alvano..," Panggilnya pelan. Alvano menengok sekilas, lalu membuang muka saat mengetahui Alika-lah yang memanggil namanya.

"Alvano, ini untuk kamu." Lanjut Alika sembari memberikan 2 batang coklat berlogo "SilverQueen" ditangan kanannya serta sebotol air mineral ditangan kirinya.

Alvano memberikan tatapan tak suka kearah gadis culun itu. "Mau apa?" Tanyanya dengan nada tidak mengenakan.

"Aku suka sama kamu." Jawab Alika to the point.

Alvano diam. Terlihat sekali ia sedang menahan emosi sekaligus menahan malu. Alika--gadis yang ia benci, sekaligus gadis yang dibully satu sekolah, sedang mengutarkan perasaan padanya. Para muridpun, sudah melingkari mereka untuk menonton aksi bodoh itu.

"Alvano..," Panggil Alika lagi.

"Pergi." Balas Alvano dingin sembari membuang muka. Tak ingin bertatapan dengan sepansang mata milik Alika.

"Tapi...," Ucapan Alika terputus. Alika menundukan kepala serta merapihkan kacamata tebalnya yang hampir terjatuh karena menahan malu dan tak tau harus berkata apalagi.

"Gue bilang pergi. Gue gak suka sama lo." Balas Alvano masih dengan nada yang sama. Alika masih mematung dalam posisinya.

"Kalo lo masih gak mau pergi, minggir. Biar gue yang pergi. Sebelumnya makasih, tapi gue gak akan makan coklat ataupun minum air yang lo kasih." Ujarnya cuek sembari melempar coklat serta air mineral pemberian Alika kesembarang arah. Lalu pergi berlalu meninggalkan Alika yang masih menahan malu akibat perlakuannya tadi.

"Bro! Tunggu! Alika sayang makasih ya coklatnya. Aku juga suka kok sama kamu. Lopyuu beb." Ucap Dery--sahabat Alvano sembari mengedipkan mata kanannya kearah Alika serta memungut coklat yang telah dilempar oleh Alvano.

Alika masih terdiam ditempat yang sama. Sementara itu, siswi-siswi yang sedari tadi berkumpul membentuk lingkaran, kini mulai bubar sembari tertawa terbahak-bahak karena merasa puas akibat perlakuan Alvano terhadap Alika tadi.

"Udah gue bilang, gak usah nekat. Ayo balik kekelas." Ucap seseorang yang saat ini menjadi satu-satunya sahabat Alika. Siapa lagi kalau bukan Natha?

Alika menggeleng. Mau ditaruh mana muka dia jika dia kembali kekelas? Mengingat Alika satu kelas dengan Alvano. "Gue mau pulang." Sahut Alika.

"Yaudah. Kita bolos hari ini." Betapa beruntungnya Alika memiliki sahabat seperti Natha. Ya, setidaknya masih ada satu orang yang benar-benar memahami dirinya. Natha tak pernah malu memiliki sahabat yang dijauhi satu sekolah dan dianggap menjijikan. Padahal, Natha masuk kedalam deretan cowok popular yang memiliki banyak penggemar dan merupakan most wanted di SMP-nya ini.



••••••••

Selamat baca cerita baruu! "Jatuh" bakal tetep dilanjutin tapi aku bakal lebih fokus sama cerita ini. Gak tau kenapa, tiba-tiba mood ilang buat ngelanjutin "Jatuh" tapi tetep diusahain buat tetep lanjutt. See u dipart selanjutnya💕

14 Januari 2017

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang