01 - Berkelahi

113 17 9
                                        

"Aku gak ngerti kenapa sesulit ini melupakanmu. Padahal, aku sendiri tau kalo kamu gak pernah menyadari hadirnya aku disini sedikitpun."

•••

Langkah Alvano terhenti ketika ia mendengar rintihan kecil dari dalam gudang lama sekolahnya. Gudang tersebut tak layak pakai dan tak banyak siswa yang berlalu lalang disekitar gudang ini.

Merasa penasaran, ia pun mencoba mendekat kearah gudang. Semakin dekat langkahnya, semakin jelas pula suara rintihan itu terdengar. Alvano mencoba memutar gagang pintu gudang dan hasilnya nihil. Pintu terkunci.

"Tolong..," Rintih seseorang dibalik pintu gudang. Bulu kuduk Alvano sempat berdiri mengingat cerita-cerita mistis tentang gudang belakang sekolah yang terbengkalai ini. Perlahan, langkahnya mulai menjauh dari pintu gudang dan berniat ingin berlari. Tak lucu jika pagi-pagi begini ia sudah mendapat pemandangan mengenaskan dalam seumur hidupnya.

"Siapapun, please bukain pintunya. Tolongin gue." Alvano menarik napas lega setelah mendengar suara seorang perempuan dari dalam sana. Diurungkan niatnya untuk berlari dan kembali mendekat kearah pintu gudang.

"Tunggu." Untuk mempersingkat waktu, Alvano memilih untuk mendobrak gudang tersebut menggunakan sebuah kursi lapuk yang terletak disebelah pintu gudang. Gudangpun terbuka.

"Al.. Alvano?" Ucap seorang perempuan dengan style andalannya. Kacamata tebal, rambut diikat satu berantakan, serta memakai rok hingga ketengah perut. Culun sekali. Tapi.. ada yang beda. Pakaiannya basah dan bau amis.

Alvano memandang jijik kearah perempuan itu. Tau gini, dia lebih milih buat ketemu mba kunti dibanding harus ketemu dengan makhluk aneh pagi-pagi gini. Perempuan tersebut adalah Alika. Orang yang pernah nekat menyatakan perasaannya saat mereka duduk dibangku kelas 8. Bahkan, hingga saat ini Alika masih tetap mencintainya seperti dulu.

"Makasih.. Kalo gak ada kamu, aku gak tau bakal gimana." Ujar Alika sembari menundukan kepala dan membenarkan posisi kacamatanya yang hampir saja terjatuh.

"Kalo gue tau lo yang ada didalem, gak akan gue tolongin. Gak usah geer. Lagian kenapa sih masih pagi gini bisa kekunci? Terus itu kenapa seragam lo?" Sahut Alvano dingin. Sedingin es. Bahkan kutub utara aja mungkin kalah dengan dinginnya Alvano.

"Aku.. aku dikerjain sama rombongan anak kelas 12." Jawab Alika dengan nada lirih.

Alvano membuang pandangannya seraya berkata, "Bagus. Orang kayak lo emang pantes diperlakuin gini."

"Alika!"

Alvano mengalihkan pandangannya dan bertatapan dengan mata elang milik Natha.

"Lo apain temen gue?!" Ucap Natha emosi sembari menarik kerah baju Alvano tanpa mendengarkan penjelasan yang sebenarnya terlebih dahulu.

"Lo ngomong sama gue?" Tanya Alvano santai.

Bugh! Satu pukulan berhasil mendarat dipipi kanan Alvano.

"Banci lo berani nyakitin perempuan! Belum puas lo bikin dia malu dua tahun yang lalu?" Ucap Natha emosi.

"Udah Natha. Justru karena Alvano aku bisa keluar dari gudang ini. Kamu apa-apaan sih main pukul gitu?" Lerai Alika.

Alvano mendecak, "Cari tau dulu yang sebenernya baru lo boleh bertindak. Lagian suruh siapa temen lo bego waktu itu pake-pake nembak gue ditengah lapangan? Dan ini balesan buat lo yang udah berani mukul gue."

Bugh! Bugh! Bugh! Kali ini 3 pukulan sekaligus mendarat mulus dipipi kanan Natha. Perkelahian tak dapat dihindari. Mengingat Natha dan Alvano merupakan musuh bebuyutan semenjak mereka berebut gelar sebagai "Kapten Basket" dan Alvano-lah yang memenangkannya.

"STOP!!! Natha udah. Tolong berhenti!" Parau Alika. Hatinya seakan hancur melihat dua orang yang ia sayangi bertengkar didepan matanya sendiri. Dan bisa dibilang, ialah penyebab awal pertengkaran mereka.

Natha berhenti melawan. Sedangkan Alvano emosinya tetap menggebu-gebu. Dengan terpaksa, Alika mengambil langkah tengah untuk melerai mereka dengan cara menjadi batas diantara mereka berdua.

Dan bugh. Alika terkena serangan Alvano. Hidungnya mengeluarkan darah dan tak lama ia tak sadarkan diri.

"Brengsek! Urusan kita belum selesai!" Teriak Natha menggebu-gebu lalu menggotong tubuh Alika menuju UKS.

Alvano masih mematung pada posisinya. Baru kali ini ia berbuat kasar pada seorang perempuan. Walaupun Alika merupakan orang yang ia benci, tetapi tetap saja ia menyesali perbuatannya yang tak disengaja itu.




••••••••

Sesuai janji, cerita baru bakal lebih sering update hoho. See u dipart selanjutnya💕

15 Januari 2016

UnbelievableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang