04. Note Me (2)

169 15 0
                                    

Tanpa sengaja, saat masuk ke gudang, Irene bertemu dengan Seulgi.  Awalnya Irene terkejut, tapi kemudian ia tersenyum lalu menghampiri temannya itu.

"Seulgi, kau sedang apa ?" tanya Irene lalu berdiri sejajar dengan Seulgi.

"Apa yang kau lakukan ?"

Seulgi langsung menghindar. Mundur tiga langkah dari Irene. Aura kebencian jelas terlihat dari sorot mata gadis kecil itu. Antara kekecewaan, kebencian, kesedihan. Begitulah yang Irene tangkap dari mimik wajah sahabatnya.

Sedang Irene masih setia dengan senyum yang mengembang di bibir. Mengubah semua aura tersebut menjadi keceriaan dalam hatinya. Sebisa mungkin, ia akan terus mendekati Seulgi. Menyentuh hati terkecilnya dan menghilangkan sedikit demi sedikit kebencian tersebut menjadi persahabatan lagi.

"Seulgi. Aku tahu kau marah padaku. Kau menganggapku ingkar janji. Aku minta maaf. Aku benar-benar menyesal. Aku ingin kau kembali lagi menjadi temanku. Sahabat terbaikku"

Seulgi menggeleng pelan. Jujur, ia bukan pribadi yang mudah memaafkan seseorang. Sakit hatinya tidak bisa terobati begitu saja. Kepercayaannya kepada seorang teman telah hancur. Kau tahu, sakit hati seorang anak kecil itu sangat berbahaya. Jangan di kira anak kecil mudah melupakannya dan keadaan kembali seperti semula. Nyatanya ini tidak.

"Aku bukan temanmu !!!"

"Sudah ku katakan berapa kali. Aku tidak akan pernah memaafkanmu"

Bagai di hantam ribuan beton. Hati Irene kecil sangat lemah saat itu hanya dengan mendengar kata-kata Seulgi. Ia sungguh tak menyangka akan jadi seperti ini.

"Seulgi-"

"Jangan namaku. Ku peringatkan kau, jangan pernah menyebut namaku. Jangan pernah. Sekalipun jangan !!!"

Seulgi langsung bergegas pergi. Namun, langkahnya terhenti karena tarikan tangan Irene padanya. Secepat mungkin ia langsung menepisnya.

"Seulgi, kita bisa memperbaiki semua ini. Ku mohon"

Seulgi hanya diam seribu bahasa. Meski begitu, matanya jelas berbicara yang sebaliknya tentang apa yang di katakan Irene.

"Seulgi"

Mata Seulgi langsung menutup rapat-rapat. Mendengar suara Irene saja rasanya sangat memuakkan baginya. Sebenci itukah ia ?

"Hhhh !!! Bisakah kau diam !!!"

"Dengar. Jika kau memang benar-benar ingin menjadi temanku lagi, maka jauh-jauh dariku dan pergilah sejauh mungkin"

"Tidak, itu tidak benar..."

Seulgi mulai maju selangkah. "Jika kau tak mau, jangan pernah jadi temanku" sengaja Seulgi mendorong bahu Irene sampai gadis kecil itu mundur beberapa langkah.

"Jangan kira, aku masih Seulgi yang dulu. Dulu memang, di matamu aku ini orang paling baik dan pengertian. Begitu juga kau di mataku. Namun kali ini jelas sangat berbeda"

Seulgi terus melangkah maju tanpa ragu. Semua yang  ia rasakan selama ini, setelah kekecewaan itu. Ia tumpahkan semuanya. Sehingga tak akan ada lagi yang ia tutupi. Ia mendorong tubuh Irene. Seakan menyuruh gadis itu segera enyah darinya.

"Seulgi. Cukup"

"Apa ? Kau bilang bisa memperbaiki semuanya ?"

Sekali lagi Seulgi mendorong bahu Irene. Membuat Irene sesekali meringis pelan karenanya dan Irene tak bisa berbuat apa-apa. Ia bingung harus mengatakan apa.

"Kau menghacurkan kepercayaanku. Kau menghancurkan semuanya. Tak terkecuali. Aku benci padamu. Sangat benci"

Satu dorongan kuat dari tangan kecil Seulgi, berhasil membuat Irene tersungkur dan mengubah letak tumpuan kayu yang sengaja di gunakan untuk menyangga pipa besi panjang di atas. Secepat kilat, pipa-pipa tersebut langsung jatuh dan mengenai Irene yang belum sempat menyelamatkan diri. Semuanya begitu cepat, tak terkendali.

Kala itu, Seulgi kecil hanya ternganga sekaligus bingung tatkala ia mendengar suara teriakan dan rintihan Irene. Hal yang tak pernah ia rencanakan. Tak pernah sedikit pun terlintas di pikirannya berhasil terjadi hari ini. Ia menyakiti Irene. Tak beberapa lama kemudian, darah segar mengalir di lantai. Seulgi tahu darah siapa itu. Gadis kecil itu langsung menyingkirkan pipa-pipa yang menutupi Irene. Di lihatnya temannya itu yang sudah tak sadarkan diri. Keningnya berdarah. Tidak. Seulgi harus bagaimana. Sekarang ia harus bagaimana.

Sementara di sisi lain, sebentar lagi D.O akan sampai di gudang. Ia berjalan kecil di lorong sambil sesekali melantunkan lirik-lirik kecil di bibir imutnya.

"Irene"

Tepat saat itu, D.O datang. Keduanya mata bulatnya langsung terbelalak melihat pemandangan ngeri di hadapannya. Ia langsung berlari menghampiri Irene. Menepuk pipi gadis kecil tersebut. sambil terus meneriaki namanya.

"Irene !!! Bangun"

Di sisi lain, tanpa sepengetahuan D.O. Diam-diam Seulgi mengendap-ngendap keluar dari gudang. Seperti seekor harimau yang meninggalkan mangsanya begitu saja. Seulgi benar-benar tak bertanggung jawab. Pikirannya terlalu kalut.

"Irene !!!"

D.O masih berusaha menyadarkan Irene meski kenyataannya tak bisa. Ia pun mengambil keputusan untuk melapor kepada guru. Tak sangka, saat ia membalikkan badan. Ia melihat Kai sudah berdiri di depannya. Kedua mata pria kecil itu langsung tertuju pada tubuh seseorang yang terkapar di sana. Kai mengambil langkah mundur. Keluar dari gudang dan segera mengambil keputusan untuk melapor ke guru. Pada saat itu juga, Irene di nyatakan meninggal dan dengan tersangka utama D.O. Begitulah yang di katakan kepala sekolah waktu itu.

Setelah kejadian tersebut. Dengan tuduhan bahwa D.O lah yang melenyapkan Irene. Maka, dengan sangat terpaksa ia harus meninggalkan sekolahan. Demi menjaga nama baik sekolah. Hal itu harus D.O lakukan. Ia harus bertanggung jawab atas apa yang tidak pernah ia lakukan.

>

>

>

Akhirnya aku bisa bikin asal mula, Kai benci sama D.O dan maksud kedatangan Seulgi.

Semoga kalian nggak akan pernah bosen ngikutin cerira mereka ya...

Sampai ketemu di episode berikutnya. Thank you :D and please waiting :)

#Keikocyan



Last Love (Sequel First Love)Where stories live. Discover now