[Raya pov]
Semua siswa SMA 5 Cendrawasih berkumpul di lapangan dengan mengenakan seragam olahraga termasuk gue, Arsyaf, Renan, dan El. Kali ini kami berempat berpisah tempat karena beberapa alasan.
Gue bersama Lea asyik mengobrol. Arsyaf dikelilingi cewek-cewek centil, Renan digandeng Tantri, sementara El bersama Zen dan anak buahnya yang lain. Kami semua pun sudah bersiap melakukan jalan sehat bersama di hari sakral kelahiran bangsa Indonesia ini.
Para cowok seperti biasa jalan duluan. El berjalan duluan bersama gengnya, Renan menyusul di belakangnya bersama Tantri, Arsyaf berada di tengah barisan bersama puluhan fansnya, sedangkan gue dan Lea berjalan malas pada barisan paling belakang. Seperti yang gue jelaskan sebelumnya, gue dan Lea nggak suka olahraga.
"Gimana? Lo sudah nonton the legend of the blue sih nggak?" Lea mengawali pembicaraan.
Gue mengangguk semangat. "Sudah! Sudah!"
"Ya ampun! Lee Min Hoo ganteng banget ya?"
Gue cuma manggut-manggut mengiyakan opini Lea.
"Tapi menurut gue kurang pantes jika main bersama Jung Ji Hoon!" Lea beropini lagi.
"Enggak kok! Menurut gue pantes-pantes aja!"
"Enggak, Ray! Lee Min Hoo terlalu Wow buat Jung Ji Hoon!"
"Pantes kok!" Sanggah gue.
Karena kami keasyikan mengobrol drama korea, akhirnya kami tertinggal jauh dari teman-teman yang lain. Arsyaf dari kejauhan tampak berhenti, melambankan langkahnya dan menunggu gue.
Sesampainya gue dan Lea ke tempat Arsyaf berhenti. Lalu kami berempat pun berlari bersama-sama.
"Giliran maen ke dufan aja semangat banget! Giliran olahraga malah sontoloyo!" Arsyaf menggerutu.
Gue melirik Arsyaf ganas. "Apaan sih lo?! Pergi sana sama dayang-dayang lo!"
Kami bertiga semakin lama semakin ketinggalan barisan hingga akhirnya kami pun mempercepat langkah kami. Tapi....
Braaaakkk
Gue tiba-tiba tersandung. Arsyaf dan Lea terperanjat kaget ketika mendapati gue terjatuh di atas aspal dengan dengkul berdarah.
"Raya? Lo nggak apa-apa?" Tanya Arsyaf cemas.
"Ray, dengkul lo berdarah! Bagaimana ini?" Lea tampak kebingungan.
"Gue nggak apa-apa kok!" Ujar gue sembari mencoba berdiri tapi goyah dan hendak terjatuh. Untung Arsyaf menahan gue.
Gue duduk kembali di atas aspal. Arsyaf memegang pergelangan kaki gue. Lalu gue teriak kesakitan secara spontan.
"Kaki lo keseleo!" Ucap Arsyaf lalu berbalik membelakangi gue dan menyiapkan punggungnya. "Ayo gue gendong!"
Gue malah menabok punggungnya dengan keras. Ouch! Dia mengerang kesakitan lalu menoleh sambil mendelik marah ke gue.
"Sudah, Ray! Naik aja ke punggung Arsyaf! Kalau enggak, bisa-bisa luka lo malah jadi tambah parah," kata Lea khawatir.
"Iya, Yap! Cepetan naik!" Tambah Arsyaf.
"Tapi 'kan gue berat!" Ujar gue malu-malu.
"Lo itu makhluk gaib! Nggak ada massa jenisnya tau nggak? Jadi, nggak bakalan berat." Arsyaf masih kekeh menyiapkan punggungnya buat gue.
Perlahan, gue naik ke punggung Arsyaf dengan dibantu Lea. Kemudian gue melingkarkan kedua tangan gue ke sekeliling lehernya. Di atas punggungnya, samar-samar gue bisa mencium bau sampo dari rambutnya. Wangi! Kali ini dia nggak banyak bacot seperti biasanya. Dia hanya berjalan lurus menuju sekolah.
Sesampainya di sekolah, dia membawa gue ke UKS dan membiarkan perawat UKS mengobati luka gue. Walau dia sering ngeselin, sering cari ribut sama gue, tapi dia sebenarnya baik dan perhatian. Arsyaf, semoga hubungan kita selalu seperti ini. Nyaman.
Note : jangan lupa vote dan komen 😄
KAMU SEDANG MEMBACA
FEMME FATALE / CEWEK CETAR
Fiksi RemajaSoraya Aldric, cewek paling cetar di SMA 5 Cendrawasih. Hobinya keluar masuk ruang BK. Dan setelah kejadian menggemparkan di malam diklat, dia kini mempunyai hobi baru, yaitu membully Arsyaf, si the most wanted boy. Pertengkaran mereka lama-kelamaan...