Jimin keluar dari cafe dengan wajah tenang. Kedua tangannya membawa masing-masing gelas berbahan sterofoam berisi cairan cappucino. Jimin memberikan senyum saat Yugyeom tersenyum dari tempatnya.
Tapi biar bagaimana pun Jimin bertindak layaknya seseorang yang baik-baik saja, tetap saja ada bagian dari hatinya yang ingin orang lain mengetahuinya. Kedua matanya yang terlihat berkaca-kaca tidak bisa berbohong meskipun ia menarik bibirnya membentuk senyum lebar.
"Ini."
Yugyeom mengernyit melihat segelas cappucino di tangannya. Ia mendongak, melirik pada gelas yang Jimin pegang dan semakin mengernyit heran. "Jimin? Kau pesan apa?" Yugyeom bertanya setelah hidungnya mencium bau yang sama dengan minuman yang ia punya.
Jimin menoleh sebentar pada Yugyeom lalu mendudukan dirinya di sebelah Alpha itu. "Cappucino. Sama denganmu," jawabnya pelan. Ekspresi Jimin terlihat mengerut tidak enak begitu indra perasanya bertegur sapa dengan rasa minuman yang ia pesan.
Di sampingnya, Yugyeom hanya diam dengan pandangan mata yang tidak bisa di baca. Ekspresinya benar-benar terlihat sangat bingung. "Jimin? Bukannya kau tidak menyukai cappucino?" pergerakan tangan Jimin langsung berhenti begitu Yugyeom bertanya demikian. Omega itu menggigit bibir bawahnya dan memaksakan sebuah senyum.
"Aku ingin merasakan rasanya..," jawab Jimin ragu. "Apa tidak boleh?" lanjutnya.
Yugyeom terdiam mendengar jawaban Jimin. Seingatnya, Jimin sangat tidak menyukai minuman berperisa cappucino tersebut. Omega itu akan langsung protes dan meminta minumannya diganti dengan rasa lain begitu ia mendapatkan rasa cappucino. Yugyeom juga sangat ingat jika bulan lalu, Jimin menolak mentah-mentah cappucino yang ia belikan khusus untuk Jimin.
Jimin dan Yugyeom terdiam untuk waktu yang lama. Mereka menikmati cappucino dengan mimik wajah yang berbeda. Jika Yugyeom menikmati cappucino miliknya, maka Jimin terlihat menahan mual saat meminumnya. Omega itu berkali-kali hendak membuang keluar cappucino yang masuk ke dalam mulutnya, tapi mengingat jika Yugyeom berada tepat di sampingnya, maka dengan terpaksa ia menelan cairan itu.
Ketahuilah, sesungguhnya Yugyeom benar-benar tidak begitu menikmati cappucinonya. Matanya sesekali mencuri pandang pada Jimin yang duduk di sampingnya. Selama itu juga ia mendapati ekspresi Jimin yang begitu tidak nyaman saat meminum cappucino miliknya. Ia ingin mengejek Jimin, tapi sepertinya saat ini bukan saatnya untuk bercanda.
Lama kelamaan, Yugyeom merasa ada yang tidak beres dengan gelagat Jimin. "Hah~!" Yugyeom mendesah berat dan menaruh gelas cappucino miliknya yang sudah kosong. Tangan Alpha itu terangkat, dan dengan cepat merebut gelas berbahan sterofoam milik Jimin.
"Hei!"
"Jika kau tidak nyaman dengan minuman ini, kenapa kau tetap memaksa meminumnya?"
Jimin mendengus kesal, "siapa bilang aku tidak nyaman? Aku menikmatinya!" bantahnya tidak terima. Tangannya terangkat mencoba meraih gelas cappucino miliknya, tapi Yugyeom malah semakin menjauhkan gelas itu. Jimin mengerang kesal dan membentak Yugyeom dengan rengekan hendak menangis.
"Kau bukan pembohong yang baik, Jimin," Yugyeom menyahut dengan nada seriusnya. Ia terus menjauhkan gelas cappucino milik Jimin, dan Jimin terus berusaha meraih gelasnya.
"Kembalikan!"
"Yugyeom! Kembalikan!"
Jimin terus berusaha meraih gelas itu.
"Kembalikan.." Namun, suara Jimin mulai memelan seiring dengan gerakannya yang ikut memelan. "Yugyeom..! Kembalikan.."
Yugyeom tertegun melihat kedua mata Jimin yang berkaca-kaca. Ia mematung di tempat saat Omega itu menjatuhkan air matanya, hingga membasahi pipi gembilnya yang lucu. Kedua pipi Jimin memerah dan mata Omega itu berlinang air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jungkook, I'm your Omega!
FanfictionJimin tau betul siapa Alphanya. Jimin sangat yakin dengan orang yang memiliki tanda mate yang sama dengan tanda yang ia punya! Tapi keraguan dalam dirinya mengurungkan niatnya untuk menghampiri Jungkook, dan lebih memilih untuk menutupi kebenaran...