Part 1: Dandelion

28.5K 908 7
                                    

Selamat membaca...

Kekhusukan seorang gadis berumur dua puluh tahun saat bersujud di sepertiga malam harus terganggu dengan suara teriakan dari Tantenya.

"Randa....." teriak Rina.

"Ish... Tante Rina apa-apaan sih. Masa tengah malam gini main teriak-teriak, kan ganggu tetangga yang lagi pada istirahat. Emangnya dikira ini hutan apa." Randa bangkit lalu melipat sajadahnya.

"Randa... Di mana kamu?" terdengar suara teriakan Tantenya lagi. Randa bergegas melangkah untuk membuka pintu kamarnya masih dengan mukena yang melekat di tubuhnya.

"Tante bisa enggak? Enggak usah pakai teriak-teriak segala. Ini rumah Tan, bukan hutan. Enggak enak juga kalau tetangga pada dengar, mereka pasti terganggu tidurnya gara-gara dengar suara teriakan Tante." Randa berbicara selembut mungkin menahan emosinya yang sudah sampai ubun-ubun.

"Halah enggak usah sok-sok'an ceramahin Tante deh kamu. Anak baru kemarin aja mau ngajarin Tante ini itu." Rina melangkah mendekati Randa yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya.

"Mana uang kamu?" Rina menengadahkan telapak tangannya di hadapan Randa.

"Uang apa sih, Tan?"

"Enggak usah mengelak dari Tante. Tadi kamu habis terima gaji kan? Sekarang mana uangnya?"

"Habis Tan, buat bayar kontrakan sama belanja bulanan."

"Dasar pelit kamu. Tante enggak percaya, pasti kamu sudah menyembunyikan uang kamu itu biar enggak ketahuan sama Tante. Iya kan? Minggir kamu." Rina langsung menerobos masuk ke dalam kamar Randa. Mengacak-acak kamar tersebut dan tersenyum senang saat apa yang ia cari sudah berada di tangannya.

"Ini apa? Hum?" Rina menunjukan sebuah amplop berwarna putih yang ia genggam ke depan muka Randa.

"Itu uang untuk bayar kontrakan, Tan. Aku mohon jangan diambil, Tan." Randa mencoba merebut uang yang ada di tangan Rina namun Rina segera menyembunyikan tangannya di balik punggungnya.

"Jangan sekali-kali kamu mencoba untuk membohongi Tante ya. Awas aja kamu kalau sampai enggak kasih uang kamu lagi ke Tante." Rina berlalu meninggalkan Randa yang menatap nanar kepergian Tantenya.

Tubuh Randa langsung jatuh terduduk di dinginnya lantai kamarnya seiring dengan air matanya yang luruh.

"Ya Allah berilah hambamu ini kesabaran, ketabahan, serta keikhlasan untuk tetap melanjutkan kehidupan hamba ini." doanya.

Air mata Randa mulai membanjiri wajahnya. Ia teringat akan masa-masa di mana kedua orang tuanya masih hidup. Ia rindu mereka. Papa dan mamanya yang begitu menyayanginya. Ia rindu dipeluk dan dicium mereka. Sedetik kemudian ia tersadar, ia tak boleh terus menerus meratapi hidupnya. Ia harus bisa bangkit melanjutkan hidup walau terasa berat untuk melangkah.

Randa berdiri lalu melepas mukenanya dan memakai kerudungnya kembali kemudian ia keluar kamar untuk mengecek apakah pintu kontrakannya sudah dikunci Tantenya atau belum sebelum ia melanjutkan tidurnya lagi.

Up ulang, kemarin diunpublish dulu untuk direvisi.

Makasih buat teman-teman yang sudah mampir dan membaca cerita ini.
Jangan lupa kasih vote dan komentarnya...

Sampai jumpa dipart selanjutnya....

DANDELIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang