Selamat membaca........Seusai salat Subuh, Randa membantu Bik Odah membersihkan rumah Elang. Ia masih mengenakan piyama kebesaran milik Elang dan juga kerudung yang dipinjamkan Bik Odah tadi malam.
Pukul 06.00 WIB, Bik Odah pergi ke pasar sementara Randa menyiapkan menu sarapan untuk keluarga Elang dan orang-orang yang bekerja di rumah Elang.
Randa sudah bersiap dengan bahan-bahan makanan yang sudah ia ambil dari kulkas. Ia akan membuat nasi goreng dan telur mata sapi untuk menu sarapan pagi ini.
Randa terlalu sibuk menyiapkan bumbu dan bahan tambahan untuk nasi goreng yang dibuatnya tanpa menyadari kalau sedari tadi ada seorang bocah laki-laki berusia sekitar delapan tahunan yang mengintip di pintu dapur.
Sedari tadi bocah tampan itu terus memperhatikan gerak-gerik Randa di dapur. Ia menatap bingung siapa perempuan yang berada di dapur rumah papanya sepagi ini.
Suara langkah kaki dan disusul sosok Elang yang baru sampai di lantai bawah dengan rambut basah dan pakaian santai mengalihkan fokus bocah tampan tersebut. Ia segera berlari menghampiri papanya.
Elang menatap heran jagoannya setelah anaknya berdiri di depannya. Ia mengernyit bingung saat anak semata wayangnya itu tersenyum lebar menampilkan gigi putihnya yang terlihat rapi.
Elang berjongkok mensejajarkan tingginya dengan tinggi jagoannya.
"Yuda kenapa senyum-senyum gitu, hem?"
"Hehe... Yuda habis lihat bidadari, Pa."
"Bidadari?"
"Iya, tuh di dapur Papa. Tante bidadarinya lagi masak." balas Yuda sambil menunjuk ke arah dapur.
"Bik Odah?" tanya Elang sembari mengernyitkan keningnya.
"Ih... bukan, Papa. Kalau Bik Odah kan badannya gendut. Tapi yang Yuda lihat itu cantik, Pa."
"Yuk ikut Yuda. Yuda tunjukkan Tante bidadarinya lagi masak di dapur." lanjut Yuda.
Bocah tampan yang diketahui bernama Garuda atau kerap dipanggil Yuda itu, menarik tangan kanan Elang dan melangkah kembali menuju ke dapur.
"Tuh Pa, bener kan ada Tante bidadari lagi masak di dapur?" bisik Yuda. Elang tersenyum menatap Yuda lalu ia mengusap rambut Yuda penuh sayang. Bisa-bisanya ia lupa kalau di rumahnya mulai tadi malam bertambah satu anggota baru. Ia tak ingat dengan gadis cantik yang ia tolong dan ia bawa pulang ke rumahnya semalam.
"Eh, Mas Elang." ucap Randa terkejut saat menemukan sosok Elang yang berdiri di dekat pintu dapur.
"Tante bidadari," Randa mengalihkan pandangannya ke sosok bocah tampan yang berdiri di sebelah Elang. Randa balas tersenyum kala Yuda juga menatapnya sambil tersenyum lebar.
Randa kembali menatap Elang. "Mas Elang mau sarapan sekarang? Kebetulan nasi goreng dan telur ceploknya udah matang." tawar Randa.
"Nanti saja."
"Bik Odah mana?" lanjut Elang sembari mengamati sekeliling untuk mencari keberadaan Bik Odah.
"Bik Odah lagi ke pasar, Mas."
"Ehm, bisa tolong buatkan saya kopi hitam?"
Randa tersenyum dan mengangguk. "Bisa, Mas."
"Yuda mau susu, Tante bidadari." sahut Yuda tersenyum menatap Randa. Randa balas tersenyum dan mengangguk.
Sementara Randa kembali sibuk di dapur untuk membuatkan kopi hitam dan susu, Elang dan Yuda melangkah menuju ke meja makan.
Tak butuh menunggu terlalu lama, secangkir kopi hitam dan segelas susu rasa vanila sudah terhidang di hadapan Elang dan Yuda. Randa juga sudah menyajikan nasi goreng serta telur mata sapi buatannya di atas meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDELION
RandomDandelion. Sosok kuat meskipun tampak rapuh, tapi memiliki semangat yang hebat dalam mencari kehidupan baru di luar sana. Seperti sosok Nasywa Miranda Wiguna atau biasa disapa Randa. Seorang gadis yatim piatu yang harus melanjutkan takdir hidupnya d...