JKA based on.....
A fake story:v wkwk ignore!
##Rasa tak percaya masih menggelayuti hatinya. Saat Mr. Zian mengendarai mobilnya, keluar dari area parkir, melewati gerbang sekolah, dan berbelok ke utara. Baru saja beberapa meter, barisan mobil yang mengular maju perlahan untuk kemudian diam mirip di parkiran.
"Shit.." Gerutunya dalam hati.
Bukan kemacetan yang ia benci dari wajah kota besar ini. Bukan penantian panjang penuh harapan yang merampas waktu berharganya. Bukan panas terik atau semacamnya. Hanya saja, satu yang mengacaukan semuanya, teriakan tak sabar dari sang penunggang dan bunyi khas dari kuda besi yang sengaja mereka nyalakan. Sungguh, terlalu memuakkan.
"Perjalanan yang akan membosankan, bukan?"Biela hanya menarik sudut bibirnya ke atas untuk kemudian membentuk sunggingan kecil di bibir lembabnya.
"Bagaimana jika sedikit ditemani musik? Lagu favoritku mungkin?"
"Yes, please."
Mr. Zian menekan tombol play di samping sebuah flasdisk yang sudah tergantung entah sejak kapan. Setelah sebuah suara mulai terdengar dari speaker-nya, ia kembali membenarkan posisi duduknya. Sesekali ia mengetukkan jemarinya pada stir mobil dan menganggukkan kepalanya. Tak lupa bibir seksinya sesekali mengerucut ikut bernyanyi.
"Hey! Are you kidding me? This is my favorite song!" Biela tersentak dan matanya membelalak tak percaya. Ini lagu favoritnya. Teriaknya dalam hati.
"Seriously?"
"Seriously!"
"I'm going back to start~~
Mr. Zian dan Biela bersahutan saling menyanyi. Sesekali Mr.Zian menoleh padanya sembari tersenyum tipis. Penggalan lagu dari coldplay berjudul scientist ini mampu mencairkan suasana yang entah sejak kapan masih membeku. Suara nyaring namun kompak dari mereka seolah membelah langit hitam yang temaram. Seolah bintang turun dari langit untuk mengiringi mereka.
"Uh, it's so naughty." Pria itu menepuk keningnya dan menengadah menatap kabin mobil sembari tersenyum nakal. Sepersekian detik kemudian, air muka di wajahnya berubah serius menatap Biela. "Wait a minute, rumahmu masih sangat jauh. Sedangkan kita masih terjebak macet yang entah sampai kapan. Apa orangtuamu tidak marah?"
"Ibuku, maksudmu, Sir?"
"Ah, ya, maaf."
"I told you, ibuku sibuk bekerja. Baginya, ini masih siang. Malam adalah saat waktu di kantornya menunjukkan pukul dua belas malam, nyaris berganti hari. Tak ada yang bisa menahannya. Biaya hidup semakin tinggi, bukan?" Biela tersenyum pahit dan wajahnya berpaling dari Mr. Zian.
"Maaf." Mr. Zian meraih tangan Biela kemudian menggenggamnya. "Aku tak bermaksud begitu."
"Tenang saja." Biela meremas tangan Mr.Zian yang menggenggamnya kemudian menatapnya penuh tanya. "Aku mulai terbiasa. Lagipula memang pada kenyataannya seperti itu. Kami hanya tinggal berdua, menghadapi semuanya berdua. Tapi, aku merasa sendirian, sangat kesepian."
"Apa rasa itu masih ada saat kau di sampingku?"
"Tentu saja tidak." Tubuhnya tersentak sesaat setelah dirinya menyadari bahwa ia tidak seharusnya berkata seperti itu pada gurunya sendiri. Lebih tepatnya tidak sopan. "Uhm, maksudku."
"Tak apa. Anggap saja aku abangmu."
"Abang?" Biela mengernyit.
"Kau ingin lebih?" Mr. Zian menoleh dan mengedip nakal padanya. "Tentu saja akan aku kabulkan nanti."
Biela mulai gugup. Air mukanya bercucuran. Peluh menetes dari atas matanya. Sesekali ia mengusap tetesan itu menggunakan punggung tangannya dengan lembut. Harus terlihat manis, pikirnya.
Krukk... Biela mulai melirik ke kanan dan ke kiri. Lalu menunduk menahan malu. Khawatir jeritan cacing-cacing kelaparan tadi bersumber dari dalam perutnya. Ternyata, tidak.
"Ow.. Mereka mulai menghentak-hentakkan meja makan di dalam sana. Uh, Biela. Aku sangat lapar. Cacing dalam perutku kelaparan. Krukk." Mr. Zian menunduk dan menyimpan tangan kirinya di atas perut sixpack-nya. "Do you hear that?"
Biela terkekeh kemudian menutup mulutnya dengan punggung tangannya.
"Uh, come on. Something's funny?"
"Tidak, Sir."
"Ibumu tidak akan marah, bukan? Jika anak gadisnya tidak langsung kuantar pulang?" Pria itu masih memperhatikan jalan saat bibirnya sibuk berceloteh. "Kita berbelok ke barat sebentar, ya?"
"I'm in."
"Bagus. Begitulah gadis pintar." Mr.Zian menoleh dan mengacak-acak rambut hitam lebatnya yang entah sejak kapan sudah terpisah dari pelindungnya. "Uh.. adikku ini manis sekali."
##Thx for vote. Vote needed
YOU ARE READING
Jatuh ke atas
FanfictionBagaimana jika kita mencintai orang yang salah? Bagaimana jika orang yang kita cintai tidak benar2 membalasnya? Bagaimana jika dia hanya berpura-pura mencintai? Tanyakan jawabannya pada siswi cantik yang mencintai gurunya sendiri. This is not only...