Terima kasih, untuk sikapmu yang memilih menjauh. Tanpa senyum malu-malu. Tanpa sapa manja. Tanpa temu mesra. Kamu, terima kasih, ya; telah membantuku menjaga pandangan, telah membantuku menjaga hati.
.
Kini aku tahu, meski kita berusaha saling mendekat, meski kita saling melontar perhatian, atau meski kita menjaga kesetiaan; duhai, jika bukan jodohnya, kita pasti berpisah jua.
.
Akan tetapi, meski kita saling menjauh, melukis jarak, saling melepaskan satu sama lain; insya Allah jika jodohnya, kita pasti bertemu jua.
.
Sekali lagi terima kasih, ya. Aku tahu ini tidak mudah. Aku tahu sikap kita ini akan membuat jutaan detik terasa sepi. Aku juga tahu, kita hanya bisa saling memyampaikan rindu dalam butiran doa, bersama heningnya malam.
.
Namun biar bagaimana pun kita sepakat, kan? Sepakat untuk tetap percaya, bahwa yang baik diperuntukkan bagi yang baik pula. Aku mengerti kamu sedang memperbaiki diri. Dan aku juga, doakan ya, semoga tetap sabar dalam memperbaiki diri.
.
Kini aku tahu, memang untuk mendapatkan orang baik itu tidak mudah. Dan kita, teruslah berikhtiar, insya Allah... kita akan segera dipertemukan.
.
Jika toh kita tidak bertemu, aku akan tetap berterima kasih. Sebab kamu, dengan menjaga jarak ini sudah ikut andil membantuku menjadi orang baik.
.
Kamu, yang sedang berdoa di sana... makasih, ya. Makasih sudah mencintaiku dengan cara terhormat.
.
~Aby A. Izzuddin~
.
Kontribusi oleh @hikmahcahya
From @afnanfaizah@rantyutami
Rantiuds~