Bangkai tersembunyi yang baunya mulai tercium.

364 27 2
                                    

Jae Joong tak mampu berkata-kata mendapati Chang Min keluar rumah bersama dengan Tae Min. Dalam hati Jae Joong mulai menerka, mengapa sahabatnya itu bisa bersama Tae Min. Bukankah hubungan kedua orang itu telah berakhir?

Cukup lama Jae Joong melihat interaksi Chang Min dan Tae Min dari kejauhan. Setelah memastikan Tae Min pergi meninggalkan Chang Min, Jae Joong mulai memberanikan diri menegur Chang Min yang tampak tak bersemangat pagi itu.

"Kalian berkencan lagi?"

"Mana mungkin aku mau kembali dengan pria idiot itu? Bagiku, jika sudah putus, ya putus saja. Apa pun alasannya, aku takkan pernah mau kembali menjalin hubungan dengan orang yang sudah kuputuskan," elak Chang Min kesal. Namun wajahnya berubah murung dengan kepala tertunduk lemas. "Tapi semalam dia merengek untuk kembali padaku. Terpaksa...."

"Terpaksa... kau menerimanya lagi?"

Dengan malu Chang Min mengangguk. "Aku tak ada pilihan lain, Hyung. Ketimbang dia menerorku setiap waktu, hidupku takkan tenang."

Jae Joong tak tahu harus menanggapi ucapan Chang Min bagaimana lagi. Kehidupan percintaan Chang Min terlalu rumit dan berliku. Namun satu hal pasti, Chang Min adalah pria tidak punya prinsip yang setiap harinya selalu memiliki pandangan hidup yang berubah-ubah.

"Aku sedikit beruntung," ujar Jae Joong dengan senyum ceria. Ia mengerlingkan mata. "Yun Ho-ku selain tampan, baik, perhatian, dan penyayang, dia juga punya prinsip yang kuat. Tidak sepertimu," cibirnya.

Mendengar nama Yun Ho, Chang Min menjadi salah tingkah. Kegugupan senantiasa menghampirinya tanpa izin. Ia berusaha menyembunyikan kegugupannya sekuat mungkin, namun bayang-bayang kebersamaannya dengan Yun Ho membuatnya macam orang bodoh. Dengan wajah memerah, ia berjalan meninggalkan Jae Joong tanpa sempat berkata-kata.

"YAK! KAU MAU KE MANA?" teriak Jae Joong dengan lantang.

"Pergi bekerjalah," jawab Chang Min, masih sibuk melarikan diri.

"Tapi 'kan jalannya lewat sini." Jae Joong menunjuk jalan yang berlainan arah dengan jalan yang diambil Chang Min. "Kau yakin otakmu baik-baik saja?" sindirnya.

Dalam hati Chang Min hanya bisa mengumpat, lalu berbalik arah dan meninggalkan Jae Joong lagi sambil menahan rasa malu. Dari jauh Jae Joong menatap Chang Min dengan heran. Sepertinya ada yang aneh dengan sahabatnya itu.

.

.

Waktu menunjukkan pukul sebelas siang. Ji Hye yang tidak ada urusan dengan dosen pembimbing untuk membahas skripsi, membantu Yun Ho di toko. Namun bagi Yun Ho, Ji Hye justru mengganggu pekerjaannya. Bagaimana tidak? Sejak satu jam lalu, Ji Hye mengikutinya sambil berceloteh riang mengenai malangnya menjadi seseorang yang tidak memiliki kekasih. Malam tidak ada yang bisa ditelepon, akhir pekan selalu sendirian, dan tidak ada yang diajak berkeluh kesah.

Yun Ho jelas tahu Ji Hye sedang menyindir statusnya yang menyandang predikat jomblo seumur hidup. Sebenarnya, bukannya ia tak ingin memiliki kekasih. Semua orang di dunia pasti membutuhkan kekasih untuk dijadikan pendamping kelak. Namun untuk sekarang waktunya belum tepat. Ia masih belum bisa membahagiakan kedua orangtua yang telah membesarkannya dengan penuh kasih. Untuk membahagiakan orangtua saja belum bisa, bagaimana bisa membahagiakan kekasihnya? Sekiranya itulah pemikiran Yun Ho.

"Kemarin Appa dan Emma bilang, katanya mereka sudah ingin punya cucu. Sebenarnya aku tidak keberatan memberi cucu untuk mereka. Tapi aku masih terlalu muda untuk itu. Aku saja masih mengerjakan skripsi. Setelah itu aku masih ada rencana untuk bekerja menjadi Direktur utama di perusahaan Appa. Tentu saja aku tak bisa memenuhi keinginan mereka untuk saat ini. Cita-citaku masih terlalu jauh untuk dijangkau," terang Ji Hye penuh semangat, tanpa memedulikan Yun Ho yang mulai kebosanan. "Kira-kira bagaimana, Oppa?"

ONE AND ONLY ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang