Kebersamaan ini....

335 29 2
                                    

Sesuai janji, malam ini Yun Ho menunggu Chang Min di persimpangan jalan yang menghubungkan jalan menuju tokonya dan juga rumah Chang Min. Sesuai permintaan Chang Min pula, Yun Ho harus was-was. Sebisa mungkin keberadaannya jangan sampai terlihat oleh Jae Jong, guna menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Untuk itulah Yun Ho memakai hoddie dan penutup wajah berwarna hitam agar tidak mudah dikenali. Demi makan malam dengan Chang Min, apa pun akan ia lakukan. Meski harus berperan sebagai teroris sekali pun.

Dua puluh menit Yun Ho menunggu. Sedikit jenuh dan bosan, ia memutuskan untuk mengirim pesan pada Chang Min, berharap Chang Min segera datang. Tapi sebelum tulisan 'send' ia usap di layar handphone-nya, teringat akan ucapan Chang Min yang melarangnya untuk menghubungi pria manis itu terlebih dahulu, terkecuali dalam keadaan mendesak. Terpaksa Yun Ho menahan keinginannya untuk mengirim pesan, dan memilih bersabar lebih lama lagi.

Akhirnya penantian Yun Ho terbayarkan. Tak lama kemudian, di tengah pekatnya malam, Chang Min muncul dengan langkah tergesa menghampirinya. Seperti dirinya, Chang Min pun memakai penutup wajah dan topi yang diarahkan ke belakang untuk menyamarkan identitas diri.

"Kita seperti buronan," ujar Yun Ho dengan geli.

"Terpaksa," balas Chang Min tanpa semangat. Sampai di depan Yun Ho, Chang Min tak lekas berbasa-basi. "Ayo, kita pergi!" ajaknya melewati Yun Ho dan berlalu pergi.

Yun Ho berlari kecil demi mensejajarkan langkahnya dengan Chang Min. "Paling tidak, jika kau tidak suka menunggu, jangan meninggalkan orang yang telah menunggumu. Kuberi tahu satu hal. Menunggu itu adalah pekerjaan yang sangat membosankan dan melelahkan," selorohnya sambil berjalan dengan kepala mendongak ke atas. "Huft! Kenapa aku harus menjadi pihak yang selalu menunggu."

"Jangan sok dramatis! Aku tidak menyuruhmu menunggu. Kau sendiri yang menawarkan diri untuk menunggu. Salah?"

Yun Ho menatap Chang Min, menggeleng, dan menyahut, "Kau tidak pernah salah."

Walau kesal karena tidak pernah menang berdebat melawan Chang Min, pada akhirnya Yun Ho memilih mengalah. Mereka pun berjalan beriringan, membelah gelapnya jalanan kecil yang diapit bangunan-bangunan tinggi yang difungsikan sebagai apartemen sewaan.

"Kita mau ke mana?" Yun Ho yang merasa penasaran, mencoba menyuarakan isi hatinya. "Kalau tidak salah, ini jalan pulang ke rumahmu, 'kan?"

"Iya."

"Bukannya kita mau makan malam?"

"Iya."

"Memang di sekitar rumahmu ada rumah makan? Seingatku tidak."

"Kata siapa kita akan makan malam di rumah makan?"

Yun Ho menautkan kedua alisnya dengan bingung. "Lalu, kita mau makan malam di mana?"

Tiba-tiba Chang Min menghentikan langkahnya dan menatap Yun Ho dengan sengit. "Semakin lama aku mengenalmu, kau semakin banyak omong. Dan kau harus ingat ucapanku ini baik-baik. Aku tidak suka orang yang banyak bicara. Paham?"

Kenapa dia galak sekali, pikir Yun Ho yang terpaksa mengangguk patuh untuk mencari aman.

Kembali mereka melanjutkan perjalanan dengan Yun Ho yang berjalan satu meter di belakang Chang Min. Sambil memerhatikan kedua kaki yang tengah melangkah di depannya, Yun Ho mulai memikirkan, atau lebih tepatnya terheran-heran dengan dirinya sendiri. Bagaimana ia bisa bertahan bersama pria galak dan sadis seperti Chang Min? Padahal kenyataannya ia sangat membenci orang dengan sifat semacam itu.

"Cepatlah! Kau ini lelet sekali."

Yun Ho mendecih. "Kau yang terlalu terburu-buru, Baby."

"Baby?" Chang Min menghentikan langkahnya, berbalik, dan melayangkan ekspresi kesal pada Yun Ho. "Barusan kau memanggilku apa? Baby?"

ONE AND ONLY ONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang