Haloooo
Aku kembali😊 Udah berapa bulan ya? Oke aku minta maaf.. Jujur, aku kehilangan mood buat nerusin cerita ini. Tapi, sekarang moodku sudah kembalii..
Enjoy the story.. Dan terimakasih buat yang udah mau ngevote cerita aku. Muncullah para sider cerita ini..
Vote and Comment yaa!*****************************************************
"Itu karena.. Ka- karena.." Stefan berusaha mencari alasan yang tepat. Ia tahu jika ia menceritakan yang sebenarnya, Lyn pasti marah. Lyn hanya memiringkan kepalanya, menunggu orang didepannya bercerita.
Ceklek..
Pintu pun terbuka."Hei.. Ini sudah malam. Lanjutkan saja nanti". Kata-kata Max secara tidak langsung menyelamatkan Stefan. Lyn hanya menghela napas berat.
*****
Hari ini, matahari menampakkan dirinya lebih awal. Lyn, Lizzy, Clary, dan Rissa telah berpakaian dengan rapi. Rambut mereka pun telah diikat dengan rapi.Tak lama kemudian, pintu diketuk.
"Biar aku saja yang membukanya" kata Lizzy. Yang lain hanya mengangguk. Saat dibuka, ternyata Stefan, Rio, dan Edward telah berpakaian sama rapinya. "Kemana Max?" tanya Rissa.
"Entahlah.. Tadi dia bilang ingin jalan-jalan sebentar" jawab Edward. Baru saja para wizard boy akan duduk.
BLAM!! BLAM!!
Sebuah ledakan beruntun terjadi di luar kamar mereka. Ralat, tepatnya di halaman luas Rovila Wizard's School. Sontak saja semua murid baik yang berada di luar maupun di dalam berhamburan pergi ke tempat kejadian.
"Ledakan apa itu? Kenapa besar sekali?" tanya Clary yang masih kaget. "Sepertinya kita harus memeriksanya. Stefan, kau sudah sembuh?" tanya Lyn sambil siaga. "Ya".
"Aku ingin ikut.." sahut Lizzy. Edward hampir saja tidak mengizinkannya jika saja Lyn tak berkata, "Ya. Pastikan kau selalu didekat Edward". Mendengar itu pun Edward berbinar.
~~~~~~~~~~~~~
Singkat cerita, mereka sudah berada di luar ruangan, tepatnya di halaman sekolah yang menjadi tempat kejadian. Max pun sudah menunggu mereka sedari tadi.
Anehnya, disini kosong. Seperti tak ada bekas ledakan atau apapun itu. Wizardez James maju kedepan dan menenangkan para wizard.
"Tenang semuanya. Mungkin ini hanya perbuatan salah seorang wizard yang jahil. Jadi silahkan membubarkan diri. Tapi tetaplah waspada pad-.." kata katanya terpotong oleh seseorang.
"Kalian tidak boleh membubarkan diri sekarang. Aku akan dianggap apa? Huh, dimana sopan santun kalian pada pemimpin negeri ini? Haha!". Perempuan itu sangat cantik. Namun sayang, auranya sangatlah menyeramkan. Para wizard mulai ketakutan melihatnya.
"Kau!? Pergi dari sini sekarang juga atau kami akan menyerangmu!" teriak Wizardez James dengan lantang. Semua orang sudah tahu siapa dia. Wizard yang kuat di dunia ini.
"Kalian semua sudah pasti tahu siapa aku. Akulah penyihir terkuat di dunia! Haha! Kalian tidak mungkin bisa menyerangku. Tak akan pernah bisa!" ucapnya. "Kau tidak pantas berada di sini, Vivian!" ucap Stefan.
Penyihir cantik bernama Vivian itu mendekatkan diri kepada Stefan. Membisikkan kata-kata singkat yang membuat semua orang bergidik. Kata-kata yang selalu ia katakan jika kesal. "Memangnya kau pantas berada di dunia ini, huh?"
"Ah, maaf.. Aku kesini hanya ingin mengundang beberapa murid sekolah ini. Mereka menyebut dirinya, White Crown. Benar bukan?" lanjutnya dengan tenang.
Semua terkejut. Kenapa White Crown bisa dipanggil? Terlebih lagi, kenapa Vivian si penyihir jahat bisa tahu tentang mereka. "Vivian" sahut seseorang. Sontak semua menoleh ke sumber suara. Dan ternyata itu adalah Lyn.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Kingdom Siccaly
FantasyViolyn Siccaly, gadis muda pemberani yang rela pergi dari Kerajaan Siccaly demi memperbaiki hubungan kedua orang tuanya dengan adiknya, Ario Siccaly.. Ario Siccaly dianggap lemah oleh Clarion Siccaly dan Viany Siccaly hanya karena ia tidak memiliki...