Part 2 : We Did It !

150 10 1
                                    

Mulmed : Rambut asli Violyn dan rambut penyamarannya

**************************************************************

~Author PoV~

Hari ini adalah hari dimana rencana Lyn dan Rio akan dilaksanakan. Lyn sedang memperhitungkan jarak, tempat persembunyian, dan hal-hal lainnya. Tentu saja Lyn memikirkannya di kamarnya sendiri yang sudah diberi pelindung yang kuat supaya tidak ada yang bisa mendengar selain Lyn dan Rio. Tepat pukul 20.00 rencana akan dilakukan.

Pukul 19.45

Lyn sedang mengumpulkan tenaga untuk membuat ilusi. Ilusi ini sangat menguras tenaga. Sedangkan Rio sedang memasukkan barang yang diperlukan selama perjalanan ke dalam tas sihirnya. Tidak lupa Rio dan Lyn menuliskan surat yang bertuliskan "Maafkan aku Mom, Dad, aku terpaksa melakukan ini demi hubungan kalian dengan Rio. Aku tidak ingin Rio selalu tertekan. Aku hanya berharap sikap kalian terhadap Rio dapat berubah. Sekali lagi aku meminta maaf.

Salam hangat,
Violyn Siccaly".

Itulah isi surat Lyn. Sedangkan isi surat Rio, " Maafkan aku jika aku memiliki salah kepada kalian. Aku hanya ingin berusaha lebih baik untuk menjadi yang kalian inginkan. Aku melakukan ini karena terus didesak oleh Lyn. Aku hanya ingin mencoba untuk lebih baik lagi dan mungkin ini cara yang tepat.

Salam hangat,
Ario Siccaly".

Pukul 20.00

Ilusi telah dibuat. Lyn dan Rio telah berpakaian layaknya penyusup. Ilusi Lyn sangat sempurna. Ilusi Lyn mengurai rambutnya, memakai gaun tidur biru berenda, dan memiliki wajah yang sama dengan Lyn. Raja dan Ratu pun hampir mengeluarkan sihir jika ilusi Lyn berkata, "Biarkan aku yang mengejar mereka. Aku kenal dengan mereka, jadi biarkan aku sendirian! ". Ilusi Lyn pun mulai berlari dan menghilang setelah jauh dari pandangan Raja dan Ratu yang mulai merasa curiga.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

~Lyn PoV~

Kulihat dari bola sihirku Raja dan Ratu yang mulai curiga. Aku dan Rio sudah hampir sampai ke Rivalona, pusat kota sihir. Sebetulnya tidak terlalu jauh dari Kerajaan Siccaly, hanya saja Rivalona sangat luas sehingga akan sulit untuk mencari seseorang. Aku memilih Rivalona agar rencanaku berjalan sempurna.

Perlu diketahui, aku memiliki rambut berwarna ungu terang sama seperti Mom yang panjangnya sekitar 45-50 cm. Rio memiliki rambut pirang sama seperti Dad. Setelah para prajurit istana pergi, aku dan Rio pun membuka samaranku. Aku sengaja memakai gaun ringan supaya memudahkan terbang, berlari, mengeluarkan sihir, dan lainnya. Aku pun sengaja menggulung rambutku dengan asal supaya tidak terlalu mencolok. Rio pun mengubah gaya rambutnya.

"Vii, sekarang kita mau kemana?"

"Kita cari tempat yang kosong lalu bangun rumah sesuka hati... Pastikan jangan terlalu mencolok" "Bagaimana mau mencolok? Rumah-rumah disini berbagai bentuk, Vii." ucap Rio seraya melihat-lihat rumah disini.

Rumah-rumah di Rivalona sangat beragam. Garis bawahi sangat. Disini ada rumah dengan bentuk bunga mawar, buah anggur, kuda api (kuda yang berwarna merah), dan masih banyak lagi.

~Author PoV~

Saat Lyn dan Rio mencari tempat yang kosong, mereka dihadang dua orang laki-laki. Lyn langsung memasang posisi siaga melindungi Rio. Lyn tau Rio tidak mungkin hanya mengeluarkan sihir musik.

"Selamat datang gadis lemah dan lelaki penakut" ucap lelaki pertama angkuh.

"Huh... Aku tidak memerlukan sambutan dari lelaki sombong sepertimu!" balas Lyn sinis. "Apa alasanmu menghalangi jalan kami?"

"Begitukah sikapmu kepadaku? Kalau begitu terimalah sambutan ini."

Slash... Crak ! Clep ! Clep !

3 buah es tajam menuju kearah Lyn dan Rio dengan kecepatan tinggi, namun dengan mudah ditahan oleh pelindung transparan buatan Lyn. Es ini merupakan sihir dari seorang lelaki yang terbang di atas lelaki pertama tadi.

"Lumayan juga kecepatanmu. Mungkin kamu bukan gadis lemah... Tapi kamu bukan tandinganku" ucapnya santai.

"Kita lihat saja..." balas Lyn dengan auranya yang mulai keluar. Aura Lyn berwarna biru terang bercampur biru yang gelap yang seakan melindungi warna biru terang

~Rio PoV~

Aku mulai melihat aura Vii yang semakin lama, semakin besar. Aku sudah mencoba meredakan amarahnya, dan berhasil. Vii sudah terkendali.

"Majulah gadis lemah... Aku ingin melihat keberanianmu." ucap lelaki itu tenang disusul dengan Vii yang mulai melangkahkan kakinya menuju lelaki itu. Sebelumnya, Vii sudah memberikanku pelindung transparan.

"Aku tidak ingin mencari masalah denganmu dan teman-temanmu itu. Kusarankan beri kami jalan dan kalian akan selamat." ucap Vii dengan tenang.

"Kau pikir aku akan takut! Aku tidak akan pergi sebelum puas meluncurkan sihir padamu, gadis lemah...". Seringaian terkembang di wajah lelaki itu.

Wush... Wush...

2 bola api berukuran sedang meluncur ke arah Vii. Disaat bersamaan Vii meluncurkan 2 bola air berukuran sama.

Blaaarrrrr....

Terjadi ledakan yang cukup besar di depan mataku sendiri. Tempat ini cukup sepi sehingga tidak ada yang terluka. Vii dan lelaki itu pun memasang bola api di kedua tangannya. Terlihat jelas lelaki itu terkejut karena bola api Vii. Bagaimana tidak? Bola api Vii 2 kali lipat lebih besar dari bola api lelaki itu. Mungkin juga, lelaki itu terkejut karena Vii bisa mengeluarkan 2 kekuatan.

Saat mereka akan menciptakan ledakan, 2 gadis seumuran Vii datang melerai mereka dengan menciptakan pembatas dari akar merambat. Lelaki itu memasang wajah kesal, sedangkan Vii menghela napas. Mungkin karena Vii tidak jadi menciptakan ledakan.

"Clary, Rissa, kenapa kalian menghentikanku?!?!" ucap lelaki itu kesal.

"Jika kami tidak menghentikanmu, kamu akan menciptakan ledakan yang lebih besar. Kau tau? Apimu dengan api miliknya yang lebih besar akan menciptakan ledakan besar!!" ucap gadis yang tidak kuketahui namanya. Gadis itu pun tak kalah kesal dengan lelaki itu.

"Hai kalian, sepertinya kalian pendatang baru. Aku Clary dan gadis itu kembaranku, Rissa." ucap gadis yang bernama Clary kepadaku dan Vii.

"Hai, memang benar kami baru saja datang ke sini. Kami pergi dari tempat tinggal kami dan sampai di sini. Kami sedang mencari tempat yang kosong untuk membuat rumah. Senang berkenalan denganmu Clary." ucap Vii.

"Bagaimana kalau kalian tinggal dirumah kami? Oh iya, maafkan perbuatan Stefan ya... Dia memang begitu jika melihat orang yang tidak dikenal."

"Ya.. Maafkanlah aku... Aku memang tidak menyukai pendatang baru." sesal lelaki itu.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Wuahh...
Capek... Segini juga udah lumayan :v

The Kingdom SiccalyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang