AKU

8 1 0
                                    

Aku punya banyak cerita. 75% adalah curhatan teman-temanku. Mereka bilang, aku adalah sosok yang asik diajak curhat. Mereka selalu bercerita apapun kepadaku, aku pun memiliki kewajiban menjadi pendengar yang baik. Sebagai pendengar yang baik aku juga memiliki kewajiban memberi saran dan simpati di setiap curhatan mereka.

Tapi, aku juga manusia. Manusia yang memiliki masalah. Memiliki cerita yang ingin aku bagi kepada seseorang. Aku juga ingin didengar, tidak selalu mendengar. Tapi, kurasa aku tidak memiliki seorang pun untuk berbagi cerita, berbagi curhatan.

Mereka, semua yang bercerita hanya akan datang jika ada yang ingin diceritakan. Yang berarti, hanya akan datang ketika mereka dalam kondisi sulit, hanya akan datang ketika ada masalah. Dan pergi lagi ketika masalahnya selesai dan yang dipermasalahkan sudah kembali kepadanya.

Seperti payung, aku hanya dicari dan dipakai ketika dibutuhkan. Aku dipakai dengan kejam, aku harus merasakan air hujan yang turun membasahi bumi hanya untuk si pemakaiku merasa aman dan tenang.

Aku bukan rumah yang akan selalu menjadi titik pusat seseorang, yang akan membuat seseorang itu enggan keluar dan memakai payung. Ketika seseorang itu sudah tiba di rumah, payung hanya akan digantung dan diabaikan begitu saja sampai hujan datang lagi. Begitu terus.

Aku juga memerlukan payung untuk melindungi dari derasnya hujan yang menimpaku...

Aku sudah sampai di titik puncakku, di titik terlelahku menjadi pendengar yang baik. Di titik di mana aku sudah muak. Di titik aku mengacuhkan semua cerita temanku. Di titik di mana aku sangat membutuhkan seseorang untuk menjadi payungku.

Namun aku sadar, payung tidak akan menggunakan payung untuk dirinya sendiri. Payung terus akan menjadi payung sampai seseorang itu tiba di rumahnya.

—Mawar Pertama

Catatan si MawarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang