Anggap saja itu kita, walau aku mengambil sembarang foto itu dari salah satu aplikasi.Anggap saja itu kita, karena kita tidak memiliki satu pun potret. Kamu selalu marah jika aku mempotretmu, dan selalu menghapusnya.
Kata kamu, foto untuk kenang-kenangan itu sama saja seperti menginginkan perpisahan. Sekarang coba kita lihat, tanpa berfoto pun kita terpisah. Bahkan kamu yang meninggalkanku. Walau tanpa potret pun aku mengingat semua kenangan kita, namun aku memerlukan suatu visual yang bisa kusentuh, yang bisa kupeluk, yang bisa menggantikan visualmu yang hilang...
Aku seperti...
Pikiranku mengetahui bahwa semua tidak akan kembali seperti dulu, namun hatiku tidak bisa mempercayainya.
Tapi, masih ada Tuhan dan takdirnya yang bisa kujadikan pengangan harapan, bukan?
Pulanglah kamu, aku tidak tahan menahan gejolak yang membuatku sesak setiap detiknya.
—Mawar Pertama
KAMU SEDANG MEMBACA
Catatan si Mawar
No FicciónAku mencari tempat curahan hati, dan aku putuskan, di ruang oranye ini aku menumpahkan segalanya.... Karena aku rasa, tidak seorangpun mau mendengarkan curhatku. Atau akulah yang terlalu melebih-lebihkan? Entahlah, aku hanya ingin di sini. Kenapa? K...