-Mata yang mencengkram-

76 3 0
                                    


Burung terbang di ratapan awan kelabu..
Gelap menghantam senja tuk binasa..
Ada mata mencengkram lautan dari atas bukit berbatu tajam..
Disana kaki dihentakan bersama suara ombak perkasa..
Harapan nya buas..menarik nafas dari udara lepas.. Lalu melepasnya dengan doa - doa yang mengembara bersama angin utara..

Ada jarak kala pertama kau lambaikan topi coklat tua itu..
Melebar memetakan lautan luas dengan goresan diatas deru lintasan kapal kayu..
Ada juga waktu yang terus menua.. Lupa kapan kita tertawa bersama dalam sebuah lingkaran cerita..

Mata ini masih mencengkram lautan..
Kadang di waktu lengang.. Mata ini merobek pagi menjadi siang.. Mendorong siang menjadi senja.. Dan mengubur senja di pekatnya malam..
Tetap saja ruang itu masih kosong..
Kapal kayu tua..tak rindu kah kau pada reruntuhan dermaga usang ..

Senja malang..
pulau yang hilang..
Dermaga usang..
Desa yang berkembang..
Semua berbeda sekarang..
Hanya aku yang sama..
Masih dengan mata yang mencengkram lautan..

[Antologi Puisi] Segaris IngatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang