5. In the Corner

74 4 1
                                    

Tak masalah kau tak melihatku. Yang pasti, aku selalu memandangmu dari belakang.

***

Kemunculan hantu menyebalkan yang mengejar dan mengancam dengan kematian kemarin menimbulkan dampak negatif bagi Aura. Dampak negatif yang ditimbulkan bukan berupa dia berubah menjadi cewek parnoan--semisal lihat tikus lewat doang langsung histeris-- atau bahkan membuatnya jadi gila saking hebatnya kekuatan hantu itu memporakporandakan sel-sel syarafnya. Nggak, Aura cuma jadi kurang konsentrasi di kelas. Bayangkan saja, semalam ia baru tidur pukul empat karena entah kenapa kelopak matanya seolah diberi zat anti menutup. Semalam suntuk dia melek terus dengan perasaan berkecamuk. Bersembunyi di bawah gelungan selimut tebalnya.

Imbasnya Aura jadi tidur di jam pelajarannya Mr. Kevin. Guru yang mengampu mata pelajaran Bahasa Inggris itu hanya bisa mengelus dada mendapati murid yang tidak begitu beliau banggakan ngorok di tempat duduknya. Beliau adalah tipe guru yang loyo dan datar, meski ada murid yang tidur di depan matanya seperti sekarang pun beliau cuma bisa mengabaikan itu.

Bel istirahat pertama berbunyi membuat seisi kelas bersorak dalam hati. Aura masih menutup matanya bahkan setelah Mr. Kevin keluar dari kelas. Tidur aja terus sampai kelas menyisakan dia, Reylin, Zica, Gabby yang mengerumuninya dan seorang murid cowok berambut klimis dan berkacamata tebal yang duduk di pojok baca--perpustakaan kecil milik kelas-- sambil membaca buku pelajaran yang tebalnya minta ampun. Abaikan cowok itu, cuma seorang Cecep yang cupu dan anti-sosial.

"Busyet, nih curut bisa-bisanya tidur di depan Mr. Kevin." gerutu Reylin sambil mengguncang bahu Aura untuk membangunkannya dari alam mimpi. Tapi sayang, Aura cuma mengerang pelan tanpa mengubah posisinya sesenti pun.

"Dasar murid tidak teladan. Udah kelas dua belas bukannya tobat ini anak malah terjerumus ke dalam kemaksiatan. Sesungguhnya perilaku maksiat dapat membuat nilai UN jeblok," Zica mulai berpidato.

"Huwaaa, girls. Gue laperrrr!!" rengek Gabby sambil memegangi perut datarnya seraya menghentakkan kakinya ke lantai dengan kesal. Ia pun berteriak tepat di telinga Aura. "WOYYY, TITISAN LUTUNG KASARUNG! BANGUN NAPA?! INI KELAS BUKAN UKS! KALO MAU TIDUR TUH HARUSNYA KE UKS AJAAA!!"

Pletak!

Satu jitakan mendarat di jidat Gabby tepat setelah dia menyelesaikan acara teriak toanya. Gabby pun meringis kesakitan seraya memandang sengit sang tersangka penjitakan yang tak lain dan tak bukan adalah Zica, sohibnya yang kali ini menguncir rambutnya menjadi dua layaknya bocah TK. Zica tuh memang suka bereksperimen dengan rambut hitam legamnya. Masih untuk ini kucir dua, lah seminggu yang lalu dia kuncir lima. Ya kali dia bukan peserta MOS padahal. Tapi gitu-gitu dia peringkat satu seangkatan. Memang manusia tidak ada yang sempurna.

"Ih, gak usah jitakin gue! Ntar jidat gue benjol gimana?!" desis Gabby tak suka.

"Bodo amat dah gue. Mau lo benjol kek, ketiban tangga kek, kelindes becak kek, yang ada lo bikin kuping gue budeg gara-gara teriakan lo yang kayak toa pendemo yang minta harga beras diturunin!" balas Zica tak kalah sengit membuat Reylin yang ada di antara mereka cuma bisa menutup kupingnya, atau jika tidak, maka ketulian akan menghampiri masa hidupnya. Bahkan Aura yang daritadi keliatan nyaman, damai, dan tentram dengan acara tidur cantiknya itu merubah posisi tidurnya membelakangi tiga sobatnya.

"Berisik amat sih kalian. Gue butuh tidur," erang Aura dengan mata tertutup rapat.

Tapi hal itu sukses membuat ketiga sahabatnya menjerit histeris karena sukses membuat Aura merespon. Berkat jeritan histerisnya itu bahkan si murid yang duduk di pojok bacaan, Cecep, memandang ketiganya dengan pandangan terganggu. Yang tentu saja pandangan itu tidak digubris baik oleh Zica maupun Reylin dan Gabby. Mereka hanya fokus mengguncang bahu Aura supaya bangun.

Ghost PartyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang