Aku masih di sampingmu.
***
Gadis berambut dark brown itu menggigit bibir dalamnya ketika kendaraan beroda empat yang ia kemudikan sampai di garasi rumahnya yang sunyi senyap. Rasa takut selalu menggerogoti dirinya tatkala mengingat ucapan Cecep, murid cupu, yang mengucakan bahwa ia diikuti oleh sesosok hantu bergaun merah. Iya, hantu. Yang ngga keliatan itu. Yang suka bikin orang kencing di celana kayak Zica. Yang suka jadi tokoh utama di film horror.
Sebagai manusia yang memiliki jiwa kemanusiaan yang beradab, kenyataan itu terus terngiang di dalam pikirannya. Membuat Aura mau tak mau harus menelan fakta baru, mulai sekarang dia akan berurusan dengan makhluk dari alam lain, alam yang bukan tempat manusia. Makhluk gaib. Jadi, hidupnya tidak akan tenang, gaes. Semoga si enggak ya.
Masih ingin berlama-lama di dalam mobil, alih-alih memasuki rumah yang akhir-akhir ini seperti kuburan baginya, Aura mengambil ponselnya di dasbor. Saat itu jam menunjukkan pukul delapan malam, cukup malam karena ia harus les dilanjutkan makan malam di sebuah restoran cepat saji.
Aura menghela nafas dalam-dalam, berusaha menetralisir gejolak takut di dalam dirinya. Ia tidak boleh merasa takut kepada sesuatu yang tidak terlihat. Ia hanya boleh takut Tuhan dan... kehilangan.
Ia pun mengumpulkan segenap keberanian.
"Eh lo setan jelek. Awas aja ya kalo nongol, gue gampar lo sampe Zimbabwe." desis Aura dengan nada berani kepada lingkungan sekitar yang sunyi senyap. Tidak ada pergerakan apapun selain Aura yang berusaha melepas sabuk pengaman lalu keluar dari mobilnya.
Untuk mengalihkan perhatiannya kepada sekitar, Aura menyumpel telinganya dengan sepasang earphone yang tersambung ke ponselnya. Lagu Despacito mengalun dan mengisi seluruh kepalanya. Menemani Aura memasuki rumah besarnya yang dalam kondisi gelap.
"Despacito fjdksjg&>>#=::jhwujjwy despacito jjiwj:]:*;ueiij laberinto isjguuiaasfkkh manuscrito..." Aura ikut menyanyi meski hanya beberapa kata yang bisa ia pahami dan menggelengkan kepalanya penuh penghayatan. Bodo amat ngga ngerti artinya, yang penting lagunya enak.
Tarik, mang.
Tepat sedang asik-asiknya berjoget sambil menyanyi ngga jelas di tengah ruang tamu, sebuah benda seperti tangan hinggap di bahu kanannya sehingga membuat Aura mematung.
Grab.
Sebuah tangan dingin yang mampu menebar rasa takut ke seluruh penjuru sel tubuhnya secepat kilat. Gadis itu pun bisa merasakan jantungnya yang berdetak abnormal diikuti dengan wajahnya yang berubah pucat pasi. Lidahnya sudah pasti sangat kelu ditambah kakinya yang melemas bak jelly. Demi jidatnya Nicki Minaj yang mulus, Aura paling benci situasi ini.
Dalam hati ia menjerit, "hantu!"
Persetan dengan hantu atau setan atau iblis sekalipun. Dengan pasrah, Aura pun melepas earphonenya lalu menoleh. Siap menerima pemandangan menakutkan di belakangnya.
"DOORRRR!!"
"AAAAARRRGGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!!!!!" jerit Aura dengan kelopak mata tertutup. Ia tak sanggup melihat setan itu, please. Demi apapun, itu adalah jeritan terpanjang dan ternyaring yang pernah Aura lakukan semasa ia hidup di dunia ini. Jantungnya seolah jatuh dari tempatnya.
Kampret!
"HAHAHAHAHA." Dan gelak tawa seseorang memenuhi langit-langit usai Aura menghentikan jerit ketakutannya, membuat Aura membuka matanya secepat kilat. Tanpa perlu melihat pun, Aura kenal betul suara satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghost Party
Terror"Gue gak tahu kenapa mereka pakai acara ganggu-ganggu segala. Kalau acara pesta permen sih mau. Lha ini, pesta mbak wewe, mpok kunti, mas pocong, dek tuyul, om genderuwo. Please, ada baygon gak?" - Aura, 17 tahun, frustasi.