4. Dan yang Terbaik.

77 25 36
                                    

Gue kesal, karena kepo gue yang kebangetan sama cerita MOS nya Kayla, yang menyebabkan gue jadi banyak tugas di kelas.

Harusnya gue enggak boleh se-kepo itu, alhasil gue jadi kerepotan sendiri dan jawaban Kayla juga tidak memuaskan. Karena dia bilang, awalnya ia memang ingin masuk SMA Pembangunan, tapi di sana enggak ada teman se-SMP sama sekali, makanya dia pindah ke SMA Nusa Bangsa yang katanya banyak teman SMP. Sudah itu aja alasannya.

Udah berapa kali senior keluar-masuk kelas gue. Mereka mempromosikan ekstra kurikuler dengan bujuk-rayu maut masing-masing, agar para junior mau menjadi bagian mereka.

"Eh, Kei! Lo kenapa enggak milih ekstra?" tanya Kayla, setelah ia menghampiri kakak kelas untuk mendaftarkan diri menjadi anggota Paskibra.

"Ogah, ah! Nambah banyak aja kegiatan gue di sekolah kalo gue ngikut ekstra," jawab gue sambil membersihkan buku yang ada di meja.

"Lo, tau kan hidup gue enggak seutuhnya untuk sekolah. Di rumah kegiatan gue numpuk, nih!" lanjut gue lagi.

"Jangan marah-marah terus kenapa sih, Key? Iya, maaf kalo gara-gara gue, lo jadi wakil ketua gini, sebenernya gue enggak bermaksud buat lo sibuk. Maaf ya, Kei?" celoteh Kayla panjang lebar dengan nada bersalah.

"Emang siapa yang marah sih, Kay? Iya, gue maapin. Emang nada gue ngomong tadi kayak orang marah-marah ya?" tanya gue, perasaan tadi gue ngomong biasa aja deh.

"Iya," jawabnya singkat.

"Dek, minggu depan sekolah kita akan mengadakan lomba Paskibra untuk memperingati hari Pahlawan. Setiap kelas harus mengirim 1 pasukan untuk turun lomba. Jadi, siapa yang berminat untuk turun lomba silahkan mendaftar, selanjutnya kakak akan menyeleksi kalian," ucap Kak April, yang mengejutkan kami karena masuk tidak mengucap salam terlebih dahulu.

Begitulah senior, sesuka hati datang dan pergi tanpa pamit. Kayak jelangkung, gitu.

***

"Oke. Dampo sudah, Daki sudah, orang-orang penting Paskib udah terpilih semua. Eh... kecuali, Bakinya belum!" suara Kak April pun melengking seketika, membuat orang yang mendengar mendengus kesal.

"Dek, coba yang belum kepilih senyum,"perintah Kak April, sambil memperhatikan senyuman mereka.

"Eh... lo cowok kagak usah senyum, bego! Pembawa Baki cuma untuk cewek," ucap Kak April, sambil menjitak kepala Reza.

"Yah... Kak. Kok, hanya gue yang enggak kepilih?" tanya Reza, sambil memandang dengan pasrah karena semua cowok yang mencalonkan diri turun lomba dipilih semua, kecuali dirinya.

"Itu sih, derita lo! Emang lo mau jadi pembawa Baki?" tanya Kak April, sembari tertawa geli.

"He he... enggak, Kak," jawabnya singkat, sambil menggarut kepalanya yang gue rasa enggak gatal.

Reza segera menuju ke tempat duduknya, gue rasa dia malu dengan tingkahnya.

Semua orang di kelas pun tertawa melihat kekonyolannya.

"Emm... yang mana ya?" Kak April berpikir keras.

Gue rasa peran pembawa Baki paling berpengaruh di Paskib, soalnya Kak April terlihat lebih jeli menyeleksi.

Gue hanya bisa senyam-senyum liat para calon Baki disuruh senyum lama. Ada yang senyum dengan 'sok manis', 'sok imut', ada yang dibuat-buat, dan ada yang senyum dengan "terpaksa" menurut gue.

Gue hanya bisa jadi pengamat, yah... ibarat juri gitu, yang juga ikut memperhatikan calon pembawa Baki, karena gue enggak tertarik untuk mencalonkan diri.

Dan gue juga bingung, hampir seluruh cewek di kelas gue yang ikut Paskib, dan mereka juga ingin turun lomba. Mungkin yang enggak mau ikutan bisa diitung jari deh... .

I Am A Simple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang