3. "Kok bisa?"

84 27 15
                                    

Pagi yang indah, hari ini gue semangat banget rasanya pergi sekolah. Sebelum berangkat gue sarapan terlebih dahulu biar enggak "terlalu" lapar sebelum jam makan siang.

Entah apa yang buat gue jadi semangat banget ke sekolah. Apa karena surat kemaren? Sepertinya bukan, yang jelas ada rasa enak aja kayaknya datang ke sekolah hari ini.

Gue duduk diruang makan bersama adik kesayangan gue untuk memulai sarapan, ditemani segelas jus alpukat dan ditambah taburan kacang diatasnya nyummy... rasanya lezat banget, cobain deh. He..he...jadi promosi nih ceritanya.

"Dek, ntar kakak pulang agak sore ya. Enggak apakan?" tanya gue selesai sarapan, sambil merapikan meja makan.

"Yah, enggak apalah Kak. Aku kan udah gede, lagian disamping rumah kan ada bibi," jawabnya, meyakinkan gue biar enggak cemas dengan keadaannya nanti kalo gue pulang agak sore.

Jujur gue belum pernah ninggalin adik gue sendirian dirumah, karena setiap gue pulang sekolah pasti dia belum nyampe rumah. Jadi gue suka was was deh. Perihal gue pulang agak sore? Gue juga enggak tau, feeling gue bilang hari ini gue bakalan pulang sore, udah itu aja.

"Oke, ayo kita berangkat dek," ajak gue.

***

"Hai, Kei!"

Sontak gue terkejut, tumben ada orang yang nyeru nama gue sepagi ini. Biasanya juga enggak ada yang nyapa.

"Eh... lo masuk kelas ini ya? Perasaan waktu MOS gue kagak liat lo deh," dahi gue mulai berkerut pertanda bingung, dan ingin segera mendapatkan jawaban dari orang yang gue tanyai.

"He..he.. gue kemaren enggak ikut MOS, males," jawabnya agak berbisik.

"Em... gue duduk dimana ya Kei?" tanyanya kebingungan, lalu melihat sekeliling kelas yang masih kosong bangkunya.

"Makanya, MOS! Lo duduk sama gue aja deh, tempat lain udah ada yang huni."

"Yah.. sebangku lagi dong ama lo? Cukup di SMP aja deh, SMA ogah gue," gerutunya.

"Yaudah kalo enggak mau, lo duduk di lantai aja," jawab gue dengan nada sedikit meledek.

"Iya deh, iya. Gue duduk sama lo," akhirnya teman gue pun mengeluarkan ucapan pasrah.

"Eh.. Kay, lo kok bisa nggak ikut MOS?" gue mulai penasaran, setau gue di sekolah ini belum ada siswanya yang enggak pernah ikut MOS.

"Idih... kepo amat lo."

"Yak elah... pelit amat lo Kay."

"Hehe... pis deh, jangan ngambek. Gue kasih tau nih alasannya kenapa bisa kagak MOS," rayu nya, setelah melihat raut wajah gue yang tampak menyedihkan.

"Apa?" tanya gue semakin penasaran.

"Gue MOS di SMA lain he he.." jawabnya sambil terkekeh.

"Loh, kok bisa?" pernyataan yang Kayla lontarkan semakin buat gue mati penasaran. Nih anak aneh banget dah! MOS dimana? Sekolah dimana? Bingung gue.

"Panjang Kei, ceritanya,"

"Enggak apa, certain aja gue kepo level dewa nih!" pinta gue.

"Lo pikir makanan apa? Pakai level dewa segala," ucapnya.

"Biarin, yang jelas gue kepo bin penasaran! Ayo, kenapa bisa gitu? Jelasin!" pinta gue lagi dengan nada suara yang agak tinggi, membuat orang orang yang ada di kelas menujukan pandangannya ke arah kami.

"Suara lo bisa pelan dikit enggak sih? Malu noh.. diliatin sama orang. Entar gue dituduh ngapa-ngapain loh " Jelas Kayla.

"Iya, iya.. lo sih buat penasaran aja. Tinggal ceritain aja susah," balas gue.

"Jadi gini..."

Kring....kring....

"Yah... upacara udah mau mulai, entar aja deh ceritanya. Ayo kelapangan!" ajak Kayla, sambil tertawa bahagia melihat gue yang sangat penasaran akan ceritanya tentang MOS.

***

Bel istirahat berbunyi, gue dan Kayla memutuskan untuk tinggal di kelas melanjutkan pembicaraan kami yang belum selesai tadi.
"Lanjut, yang tadi!" ucap gue, dan tak lupa memasang wajah memelas.

"Iya, iya"
"Jadi gini, ...." Kayla memulai cerita.

" Keiza, Kayla. Kamu ikut ibu dulu ke ruang guru ya!"

Tiba tiba wali kelas kami datang mengganggu suasana gue dan Kayla yang ingin bercerita.

"Ada aja gangguan," ucap gue kesal .

Dan Kayla lagi-lagi tertawa bahagia melihat gue yang semakin penasaran, namun cerita yang pengen gue denger enggak kesampaian.

"Iya, Bu In. Ayo, Kei!" jawab Kayla, sembari menarik tangan gue untuk mengikuti langkah wali kelas kami Bu Indah.

***

Gue dan Kayla keluar dari ruang guru membawa beberapa alat tulis dan kertas warna warni.

Yah... begini nasib jadi perangkat kelas, tadi selesai upacara kami mengadakan vote di kelas untuk memilih struktur kelas, gue ke pilih jadi wakil ketua kelas dan Kayla jadi sekretaris.

Sebenarnya gue ogah jadi perangkat karena pasti banyak tugas pikir gue, tapi mau gimana lagi Kayla yang nunjuk gue jadi calon perangkat, dan gue hanya pasrah karena ancaman cerita MOS Kayla yang masih buat gue penasaran sampai saat ini.

"Tuh kan, ribet banget jadi perangkat lo sih, pake acara nunjuk gue lagi," rengek gue, masih tak terima dengan kenyataan.

"Sekali-kali juga Kei, biar hidup lo berwarna dengan tugas-tugas", jawabnya sambil terkekeh.

"Berwarna apa? Suram yang ada!" ketus gue.

"Yak..elah, yaudah nanti pulang sekolah kita ngerjain ini dirumah gue aja. Nanti gue siapin camilan yang enak biar lo enggak kelaperan. Nyokap gue pasti juga senang kalo lo main ke rumah," ajak Kayla dihiasi seringai di wajahnya.

"Iya deh," jawab gue singkat.

Tuh kan, feeling gue benar tentang pulang ke rumah agak sore, tapi kalo tentang semangat gue pergi ke sekolah tadi, gue masih enggak tau apa. Emm...tapi mungkin gue semangat karena gue tau bakalan sekelas lagi sama soib gue di SMP Kayla.Tapi.... kok bisa? Au..ah... .

I Am A Simple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang