7. Tak Selamanya.

59 10 13
                                    

Tetesan hujan membasahi tubuh gue perlahan. Dengan langkah gontai dan tampang santai, langkah kaki  memasuki ruangan yang hampir penuh penghuni.

"Kei!"

Sapa wanita yang ada di depan gue dengan senyuman merekah.

"Hai!" balas gue.

Semua pasang mata penghuni kelas tertuju pada kami.

"Masih bisa masuk, lo?" teriak seorang wanita.

Mata gue langsung menuju sumber suara yang mengeluarkan kata-kata tersebut.

"Gue, enggak salah!" balas gue, jengkel.

"Nih, uang yang kata lo itu!"

Gue menghampir dan melemparkan beberapa lembar uang ratusan ke muka wanita itu, hingga uang tersebut jatuh bertebaran.

"Walau gue tau, gue enggak bersalah. Tapi ini menyangkut harga diri gue, enggak selamanya lo bisa ngerendahin orang semau, lo. Itu gue yang balikin uang lo! Dan gue juga udah tau siapa pelaku yang nyoneng duit, lo." Lanjut gue, lagi.

"Gue enggak butuh uang gue dikembaliin! Uang gue banyak! Bokap dan nyokap gue pengusaha hebat di negeri ini. Jadi, untuk apa gue mau ngambil nih pemberian  seorang gembel kayak lo? Gue kasihan sama lo, yang pontang-panting nyari uang. Jadi, saran gue lo pungut lagi tuh uang pemberian dari lo! Gue tau. Lo sangat butuh, jangan sok kaya, ya!" ucap Starla dengan logat sombongnya, sambil menggesekan uang yang jatuh dengan telapak sepatunya.

"Astagfirullah, masih ada juga ya manusia kayak dia? Ya Allah beri aku kesabaran."

"Terserah, lo mau bilang apa?! Alhamdulillah, gue masih bisa sabar ngadepin manusia kayak lo! Lo inget, baik-baik, ya! Suatu hari nanti, lo pasti bakal ngerasain hidup susah! Bumi ini muter, Sama kayak hidup. Oke, hari ini lo kaya, berkecukupan. Nanti bakalan ada, dimana lo sadar akan kesalahan, lo. STARLA ALVIRA." Ucap gue, dengan menekankan namanya.

"Enggak akan mungkin!" jawabnya singkat, dengan nada acuh.

" kita liat aja!" bisik gue ke Starla, seraya meninggalkan bangkunya menuju  bangku gue karena bel masuk akan berbunyi sebentar lagi.

"Gue bakalan ngeluarin lo dari sekolah," makinya.

"Hah? Enggak salah? Gue yang punya sekolah ini," jawab gue pelan, agar tak seorang pun yang mendengar.

***

"Saran gue, lo jangan masukin ke hati ya, ucapan Starla tadi," ujar Kayla seletah guru mapel pertama keluar dari kelas. Wajahnya tampak peduli.

"Aman, Kay. Lo kayak enggak tau gue aja." Jawab gue santai, sambil menyimpan buku pelajaran pertama dan mengeluarkan buku pelajaran selanjutnya.

"Eh, Kay. Reza kemana?" tanya gue. Dari tadi gue memperhatikan bangku yang ada di belakang gue karena tak berpenghuni.

"Dia di skors  1 minggu sama kepsek. Dan dia juga diancam akan di keluarkan dari sekolah kalo ngulangin hal yang sama atau lebih dari yang dia lakuin ke lo."

"Oh ... gitu."

"Keiza! Kamu kesini sebentar!" perintah Bu In  yang baru masuk ke kelas dan langsung meletakkan perlengkapan ke atas meja.

" Iya, Bu." Jawabku, lalu berjalan ke meja guru pengajar dengan sedikit tergesa-gesa.

"Ada apa, Bu?" tanyaku, penasaran.

"Ibu minta maaf ya, karena telah menuduh kamu mencuri." Ujarnya, sembari menjulurkan tangan dan tersenyum.

"Iya, Bu. Enggak apa-apa, kok."
Gue ikut tersenyum lalu menjabat tangan Bu In, pertanda gue maafin Bu In.

"Baiklah, Kei. Sekarang kamu boleh duduk kembali." Perintah Bu In tak lupa dengan senyumannya yang tampak lembut.

"Iya, Bu."

Gue menuju bangku dan menoleh ke arah Starla tampak ia melihat gue dengan kesal, gue pun tersenyum padanya dengan rasa penuh kemenangan.

"Bukan hari ini, tapi suatu hari nanti. Semua akan berubah, namun belum tentu dengan kehendak kita. Tuhan Maha Kuasa." Gue membatin.

***
Waktunya istirahat ...

"Kei. Lo jajan enggak?" tanya Kayla sambil mencari uang jajan dalam tasnya.

"Mmm ... enggak deh. Gue bawa bekal dari rumah." Gue menolak dengan halus lalu mengeluarkan bekal dari tas gue.

"Nasi goreng, lo mau, Kay?" gue memberitahu apa yang gue bawa sekaligus menawarinya, lalu membukanya dan terciumlah aroma khas nasi goreng yang tampak lezat.

"Ma--" ucapan Kayla terputus.

"Hai, Kei!" sapa seorang lelaki yang suaranya sudah tak asing lagi.

" Oh ... hai, Kak Ren." Ucapku membalas sapaannya.

"Yaudah Kei, Kak Ren. Gue permits ke kantin ya?" ucap Kayla lalu pergi meninggalkan kami berdua.

"Yak elah, tu anak. Iya, deh." Balas gue.

"Kemaren ada insiden ya?" tanya Kak Ren, membuka pembicaraan lalu duduk di bangku Kayla, samping gue.

"Iya, Kak. Eh ... makan, Kak?" jawab gue lalu menawarinya bekal yang gue bawa.

" Iya, kamu aja yang makan. Kakak udah kenyang. Ceritain dong?" tolaknya, halus. Lalu mengajukan permintaan.

Gue menelan nasi yang ada di mulut gue, lalu mulai bercerita tentang insiden yang menimpa gue.

"Nih kakak kelas kepo apa mau modusin gue, ya? Yaudah deh, positif thinking aja!" batin gue berbicara.

"Jadi gini, Kak ... "



Flashback On




Hehe ... Baru update setelah beberapa bulan lamanya.

Terimakasih sudah membaca, semoga terhibur dengan cerita imajinasi ini haha ^_^

Jangan lupa tinggalin jejak ya ... Oke?;)

Vott and comentnya ditunggu. Jangan segan, ya.

Makasih... :*





Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Am A Simple GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang