6. Lonely

3K 259 19
                                    

o0o

18.02

Aku menarik rambutku frustasi. Asal kalian tahu, itu sudah yang kedelapan kalinya dalam satu jam ini aku lakukan pada rambut indahku. Kembali kupijat pangkal hidung sampai kepala. Dan mulai (lagi) mencoba mengerjakan soal nomor 3 dari 10 soal mengerikan yang diberikan guru sinting itu.

Setelah lima menit mencorat-coret kertas untuk menghitung, kulempar pensil itu ke sembarang tempat. Aku menyerah, sungguh. Jika dipaksakan, fisika bisa membuat kepalaku jadi botak nantinya. Bagaimana nasib rambut indahku kalau itu sampai terjadi? Oh, tidak, tidak. Membayangkannya saja aku tak sanggup. 😂

Ayolah~ aku tidak akan sefrustasi ini jika besok pelajaran fisika ada pada jam pelajaran ke-2 atau ke-3 atau ke-4 atau ke-5 atau yeah ... Pokoknya selain jam pertama! Karena pasti besok aku tak akan sempat untuk menyalin jawabannya Hinata yang panjang kek rel kereta api.

Huwaaaa, jadi bagaimana ini?

"Aha!" pekik ku seraya menjetikan jariku, lalu mencari hand phone-ku di tempat tidur. Mataku berbinar menatap kontak Sasuke di sana, segera aku menulis pesan untuknya.

Sakura : Sas, ke rumah gue plis 😊 bantuin gue ngerjain pe'er fisika. Susah banget nih 😂

Sesaat sebelum kukirim pesan itu, pikiranku melayang ke kejadian sore tadi. Segera kuhapus dan akhirnya lagi dan lagi aku menarik rambutku. Mau ditaruh di mana wajahku jika pesan tadi sampai terkirim. Pasti Sasuke akan menyebutku tidak tahu malu.

Lalu, aku harus bagaimana? Huwaaaaa, Mamaaa! Papaaaa, bantu anakmu ini! Jangan honey moon mulu tiap bulannya -_- 

Aku menghela napas berat. Mungkin menemui Sasuke langsung dan meminta maaf padanya dapat membuat dia memaafkanku. Yeah, itu ide yang bagus. Mana mungkin dia tahan bertengkar dengan sahabatnya yang unyu ini. Haha 👻

Lagipula aku tak mungkin terus bertengkar dengan Sasuke. Aku dan Sasuke itu seperti pulpen dan kertas yang saling melengkapi. Tanpanya aku hanya butiran debu, huhu. Stop mendramatis, Sakura!

Segera kumasukan buku pe'er fisika dan pulpen serta hand phone ke dalam tas selempangku. Lalu berlari ke lantai bawah, menuju dapur dan membuka kulkas. Kuambil sebotol tupperware jus tomat. Untuk? Ya, tentu saja untuk menyogok Sasuke :v

Kuraih kunci mobil Honda Jazz merah Mama dan segera berangkat setelah memberi tahu Ayame soal kepergianku.

**

"Eh, Sakura. Kenapa malem-malem ke sini, sayang?"

Aku tersenyum manis membalas senyuman menawan Mami Mikoto. "Mau ketemu Sasuke, Mi. Sasukenya ada, nggak?"

"Ada, kok. Yuk, masuk."
Mami menarik tanganku masuk ke dalam rumah. "Ke kamarnya aja, Sasuke lagi belajar mungkin." Dia menunjuk ke lantai atas.

Aku mengangguk, sopan. "Saku ke atas dulu ya, Mi."

"Iya, sayang. Sekalian suruh Sasuke makan malem, ya. Dari tadi dia nggak mau keluar kamar."

Aku mengacungkan kedua jari jempolku seraya tersenyum lebar.
"Oke, Mi."

.

Knock knock

"Siapa?"

Aku diam tak menjawab. Jika aku menjawab, Sasuke pasti akan mengusirku tanpa mau melihat wajahku yang nantinya kupasang semelas mungkin dan sudah pasti gagal semua rencanaku nanti!

FriendzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang