Ku tak harus memilikimu
Tapi boleh kah ku slalu didekatmu..
Raisa - Jatuh Hati
Petikan gitar yang Rahadian mainkan terhenti. Ia mengalihkan pandangannya menuju gadis yang sedari tadi duduk disofa ruangan tersebut.
Gadis itu Adystha. Yang Rahadian lihat, gadis itu sedikit termenung. Tak begitu menghiraukan sekitarnya.
"Bol, kenapa lo?" tanya Rahadian to the point, menggunakan 'bol' dengan maksud 'cebol' untuk memanggil Adystha.
Yang ditanya masih terdiam. Memeluk bantal donat tanpa mau menggubris pertanyaan yang tadi terlontar.
Saat ini mereka berdua sedang berada di ruang musik dirumah Rahadian. Rahadian memintanya menemani bermain musik dan menilai permainannya. Menurut Rahadian, biarpun Adystha tidak mengerti soal alat musik atau instrumen, Adystha adalah pendengar yang baik. Adystha juga selalu mengingatkan pada Rahadian tentang bahunya yang kadang bungkuk, atau wajahnya saat bermain musik harus senyum dan hal hal lainnya.
Tapi untuk kali ini sepertinya percuma. Karna Adystha bukannya mendengarkan malah melamun sendiri.
Kesal karna Adystha tak merespon, Rahadian menyimpan gitar akustiknya beralih pada gitar listrik.
JREEEEEEEENGGGG!!!
"ASTAGHFIRULLAH..." seru Adystha terkejut mendengar suara dari speaker yang cukup keras.
"Heh bangsat! Lo mau buat gue jantungan?" tanya Adystha emosi melempar bantal donat yang tadi ia peluk ke Rahadian.
"Lagian lo dari tadi ga merhatiin gue! Gue nanya kaga di gubris!" jawab Rahadian. Ia memungut bantal donat yang terjatuh di dekat kaki setelah mendarat di wajahnya karna ulah gadis itu. Ia melangkah duduk disebelah Adystha.
"Lo kenapa?" tanya Rahadian lagi. Bantal donat tadi beralih kembali kepelukan Adystha.
Adystha diam sesaat. Lalu menghela nafas dan melihat kearah laki-laki yang ada disebelahnya itu.
"Kita udah temenan berapa lama sih Yan?" tanya Adystha. Kalau sedang santai mereka akan memanggil dengan sebutan tidak manusia. Bangsat dan cebol. Tapi kalau salah satu sudah menyebut nama kecil mereka - Tian-Dian - maka artinya ada hal yang serius.
Seperti saat ini. Rahadian yang dipanggil 'yan' paham kalau Adystha akan membahas hal yang normal.
"Embbh.. Sekarang tahun ke-5 pokoknya. Gue juga lupa, kita kenal waktu masih kelas satu SMP kan ? "
"Yep.. And after four years we together, did you feel something?" tanya Adystha.
"Eh eh tunggu, lo ga berniat ngungkapin perasaan ke sahabat sendirikan?" tanya Rahadian yang tanpa sadar tubuhnya mundur seakan memberi jarak dari Adystha.
"Ye bangsatttt!! Mana ada gue perasaan sama lo!" balas Adystha yang melemparkan lagi bantal donat.
Bantal donat itu harus bersabar karna terombang-ambing dilempar kesana-sini.
Rahadian misuh-misuh sendiri. "Lagian lo kenapa lagi tiba-tiba nanya gitu?" tanya Rahadian.
Adystha tak menjawab, malah menatap Rahadian. Diamnya Adystha membuat Rahadian memandang gadis itu. Tatapan mereka bertemu. Cukup lama diam dan saling tatap.
Tapi Adystha tak merasakan apapun. Tak ada rasa gugup atau akan salah tingkah. Rahadian mengernyitkan dahi, ia sendiri bingung dengan diamnya mereka.
"Tuh kan bener!" seru Adystha memutus tatapan mata mereka.
"Bener apaan ? Ga ngerti gue.. Lagian ngapain lo tadi natap gue ? Heh cebol.." tanya Rahadian bingung dengan rasa kesal.
Adystha dan Rahadian kembali berhadapan. Setelah menghela nafas akhirnya Adystha berani bertanya.
"Lo jangan geer. Dan jawab aja pertanyaan gue, oke?" tanya Adystha dan Rahadian menganggukan kepala.
"Lo pernah ga sih ada niat deketin gue?" tanya Adystha, walau heran dengan pertanyaan itu Rahadian akhirnya menjawab dengan gelengan.
"Lo pernah gugup or something like that kalo lagi sama gue?" tanya Adystha lagi.
"No...." jawab Rahadian pendek.
"Lo pernah ga sih kepikiran gue karna lo ada perasaan lebih ?" tanya Adystha lagi.
"Najis elah... Yang ada gua mah empet sama lo dijajah mulu!" jawab Rahadian semangat.
"Yeee elo mah gitu!" seru Adystha keki tapi akhirnya ia kembali tenang. "But, me too. I mean, gue pun emang ga pernah merasa gitu."
"So?" Rahadian memang butuh penjelasan atas sikap Adystha yang tergolong aneh ini.
Adystha menghela nafas lagi. Mencari posisi duduk yang lebih nyaman lagi lalu bercerita.
"Kemarin-kemarin Mimi bilang ke gue, kata dia ga ada sahabatan antara cewe-cowo tanpa cinta-cin-" ucapan Adystha terpotong karna Rahadian langsung terpekik.
"Merinding gue.." ujar Rahadian karna merasa bulu-bulu tubuhnya berdiri mendengar ucapan Adystha.
"Sorry nih ya Yan, selama ini gue ga pernah nganggep lo kaya gue liat cewe-cewe diluar sana. Gue liat lo dengan cara gue sendiri. Dimata gue, lo itu cewe baik dengan segala pengertian bikin gue nyaman, menjadikan lo temen- oke lebih dari temen. Lo itu udah gue anggap kaya sodara. Gue anak tunggal, gue gatau gimana rasanya punya sodara. Dan kehadiran lo itu ngelengkapin gue. Lo itu kaya kakak yang harus gue patuhi perintahnya, kadang kaya adik yang harus gue jagain."
Adystha mendengar semua penuturan Rahadian. Ia menghambur memeluk Rahadian. "Thanks ya Yan," ujarnya karna terharu mendengar ucapan sahabatnya itu.
Rahadian mengurai pelukan mereka. Tak ada perasaan aneh atas semua skinship yang mereka lakukan. Mereka memang tergolong jarang melakukan skinship. Skinship yang mereka lakukan tak jauh dari tindak kekerasan, seperti menjewer telingan, menoyor kepala, cubitan dll. Bahkan mungkin ini pelukan kedua mereka. Yang pertama saat kelulusan SMP mereka.
"Jadi lo kaya gini karna kepikiran kata-kata Mimi doang ? Ga ada yang lain?" tanya Rahadian.
"Tadi gue cuma mastiin kalo diantara kita emang pure sahabatan doang. Lo tau sendiri gue kan ada perasaannya ke Ananda,"
Rahadian manggut-manggut kepala seakan paham.
"Mimi mikirnya antara gue dan Binna ada perasaan. Tapi gue juga bingung. Selama gue sahabatan sama lo, dan sahabatan sama Binna gue merasa sama kok..."
"Yakin?" Tanya Rahadian dengan alis terangkat satu.
"Maybe... Gatau deh gue juga. Yang jelas lo tau kan gue sukanya sama Ananda.." jawab Adystha.
"Ya mungkin lo emang ga ada rasa sama Binna. Tapi ga ada yang tau juga gimana perasaan Binna ke elo ?"
Mendengar pertanyaan itu Adystha jadi makin resah. "Rese lo ah," gerutunya.
"Mending lo dengerin nih gue cover lagunya Raisa," ujar Rahadian. "Cocok banget buat lo ke si Ananda," dan Adystha menghadiahkan pukulan pada Rahadian karna ucapannya.
Ada ruang hatiku yang kau temukan
Sempat aku lupakan kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati
Ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir dirimu
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu,tapi bolehkah ku selalu di dekatmu
Ada ruang hatiku kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta namun aku jatuh hati
Ku terpikat pada tuturmu, aku tersihir dirimu
Terkagum pada pandangmu, caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa ku terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu, tapi bolehkah ku selalu di dekatmu
Raisa - Jatuh Hati
Dan sore itu berakhir dengan Rahadian yang melantunkan sebuah lagu. Dengan lirik lagu yang mewakili perasaan Adystha untuk Ananda. Juga sedikit bayangan Binna dalam pikiran Adystha.

KAMU SEDANG MEMBACA
Adystha
Teen FictionHe made me love him without looking at me. And now I know, no matter how much i love him, he can't love me back in the same way. Cause he loves someone else. "Mimi mikirnya antara gue dan Binna ada perasaan. Tapi gue juga bingung. Selama gue sahabat...