Save

34 3 0
                                    

Suara ujung pena yang diketuk-ketuk di atas meja dengan tumpukan kertas berantakan mengisi ruangan serba putih itu. Pria dengan jas putih yang menempel di tubuhnya memejamkan matanya sambil tetap mengetukkan pena di tangannya. Beberapa jam telah berlalu tetapi setengah dari berkas-berkas di hadapannya belum selesai ia kerjakan sama sekali.

Ia mengacak-acak rambutnya berusaha melupakan pertemuannya dengan gadis itu siang tadi. Gadis yang bahkan belum ia kenal selama seminggu itu entah bagaimana kini mengusik pikirannya. Ia menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Pena di tangannya mulai bergerak mengisi kertas di depannya.

Belum sampai 5 menit, ruangan itu kembali diisi dengan bunyi ketukan pena di atas meja seperti sebelumnya. Bayangan punggung gadis itu kembali mengisi pikiran Daniel.

"Jadi Charlotte beneran marah ya," gumamnya. Pria itu merasa bersalah akibat keteledorannya, ia membatalkan janjinya dengan gadis itu. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu akan marah padanya dan berakhir 'menjajah' pikirannya seperti saat ini.

Bertepatan dengan Daniel menghela nafasnya kembali, pintu ruangannya terbuka menampakan seorang perempuan berpakaian putih memasuki ruangannya. Perempuan itu berjalan kearah meja Daniel.

"Hey dok, apa ada masalah?"

"Ah, kapan kamu masuk ?" tanya Daniel kaget

"Maaf, tadi saya sudah mengetuk pintunya, tetapi tidak ada jawaban. Apa kamu baik-baik saja?"

"Hmmm, maybe.." jawab Daniel kembali menghela nafasnya untuk yang ketiga kali

"Tell me.." perempuan itu kini duduk di hadapan Daniel. Matanya memancarkan ketertarikan dengan cerita Daniel.

"Bukan masalah besar kok"

"Hei, mungkin aja aku bisa ngasih saran. Aku kasihan sama berkas-berkas klinik yang kamu anggurin itu," ucap perempuan itu menatap meja di hadapannya dengan pandangan miris.

Daniel menatap teman satu profesinya itu kembali sebelum akhirnya menceritakan tentang gadis yang mengganggu pikirannya. Perempuan itu hanya mendengar cerita Daniel seperti mendengar dongeng. Senyumnya merekah saat tahu bahwa inti pembicaraan mereka adalah tentang seorang gadis.

"Jadi menurutmu bagaimana?" tanya Daniel di akhir ceritanya

"Hmmm, sudah jelas dia marah sama kamu. Membiarkan seorang gadis menunggu tanpa kepastian itu benar-benar tidak sopan Dan," jawab gadis itu

"Jadi aku harus bagaimana? Aku sudah minta maaf tapi dia bahkan tidak mau mendengarkan aku," kini rambut Daniel telah berantakan akibat ulah tangannya sendiri.

"Besok kamu datang kerumahnya trus minta maaf lagi, mungkin aja kemarin dia cuma butuh waktu buat ngambek. Setelah dia nyadar alasan kenapa dia marah, pasti dia mau dengerin kamu,"

"Kalau dia masih marah?"

"Hei, sejak kapan Daniel jadi orang yang pesimis kayak gini? Lagipula kalau dia masih marah seenggaknya dia udah dengar alasan kenapa kamu engga bisa nepatin janji kamu kan? Selanjutnya hak dia mau lanjut marah atau engga. Dan kamu juga bisa sedikit ngilangin rasa bersalah kamu karena kamu udah ngasih tau alasannya."

"Tumben bijak,"

"Sama-sama Daniel. Lain kali kalo udah dibantuin jawabnya makasih ya, sayang" ucap perempuan itu sambil tersenyum paksa.

"Hahaha.. maaf deh Val, thanks ya" ucap Daniel mengacak rambut perempuan di depannya.

"Jadi kamu mau nginep di sini atau gimana? Sekarang udah lewat shift kita dan shift selanjutnya juga udah mulai kan?"

Another Me [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang