Switched

41 4 2
                                    

"HAHAHAHAHA... Dasar anak sialan! Berani – beraninya kamu mengganggu acara bermainku!" teriak pria tersebut kepada Charles yang tergeletak di atas tanah di hadapannya. Tangannya memegang gagang pisau yang menancap di sisi perutnya. Rasa perih berlomba menguasai saraf perasa tubuhnya.

"Dasar parasit! Apa kamu tahu aku sudah menahan diri selama 2 minggu penuh tidak membunuh perempuan khusus untuk bermain dengan gadis itu?!" kini rasa sakit di tubuh Charles bertambah dengan tendangan pria tersebut di punggungnya.

"Hei jawab aku brengsek! Pisau yang ada di perutmu itu hanya pisau kecil, pisau sekecil itu tidak cukup untuk membunuh kuman sepertimu! Mana kekuatanmu yang tadi? Apa main pahlawan-pahlawanannya sudah selesai?" tanya pria tersebut berjongkok memperdalam mata pisau ke dalam tubuh Charles.

"Aaarrrrggghhh" teriakan Charles membuat pria itu cekikikan. Sudut bibirnya melengkung melihat tubuh Charles yang bergetar karena rasa sakit yang diterimanya. Pria itu menatap wajah Charles, mengingatkannya akan gadis yang masih tidak sadarkan diri di dekat mereka.

"Sebenarnya aku tidak berniat untuk membunuh kamu, aku tidak tertarik membunuh seorang laki-laki. Aku hanya tertarik bermain dengan gadis-gadis muda, kau tahu? Tapi karena kamu sudah di sini tidak mungkin aku membiarkan kamu pulang tanpa 'oleh-oleh' kan?" jelas pria itu. Nada bicaranya menyiratkan rasa kecewa.

"Padahal seharusnya sekarang aku sudah bisa mendengar jeritan gadis itu, tapi karena kamu aku harus menunda 'hidangan utama'-ku. Jadi mari kita selesaikan sekarang, ada banyak permainan yang menunggunya," pria itu mencabut paksa pisau di tubuh Charles, mengarahkan benda tajam itu ketempat jantungnya berdetak.

"Mari mulai hitung mudurnya... Tiga... dua... sa-"

"tu.." suara itu melanjutkan hitungan mundur pria tersebut disertai dengan tancapan pisau di punggungnya.

"ARRRRGGGGHHHHH" gerakan pria itu berhenti bersamaan dengan jeritan dari mulutnya. Tubuhnya tidak dapat ia gerakan seakan-akan membatu.

Charles yang tidak dapat menahan kesadarannya lebih lama menutup matanya, rasa dingin dari air hujan yang dari tadi membasahi tubuhnya perlahan mulai menghilang. Teriakan pria itu mengiringi penglihatannya yang menggelap.

"Hehehehehehe...." gadis itu menarik pisau yang menancap di punggung pria itu perlahan-lahan sambil tertawa geli. Ia membiarkan pria itu merasakan sakitnya pisau yang sedikit demi sedikit mulai terlepas dari punggungnya.

Tepat saat ujung mata pisau itu akan terlepas sempurna dari punggung pria di tersebut, ia kembali menancapkan pisau tersebut lebih dalam dari sebelumnya. Suara jeritan pria itu menggelegar bersamaan dengan suara petir.

Gadis itu berjalan ke hadapan pria tersebut, ia berjongkok di depannya dengan tubuh Charles di tengah-tengah mereka. Matanya menatap wajah Charles yang memucat, bau amis darah Charles dan bau hujan bercampur di dalam indra penciumannya. Tangannya meraih pisau kecil yang telah terjatuh dari genggaman pria itu.

Ekspresi yang terpasang di wajah gadis itu tidak berubah, sorot matanya datar menatap tubuh sang adik di hadapannya. Pria tersebut memandang gadis itu dengan tatapan kaget, rasa sakit dari benda tajam yang masih menempel di punggungnya tak ia hiraukan lagi. Saat melihat mata gadis itu, dia tahu bahwa ia telah memilih mangsa yang salah.

Tubuh kecilnya menarik tubuh Charles menjauh dari mereka lalu kembali berjalan mendekati pria itu. Tangannya masih menggenggam pisau kecil sambil melempar-lemparnya ringan ke udara. Langkah santainya terdengar berbeda di telinga pria itu. Setiap langkah kaki gadis itu terdengar jelas di telinganya walaupun suara air hujan yang bertabrakan dengan tanah masih senantiasa mengiringi mereka.

Another Me [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang