Coffee Time

42 2 3
                                    

"Nona.. waktunya bangun. Saya sudah menyiapkan air hangat untuk anda. Sarapan juga sudah siap."

Anna mengatakan hal yang serupa seperti hari-hari sebelumnya. Sudah 2 minggu berlalu setelah kejadian "penyerangan" Charlotte dan Charles. Charles telah keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu dan masih harus beristirahat di rumah. Kehidupan Charlotte kembali seperti biasa.

Charlotte memejamkan matanya rapat-rapat sebelum bangkit dari tempat tidurnya menuju kamar mandi. Ia berdiri di depan wastafel, kaca di hadapannya menampakan wajah bantal nya dengan piyama berantakan yang melekat di tubuhnya. Luka di lengannya sembuh lebih cepat dari yang di perkirakan Daniel.

Dalam waktu kurang dari 30 menit Charlotte telah siap dengan pakaian yang sudah Anna sediakan untuknya. Di hadapannya sepiring nasi hangat dengan berbagai lauk di atas meja telah tersusun rapi.

"Pagi ma," Charlotte menyapa wanita paruh baya yang sedang mengunyah makanannya.

"Pagi sayang," wanita itu menghentikan makannya dan menyiapkan lauk di piring Charlotte.

"Kamu yakin mau kembali ke kantor hari ini?" ucap Charles tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan di hadapannya

"Yakin. Emangnya mau sampai kapan istirahat terus?"

"Tapi belum ada kabar tentang penyerang itu kan?"

"Memang belum ada. Tapi aku yakin tidak akan ada apa-apa sekarang,"

"Gimana kamu bisa yakin Charl? Kamu hampir mati waktu itu kalau aku engga ada," Charles mengalihkan pandangannya menatap Charlotte yang sibuk dengan makanan di atas piringnya.

"Firasat aku yang mengatakan kalau aku akan aman. Dan kenyataannya yang hampir mati itu kamu," Charlotte masih tidak peduli dengan tatapan adiknya.

"Sudah, kenapa kalian harus selalu berdebat? Sekarang kita lupakan saja topik itu,"

Suasana sarapan mereka diselimuti keheningan. Hanya suara detingan sendok yang berbenturan dengan piring yang terdengar di ruang makan itu.

"Ada apa? Kok sepi banget?" seseorang yang belakangan ini selalu ikut dalam aktifitas sarapan mereka menarik kursi di hadapan Charlotte dan mulai mengambil lauk di hadapannya.

"Seperti biasa El," wanita yang tadi menjadi penengah dalam perdebatan kedua anaknya menjawab pertanyaan Raphael dan membantunya mengambil makanan.

"Oh, yang sabar ya ma. Aku salut sama mama setiap pagi ngurusin kucing sama anjing berantem mulu," Raphael memberikan tatapan simpati kepada perempuan tersebut. Wanita itu hanya memberikan senyuman hangat sebagai balasan atas perkataannya.

"Engga tau sopan santun. Masuk ke rumah orang langsung ngambil makan." Charles melanjutkan memasukan makanannya ke dalam mulutnya.

"Engga punya etika. Masuk ke rumah orang berasa masuk rumah sendiri," Charlotte menenggak air dari gelas di hadapannya.

"Giliran ngomelin orang kompak. Mama, masa mereka gitu ke El," Raphael memasang ekspresi ngambek terhadap kakak beradik yang tetap melanjutkan kegiatannya tampak tidak peduli dengan lak-laki itu.

"Ma, aku berangkat ya. Aku kayaknya bakal pulang lebih malam gara-gara udah lama engga dateng ke kantor. Bye mom," Charlotte bangkit lalu mengecup pipi sang ibu lalu meninggalkan ketiga manusia yang masih sibuk dengan makanannya.

"Raphael, kamu engga nganterin Charlotte?" Charles menatap Raphael

"Udah pasti di tolak. Lagian kan dia berangkat sama Anna," Raphael menjawab pertanyaan Charles santai.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Another Me [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang