"Ketika saatnya tiba, yang terbaik akan selalu menghampiri."*******
Seorang lelaki tampan menggunakan jas berwarna hitam tengah berjalan memasuki cafe bernuansa green black bersama seorang wanita yang memakai rok pensil di atas lutut. Sesampainya di dalam, ia menyuruh sekretarisnya menanyakan tempat yang sudah dipesannya kemarin.
Sambil menunggu, pria itu sesekali mengecek smartphone-nya. Kemudian mendengus kesal melihat salah satu isi pesan dari seseorang yang sudah membuatnya stress beberapa hari ini. Lalu ia menyimpan kembali benda pipih itu ke dalam saku celananya.
"Maaf, Pak, ruang VIP cafe ini masih digunakan sejak dua jam lalu. Dan sepertinya mereka belum selesai," sekretaris sexy itu melapor.
"Apa maksudmu? Bukankah kita sudah memesannya dari kemarin?" tanya lelaki itu dengan suara yang cukup keras.
"Iya tapi ..."
"Di mana Manager Cafe ini?" teriak lelaki itu.
"Maaf, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" seorang karyawan lelaki mendekatinya.
"Di mana pemilik cafe ini?" tanyanya sekali lagi.
"Kenapa seenaknya saja membatalkan pesanan saya tanpa konfirmasi!" Lelaki itu tidak bisa bersabar lagi.
"Maaf, sekali lagi, Pak. Ini hanya salah paham. Kalau mau, Bapak bisa memesan ruang VIP yang lain."
"Apa? Hei! Enak saja kamu membatalkannya. Panggilkan bos bodoh kalian, sekarang!" ucap lelaki itu dengan emosi yang sudah di ubun-ubun, yang membuat manager itu lari terbirit-birit menuju ruangan bosnya.
Cella yang tengah sibuk dengan pekerjaannya, mendengar suara ribut di luar ruangan. Tapi sungguh ia tidak tertarik dengan hal itu. Menghitung pemasukan dan pengeluaran cafe lebih menyenangkan baginya. Tiba-tiba terdengar suara berondongan ketukan pintu yang membuat kupingnya panas.
Tok ... tok ...
"Masuk."
"Maaf, Mbak, di luar ada seorang ..."
Brrakk!!
Belum sempat karyawan itu menjelaskan kedatangan lelaki tadi, pintu ruangan Cella terbuka dengan suara yang sangat keras. Cella dan karyawannya serempak menoleh ke arah pintu. Di sana berdiri seorang lelaki dengan tampang yang lumayan garang. Lelaki itu terdiam beberapa saat mengagumi sosok cantik di depannya.
"Siapa pemilik cafe ini?" tanya lelaki itu menyembunyikan kekagumannya.
"Saya. Dan Anda ... siapa?" tanya Cella cepat.
"Oh, jadi kamu pemilik cafe? Nggak heran. Seorang wanita memang tidak pernah cocok menjadi pemimpin, wanita layaknya dipimpin ..."
"Terus? Apa hubungannya dengan Anda?" potong Cella santai.
"Saya sudah memesan ruang VIP cafe ini sejak dua hari yang lalu. Tapi kenapa saat ini ruangannya masih terpakai?" Cella mengerutkan kening bingung.
"Dua hari yang lalu?" Cella kembali bertanya.
Ia bergegas membuka buku catatan lalu mengangkat kepalanya, "maaf dengan nama siapa? Dua hari yang lalu hanya Pak Bagaskara, langganan tetap cafe ini yang memesan ruangan VIP 2. Selain itu tidak ada."
"Oh, ayolah. Jangan bercanda, Nona. Saya menyuruh sekretaris saya yang memesannya dan tidak mungkin salah. Kalian memang tidak bisa dipercaya!" ujar lelaki itu emosi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Kedua
RomanceDengan status janda yang disandangnya membuat Cella menutup rapat ruang hatinya dari panah asmara kaum Adam. Ia kuatir dikecewakan dan disakiti kembali. Akan tetapi pertemuannya dengan Athan merubah segalanya. Harapan baru akan indahnya mahligai ru...