"VIO ....!!"
Cella mengangkat kepalanya melihat wanita memakai rok hitam di atas lutut, kemeja biru yang menampilkan sedikit belahan dada. Cella mengerutkan kening seraya berpikir. Sepertinya wajah wanita itu tidak asing.
"Ada apa ke sini?" tanya Athan datar.
"Jadi pak Athan sudah tunangan?" tanya wanita bernama Vio itu.
"Maksud Athan ..."
"Iya. Aku sudah punya tunangan. Ada masalah?" sela Athan. Membuat Cella lagi-lagi mendesah kesal.
"Kok bisa?" Vio terlihat tidak percaya.
"Maksud kamu apa, Vio?" tanya Athan tidak mengerti.
"Ya maksud saya, selama ini pak Athan nggak pernah dekat dengan wanita mana pun. Aneh saja kok bisa sekarang tiba-tiba bapak punya tunangan," jelas Vio.
"Ya ampun, Nak Vio. Nggak usah heran gitu. Anak saya ini tampan. Nggak sulit buat nyari calon pendamping. Mungkin saja selama ini Athan hanya menyembunyikan hubungan mereka," tambah mama Athan.
"Enggak gitu, Ma. Aku sama Athan ..."
"Kami memang nggak bermaksud menyembunyikan hubungan kami. Tapi buat apa mengumbar hal yang menjadi privasi kita. Toh kita bukan artis." lagi-lagi Athan memotong ucapan Cella.
"Ayo nak Vio, kita makan bareng," tawar Sofi lembut.
"Nggak usah, Bu. Saya hanya mau mengantarkan berkas yang harus ditanda tangani sama pak Athan."
"Kamu tunggu aja di depan. Nanti saya ke sana."
"Nggak bisa sekarang?" tanya Vio.
"Vio! Kamu nggak lihat kalau saya lagi dinner?" tanya Athan geram. Tanpa bicara lagi, Vio segera keluar dari ruang makan itu.
Suasana makan yang tadinya hangat, berubah sedikit kaku. Cella tak henti-hentinya merasa kesal dengan ucapan semena-mena Athan. Pria itu benar-benar membuat kepala Cella terasa sakit.
Selesai makan, mereka kembali bergabung di ruang tamu. Di sana Vio duduk dengan satu kaki menumpuh satu kaki yang lainnya. Vio memandang Cella dengan tatapan benci. Cella membuang muka, berusaha tidak memperhatikan tatapan yang tidak bersahabat itu. Athan menarik Cella duduk di sampingnya. Membuat mama Athan tersenyum bahagia, tapi tidak dengan Vio.
"Mana berkas yang harus aku tanda tangani?" tanya Athan ketus.
"Ini, Pak." Vio menyerahkan map yang berisi dokumen pada Athan.
"Saya rasa dokumen ini bisa ditanda tangani besok di hotel. Kenapa harus repot-repot mengganggu waktu bersama keluargaku," ujar Athan kesal.
"Saya takut bapak nggak cepat sampai di kantor besok. Sementara besok berkas ini akan di ambil oleh pak Wahyudi," jelas Vio.
"Kapan saya tidak tepat waktu ke kantor?" tanya Athan geram.
"Ma ... maksud saya ..."
"Sudah selesai 'kan tugasmu?"
Vio menganggukkan kepala.
"Kalau begitu sekarang biarkan aku menikmati waktuku bersama keluargaku," ucap Athan dingin.
"Athan! Kok kasar gitu?" tegur mama Athan.
Cella membulatkan mata. Ia sama sekali tidak menyangka dengan apa yang diucapkan Athan. Selama ini Athan tidak pernah bersikap dingin dengan Cella. Kecuali sifat keras kepala dan pemaksanya itu. Tapi kenapa Athan sangat berbeda kepada Vio? Sungguh ia tidak mengerti dengan pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Kedua
RomanceDengan status janda yang disandangnya membuat Cella menutup rapat ruang hatinya dari panah asmara kaum Adam. Ia kuatir dikecewakan dan disakiti kembali. Akan tetapi pertemuannya dengan Athan merubah segalanya. Harapan baru akan indahnya mahligai ru...