Seminggu setelah kasus pelecehan yang menimpanya, Cella kembali beraktivitas seperti biasa, mengurus usaha yang telah dirintisnya dari nol. Meski terkadang perasaan takut dan marah akan kejadian di hotel masih terus menghantuinya.
Siang ini Cella tengah beradu dengan berbagai macam alat dan bahan di dapur, untuk membuat menu favorite cafe-nya, brownis coklat keju panggang. Cella terlihat sangat mahir mencampurkan semua bahan yang tersedia di hadapannya.
Ia mencairkan dark chocolate dan margarine lalu menyisihkannya. Cella mengaduk telur dan gula pasir hingga adonan mengental dan terlihat mengembang menggunakan mixer. Kemudian mencampurkan tepung terigu, coklat yang sudah dicairkan, dan baking powder sambil diayak secara perlahan. Setelah adonan mulai merata, ia mematikan mixer. Loyang brownis diolesi margarin secukupnya. Tak lupa ia memberi alas roti di dasar loyang agar hasilnya tidak lengket.
Cella pun beralih memanaskan oven terlebih dahulu. Adonan yang sudah jadi segera dituang ke dalam loyang dan memanggangnya di oven selama satu jam dengan suhu 160 derajat celcius. Setelah matang, brownis didiamkan sejenak. Setelah dingin, Cella mulai menghiasinya dengan cream, keju, dan coklat. Ia tersenyum saat melihat hasil karyanya yang siap untuk disantap.
"Mbak, apa kuenya saya pajang di depan?" tanya Dini, salah satu pegawai Cella.
"Iya, Din. Oh iya kamu mau buat kue lagi, 'kan?"
"Iya, Mbak. Mau buat brownis ketan."
"Oh ... ya udah. Aku mau ke ruanganku dulu. Yang enak ya buatnya."
"Pasti dong. Seperti biasa." Dini mengacungkan jempol tanda setuju.
Cella tersenyum, kemudian berlalu dari ruangan itu. Saat jam makan siang cafe mulai terlihat ramai. Cella pun ikut turun tangan membantu melayani pengunjung.
Dari pintu masuk terlihat seorang lelaki tampan dengan setelan jas kerja memasuki cafe. Ia menyunggingkan senyum ketika melihat Cella. Begitupun Cella.
"Hai ...." sapa si lelaki.
"Hai juga, Athan. Mau masuk ruangan VIP?" tanya Cella.
"Emm ... nggak usah. Aku mau ngajak kamu makan siang, boleh?" tanya Athan sedikit ragu. Cella diam mempertimbangkan ajakan Athan
"Oke. Tapi dengan syarat aku yang mentraktirmu. Sebagai ucapan terima kasih, karena sudah menolongku kemarin," tawar Cella.
"Deal," jawab Athan sambil tersenyum.
"Aku bilang ke pegawaiku dulu ya. Biar mereka nggak bingung nyari bosnya," ucap Cella sambil terkekeh.
"Aku tunggu di luar." Cella menganggukkan kepala setuju. Athan pun keluar menuju mobilnya.
***
Setengah jam kemudian Athan membelokkan mobilnya ke salah satu restoran ternama di kota itu. Restoran yang menyediakan aneka macam olahan ayam. Setelah mobil terparkir sempurna, mereka pun bergegas turun dan melangkah memasuki restoran. Para waiters menyambut mereka dengan sedikit membungkukkan badan.
"Mau outdoor atau indoor?" tanya Athan pada Cella.
"Outdoor aja kali ya. Cuaca juga mendukung. Lagian pemandangan di luar bagus," jawab Cella sambil memperhatikan bagian luar restoran.
"Oke."
Mereka pun berjalan menuju samping restoran. Pemandangan hijau serta sejuknya udara semakin menegaskan jika restoran ini memang tak salah menjadi favorite setiap orang di kota ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelaki Kedua
RomanceDengan status janda yang disandangnya membuat Cella menutup rapat ruang hatinya dari panah asmara kaum Adam. Ia kuatir dikecewakan dan disakiti kembali. Akan tetapi pertemuannya dengan Athan merubah segalanya. Harapan baru akan indahnya mahligai ru...