#2 Rintik Hujan

46 8 0
                                    

Aku berlarian bersama Randi di area perkebunan milik orang tuanya, yang lain dan tak bukan adalah paman dan bibiku. Aku yang masih berumur 12 tahun sangat senang bermain di area perkebunan itu, karena tempatnya yang cukup luas dan juga memiliki udara yang sejuk.

Saat itu kami sedang bermain kejar-kejaran. Aku yang tidak ingin tertangkap olehnya berlari terlalu jauh hingga akhirnya keluar dari area perkebunan. Aku tersesat karena aku sangat jarang bermain ke rumah pamanku ini yang berada di Bogor.

Aku bingung, aku ingin kembali tetapi aku tidak tahu kemana jalan untuk kembali ke perkebunan itu dan kembali ke rumah paman bersama Randi. Aku takut jika aku berusaha mencari jalan justru aku semakin menjauh dari perkebunan, akhirnya kuputuskan untuk diam di bawah pohon yang kurasa itu adalah pohon buah seri, berharap bahwa Randi akan datang mencariku.

Langit berubah gelap selagi aku menunggu, aku semakin tidak tenang karena Randi tak kunjung datang, pikiran-pikiran aneh mulai menghantuiku.

PUK

Seseorang menepuk pundakku dari balik pohon, aku cukup senang karena aku rasa itu Randi, tapi kemudian aku berpikir bagaimana jika yang menepuk pundakku ini bukan Randi??
"kamu tersesat ya?" tanya seseorang dari balik pohon, suara anak laki-laki pikirku.

Aku memberanikan diri dan berbalik melihatnya, aku terkejut melihatnya tersenyum begitu melihatku berbalik. Membuatku bertanya-tanya kenapa aku merasa aman hanya dengan melihat senyumnya.

"sebentar lagi hujan, kamu pulang kemana?" tanyanya.

Aku hanya terdiam tanpa mengalihkan pandanganku dari wajahnya.

"hey, kamu kenapa? Kamu gapapa kan? Kamu mau pulang?" suaranya menyadarkanku, "kamu dari mana?" tanyanya lagi.

"aku dari Bandung" bodoh, aku malah mengatakan tempatku berasal.

"hahaha, masa jauh banget sih nyasar kesini?" dia tertawa kecil mendengar jawabanku. "oh iya aku Dafin, nama kamu?" anak laki-laki itu mengulurkan tangannya.

"aku Tiara, mmm..aku dari perkebunan Pak Tio maksudnya, bukan Bandung" aku menjabat tangannya. Aku berharap dia bisa mengantarku kembali ke perkebunan.

Awan yang sedari tadi sudah berubah gelap kini tak kuat lagi menahan beban air yang dikandungnya. Air yang dikandungnya pun tumpah menghujani kami, tak begitu deras tapi cukup untuk membasahi tubuh kami.

Tanpa berkata apa-apa Dafin menarik tanganku dan mengajakku berlari meninggalkan pohon seri itu. "kita mau kemana?" tanyaku sedikit berteriak karena suaraku pasti teredam oleh suara hujan.

"ikut dulu aja, kita cari tempat teduh. Kalo diem disitu terus pasti kehujanan, nanti sakit." ucapnya, membuatku hampir tertawa mendenger hal tersebut terucap dari mulut seseorang yang baru saja kukenal.

Kami akhirnya berteduh di sebuah saung kecil, aku hanya diam tak mengucapkan sepatah katapun. Hanya memandanginya dengan penuh kagum seperti mungkin jatuh cinta pandangan pertama?

Dafin yang sejak tadi memerhatikan rintik hujan berbalik dan melihatku, "mau pulang sekarang? Udah reda nih, tinggal gerimis aja gapapa kan? Nanti keburu sore, takutnya kamu dicariin."

"iya deh pulang sekarang." aku beranjak dari dudukku dan berjalan mengikuti Dafin yang sudah lebih dulu berjalan di depanku.

Aku terus melihat punggungnya tanpa memerhatikan jalanku hingga aku terpeleset, BRUK "aduh" keluhku.

"kamu gapapa? Sini pegang tangan aku, biar ga jatoh lagi." pinta Dafin sambil mengulurkan tangannya.

"iya gapapa" jawabku yang langsung memegang tangannya karena refleks.

Dafin tersenyum tipis kemudian menuntunku berjalan pulang sampai ke perkebunan paman. "sampai sini aja ya? Aku takut dicariin." dia langsung berlari kecil meninggalkan perkebunan dan.. Aku.

"DAFIN KITA BISA KETEMU LAGI KAAAN??" aku berteriak sekencang mungkin agar dia mendengarnya. Tapi tak ada jawaban, entah dia mendengarnya atau tidak aku tak pernah tahu.

--o0o--

"Ra? Kenapa?" tanya Kirana membuyarkan lamunan Tiara. "semua orang ngeliatin elu tuh, lu mau exkul karate?" tanyanya karena saat ini exkul karate lah yang masuk ke kelas XI MIPA 3 untuk merekrut ulang anggota.

"eng.. Engga ko, gua mau ke toilet aja hehe" Tiara berlari keluar kelas menuju toilet. Tiara merasakan jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya entah apa penyebabnya, dia langsung membasuh wajahnya dengan air untuk menenangkan diri.

Setelah tenang Tiara segera keluar dari toilet untuk kembali ke kelas.

––––––––––––––––––––––––––––––––––––

Maaf ya kalo partnya masih pendek-pendek terus ceritanya agak gajelas, aku masih belajar😁

FYI aja nih part kali ini aku dapat ide gara-gara pas di sekolah mau pulang eh malah hujan haha

Udah ada yang tau kenapa Tiara kaget sampe berdiri gitu?? Belum kejawab yaa haha makanya pantengin terus Macaron buat tau kisah Tiara selanjutnya hehe..

Jangan lupa voment buat yang udah baca😘

Bubye~

MacaronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang