[ Lost In Seoul | 11B]
Dua hari kemudian, kegiatan yang Melissa lakukan masih sama seperti apa yang ia lakukan kemarin. Dari pagi sampai siang, pergi untuk les bahasa, dan saat siang menjelang maka ia akan berkeliling untuk menemukan tempat yang sekiranya membuka lowongan kerja untuk mahasiswi internasional.
Sementara sekarang ini, saat malam menjelang dan Sohee baru pulang dari pelatihannya, Melissa sedang asik dengan laptopnya untuk mengetik cerita dalam rangka projek novelnya yang terbaru. Kedua telinganya tertutup earphone dan Sohee sudah tidak lagi terkejut begitu ia mendekat lalu mendengar dentuman musiknya. Sohee menggelengkan kepalanya dan melempar tasnya ke atas kasur miliknya.
"Sudah ku katakan, seharusnya kau hanya perlu bertahan dan menunjukkan jati dirimu yang sebenarnya. Tapi, malah begini kan jadinya."
Melissa mengangkat tangan kirinya untuk menginterupsi agar Sohee tidak lanjut bicara. Ia memasukkan lagi camilan ke dalam mulutnya.
"Jangan bicara, aku sedang fokus dengan ceritaku," titah Melissa dan hanya dibalas dengan decakkan oleh Sohee. Dengan suara music sebesar itu, sahabatnya ini bahkan masih dapat mendengar celotehannya.
"Ye-ye," ujar Sohee, berlagak bicara dengan nada drama-drama kolosal. "Lagi pula, aku sudah menemukan beberapa anak kampus yang tidak menyukai Choi Minho. Mungkin kami akan membuat anti-fancafe."
Melissa langsung menutup layat laptopnya dan mencabut earphonenya. Ia berbalik dan menyilahkan kakinya, menghadap Sohee yang kini duduk bersandar di ranjangnya dengan antusias.
Sohee berdecih begitu berhasil mendapatkan perhatian Melissa. "Cih, katakana saja kau masih tertarik," ucap Sohee, namun dibalas gelengan cepat oleh Melissa.
"Apa ada lowongan admin untuk mengurus websitenya?"
Sohee yang terlihat kesal mendengar pertanyaan yang tak terduga dari Melissa langsung saja meraih gulingnya dan melemparnya kea rah Melissa. "Tentu saja tidak ada, kau bodoh! Menemukan haters Choi Minho sama saja dengan mencari selembar benang merah di antara benang oranye!" tukas Sohee, geregetan. Bagaimana mungkin ia bisa membuat website yang kemungkinan orang mendaftar adalan nol?
Mendengar desahan kecewa dari Melissa yang kini mulai membuka kembali layar laptopnya, membuat Sohee berpikir keras kalau pasti tadi sahabatnya ini percaya padanya.
"ASTAGA LUPA GUE SAVE!"
•••
Hari terus berlalu, dan musim telah berganti.
Walau salju memang sudah tidak lagi turun, tapi hawa masih cukup dingin untuk Melissa bepergian dengan baju oblong santai. Jadi, ia mau tidak mau harus menggunakan jaket untuk melindungi tubuhnya dari cuaca. Juga, karena tubuhnya yang masih harus menyesuaikan dengan pergantian musim di sini.
Melissa masuk ke asramanya setelah ia selesai dengan les bahasanya, kemudian membuka laptop dan mencari-cari sekiranya ada lowongan tetapi sukar sekali ia temukan, mengingat di sini bukanlah di Indonesia yang dapat dengan mudah ia menemukan situs-situs lowongan pekerjaan.
Kecewa dengan hasil, akhirnya ia memutuskan untuk menulis kembali, kala ia sadar kalau belum mengganti pakaiannya. Ia kemudian mengambil pakaiannya dan segera masuk ke toilet untuk mengganti.
Sohee pulang dengan selembar lowongan kerja yang ia cabut dari papan pengumuman di halte bis sepulangnya dari atm center. Ia meletakkan selembaran kertas itu di atas meja belajar Melissa.
"Melissa?" panggil Sohee, sedikit berteriak untuk memperluas jangkauan suaranya.
"Di toilet," balas suara yang Sohee yakini sebagai Melissa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Seoul [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[[ Sudah Terbit: Tersedia di Toko Buku Seluruh Indonesia ]] ❝ Dream is never about dreaming a dream. But, I do. I've lost in my own dream. ❞ Cita-cita Melissa adalah berkuliah di negeri ginseng, yang pada akhirnya berhasil ia dapatkan dengan usaha y...