[ Lost In Seoul | 14 ]
Setelah beberapa saat tangannya yang semula beku terasa perlahan-lahan mulai mencair, gadis yang bahkan sebelumnya tidak dapat bergerak sama sekali dari posisinya itu akhirnya menarik tangannya.
Bingung dengan bagaimana reaksi yang seharusnya ia keluarkan di saat-saat seperti ini, apakah ia harus marah karena disentuh atau malah justru berterimakasih karena sudah dihangatkan? Melissa tidak tau harus bagaimana dan memilih untuk segera saja membalikkan posisi tubuhnya untuk menutupi gerak kikuknya.
Bagaimana bisa pikiran semacam itu terbesit di kepalanya? Berterimakasih karena sudah dihangatkan? Hah, yang benar saja. Seorang Choi Minho itu tidak lebih dari sekedar playboy yang memaasang kedok dengan berpura-pura menjadi cowok cool agar semakin banyak perempuan yang tertipu akan muslihatnya itu, dan seolah-olah membuat scenario kalau perempuan-perempuan itulah yang duluan datang kepadanya.
Melissa menggelengkan kepalanya dengan cepat. Untuk apa ia repot-repot berpikiran sejauh itu?
"Ehm, aku baik-baik saja." Melissa menarik tangannya, yang walau enggan tetap Minho lepaskan.
"Jangan sampai sakit. Kau harus mengurusku."
"Mengurusmu?" ulang Melissa, tidak percaya dengan telinganya sendiri.
Minho tersenyum jahil, yang merupakan kali pertama bagi Melissa untuk melihat kejadian langka semacam ini. Ia cepat-cepat sadar dan melempar kaus kaki ke arah Minho.
"Jangan pernah kau tersenyum seperti itu lagi! Sedetikpun jangan!"
Bukannya berhenti seperti yang diperintahkan, Minho malah semakin tersenyum jahil mendengar ucapan Melissa.
"Kenapa? Apa kau tidak bisa berpaling dariku? Apa kau jatuh cinta padaku?"
Tangannya yang terbebas langsung saja menepuk bahu Minho, dengan mata yang terbelalak ia menatap Minho dalam-dalam. "Apa kau selalu memiliki kepercayaan diri yang setinggi itu?!" tanya Melissa, hampir memekik karena gemas.
Minho tertawa lagi.
"Aku ini aktor, wajar kalau kepercayaan diriku tinggi."
Mendengarnya, Melissa berusaha menahan emosinya dan hanya memutar bola matanya dengan sebal. "Terserahlah. Lebih baik sekarang kau gunakan krim penghangat."
"Krim penghangat? Bukankah aku baru saja mengatakan kalau aku baru saja selesai lompat tali, dan kau baru saja menghela keringatku?"
"Aish, jjajeungna," umpat Melissa kesal. "Aku kan juga menghela keringatmu dengan handuk hangat, bukan dengan air dingin."
Minho menahan tawanya. "Baiklah-baiklah. Kau juga jangan lupa mengenakan krim penghangat, karena tanganmu dingin sekali."
•••
Kakinya terus saja dihentakkan ke lantai, pikirannya melayang ke mana-mana dengan arah pandangannya yang kosong, dan ide menulisnya buyar seketika.
Melissa tidak tau jenis hantu apa yang merasukinya sehingga ia bingung untuk melanjutkan ceritanya dan malah terbengong seperti ini. Ia tidak pernah kehilangan ide untuk menulis sekalipun dan ia hanya berhenti menulis di saat malas menghadang, bukan kehilangan pikiran.
"Melissa."
Ia tersentak seketika saat suara Produser Joo menggema di telinga sebelah kanannya dan bahu sebelah kanannya juga ditepuk perlahan demi bisa menyadarkannya.
Melissa menutup layar macbooknya dan langsung menggigit bibir bawahnya karena lagi-lagi lupa untuk menyimpan tulisannya. Sedetik kemudian ia tersadar dan langsung bangkit demi bisa menghadap Produser Joo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost In Seoul [SUDAH TERBIT]
Fanfiction[[ Sudah Terbit: Tersedia di Toko Buku Seluruh Indonesia ]] ❝ Dream is never about dreaming a dream. But, I do. I've lost in my own dream. ❞ Cita-cita Melissa adalah berkuliah di negeri ginseng, yang pada akhirnya berhasil ia dapatkan dengan usaha y...