Marcelino Abraham, seorang pengusaha muda yang sukses. Diumurnya yang masih menginjak kepala dua, ia sudah berhasil membuka 10 cabang perusahaan Abraham's Corp yang tersebar dibeberapa negara maju seperti Amerika, Jepang, Inggris, Jerman, Prancis, Italia, Belanda, Afrika Selatan, Rusia, dan Korea. Ia menggantikan kedudukan Ayahnya dikursi CEO, tapi walaupun ia hanya sebagai penerus ia sudah bisa membawa nama Abraham's Corp menjadi perusahaan terbesar dunia nomor 5. Laki-laki yang biasa disapa Marcel ini memang bisa di bilang cukup keras dalam mempekerjakan para karyawannya, dia tidak akan segan-segan memecat karyawannya yang tidak serius dalam jam bekerja. Ia juga akan berskap dingin bila berhadapan dengan para bawahan. Karna sikapnya yang seperti itu tak ada satu karyawan pun yang akan berani bersapa-sapa dengan Marcel.
Dan sekarang laki-laki itu sedang duduk ditengah-tengah rapat, mendengarkan salah satu karyawannya mempresentasikan keungan perusahaan. Sesekali pandangannya melirik pada gadis yang kini sedang duduk dipojok ruangan. Entah hanya perasaannya saja atau memang benar kalau gadis itu sedikit mirip dengan gadis masa lalunya yang entah sekarang ada dibelahan bumi mana, atau mungkin dia masih hidup atau tidak entahlah dia tidak peduli. Jika memang gadis itu adalah gadis masa lalunya kenapa gadis itu tidak membencinya?, bahkan ia bersikap seolah-olah mereka tidak pernah bertemu. Masih teringat jelas bagaimana ia menghina gadis itu, walaupun mulutnya melontarkan kata-kata kasar tapi hatinya berteriak seolah tidak terima. Ada sebesit rasa sakit sebenarnya waktu melihat gadisnya menangis karna dirinya sendiri.
Gadisnya?, apa ia bisa berkata begitu?, rasanya Marcel ingin menertawakan dirinya sendiri, jika memang gadis itu gadisnga seharusnya ia menjaganya baik-baik bukan malah membencinya, kau memang bodoh dude batinnya.
" Bagiamana Pak ?" tanya karyawannya sopan.
" Ya bagus, saya pikir meeting kita sudahi dulu " ucap Marcel dan tanpa berkata apa-apa lagi laki-laki itu keluar dari ruangan meeting yang menimbulkan tanda tanya besar dibenak para karywannya.
Marcel berjalan menuju ruangannya dengan pikirannya yang berkecamuk. Dia hanya ingin tenang diruangannya tanpa diganggu oleh rapat-rapat sialan itu. Laki-laki itu menjatuhkan bokongnya disofa ruangannya dan meyenderkan punggunggunya kesandaran sofa, rasanya hari ini ia benar-benar sangat lelah. Baru saja ia akan memejamkan matanya ketukan dipintu membuat ia menggeram.
" Masuk " teriaknya.
Setelah itu muncul seorang gadis cantik dari balik pintu. Marcel menoleh kearah Abi dengan tatapan datarnya.
" Ada apa ?" tanyanya dingin.
" Maaf Pak, ada yang ingin bertemu dan sedang menunggu dilobi " ucap Abi.
" Saya akan akan kesana " ucap Marcel tanpa menatap wajah Abi.
" Saya permisi dulu Pak " ucap Abi sopan.
Marcel hanya mengangguk, lalu Abi pergi keluar dari ruangan itu. Marcel menghela nafasnya sebelum ia berdiri, ayolah ia baru duduk sebentar dan sudah ada yang ingin mengganggunya?. Dengan malas laki-laki itu berjalan keluar runagan dan menuju lift. Setelah berada dilift Marcel segera memencet tombol untuk menuju lobi.
Ting
Pintu lift terbuka dan memeperlihatkan kesibukan dilobi, ada yang sedang menerima telpon, ada yang sedang berbincang-bincang dan juga ada yang sedang membaca buku dikursi tunggu. Semua kesibukan itu berhenti seketika seperti ada yang mengehentikan waktu saat Marcel berjalan melewati mereka, semua mendadak menjadi hening dan menundukan kepalanya takut jika mereka menatap mata atasannya itu akan membuat diri mereka terbakar. Seakan tak peduli Marcel terus berjalan mendekati seseorang yang memainkan ponselnya, ia yakin pasti orang itu yang ingin bertemu dengannya, bagaimana tidak orang yang sedang duduk itu adiknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Handsome and The Beast
De TodoBeauty and The Beast, kisah hidupku sebenarnya sedikit mirip dengan cerita fiksi itu, hanya saja jika aku akan lebih tepat Handsome and The Beast, ya aku bukan wanita cantik dengan tubuh yang seski, aku hanya seorang gadis gendut yang jelek tapi mem...