Prolog

299 122 140
                                    

💖💖💖

Selama tiga tahun.

Canda dan tawanya telah lama terhanyut dengan seiringnya putaran waktu. Masa lalunya yang kelam berhasil mempermainkan kehidupannya yang sekarang--dan mungkin juga masa depan. Jati dirinya yang sejak dulu menghilang membuat gadis itu semakin buruk dan terasingkan.

Ia bernapas, melihat, mendengar, dan berbicara.

Tapi, seakan-akan semua itu hanyalah perintah Tuhan yang harus ia jalankan dengan banyak paksaan.

Jalan hidupnya sangat tersusun indah. Saking indahnya ia ingin menolak dan memilih untuk menukar posisi ditempat yang berbeda.

Hidup seperti apa yang aku jalani Tuhan ?
Keluarga mana yang kini tersisa untukku?
Kebahagiaan mana yang layak aku terima?

Teriaknya dalam hati.

Percakapan terakhir dengan saudaranya terus saja terulang tanpa ia minta.

"Kakak akan mencoba untuk membujuk kak Rafly agar turun dari mobil dan ikut dengan kita lagi, tunggulah disini dan jangan pergi  kemana-mana, Kakak berjanji akan kembali."

Ia mengangguk paham dengan diiringi satu impian dimana ia mengharapkan dua kakaknya berkumpul bersamanya lagi.

Sudah hampir satu jam ia menunggu di kursi taman, tapi tak ada tanda-tanda kedatangan kakaknya dari seberang jalan sana. Dengan sedikit keberanian, ia bangkit dari duduknya dan berjalan ketakutan kearah jalan.

Air mata mulai mengalir deras di lesung pipinya yang manis, kakinya masih kaku untuk mengejar mobil sport hitam yang tadi sempat kakaknya hampiri.

Tapi sekarang ...

Kesalahan apa yang membuatmu mulai memisahkan aku dengan satu persatu keluargaku?

Kenapa Kau tidak memberikan ku satu kesempatan untuk merasakan bahagia bersama keluargaku?

Kenapa Kau melakukan ini?

Kenapa Tuhan?

Apakah Kau juga menyalahkan ku atas kepergian Bunda?

Jika pada akhirnya seperti ini, akan ku paksa Bunda untuk tidak melahirkan ku

Jika pada akhirnya seperti ini, akan ku paksa Bunda untuk memenuhi permintaan Ayah

Untuk apa aku hidup jika pada akhirnya aku ditinggalkan?

Untuk apa aku hidup jika pada akhirnya aku sendirian?

Batinnya.

...

"KAK DAFLYYY!!!!"

"KAK RAFLYYYY!!!"

Setetes demi Setetes darah telah menyelimuti aspal kasar yang telah gadis itu pijak dengan kaki telanjangnya.

Ia merasakan sakit, sakit yang amat perih karena harus mencoba lagi menerima kenyataan bahwa ia benar-benar sendirian.

💖💖💖

Tbc.

Tinggalkan jejak kalian yaa :)

Sebening Embun #wattys2017 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang