IX. Albi

90 36 31
                                    

Haii 💖 💖 💖

Sebenernya ini cerita udah lama terbengkalai, huh author ga tau udh sepenuh apa hantu menguasai setiap sudut cerita ini. Abaikan.

Setelah satu tahun di biarin dan kemaren author bc, lumayan juga, jadi semngat karena komentar bbrp dari kalian. Ya mskipun author yakin pasti readers udh pada kabur ngacir krna udh lama ga publish. Btw kalo mau tau, author sibuk. Sekarang author lagi masa pembekalan buat akhirat. Megang hp cmn minggu doang, dan kayaknya ini bakalan terbengkalai lagi setahu. So, buat kalian terserah kalo mau baca, ga jga gpp. :')

Lgsg aja laha ya, author emng hebat acting

---------

Hah, ini sudah terlalu sering Sheyla mencelakai dirinya. Pikirannya benar-benar miring, sangat merepotkan keluarga barunya dan tentunya author juga.

Kejadian kemarin membuat dirinya harus di rawat, sangat disayangkan karena melewati masa mosnya di Sma. Sudah hampir seminggu dia terbaring, tapi perempuan itu masih belum waras. Kenapa masa lalu begitu kejam untuk mempermainkan dirinya? Ayolah, seharusnya perempuan bodoh itu yang bisa mengendalikannya.

Hey! Kau yang membuat cerita tapi malah menyalahkan pemeran utama.

Terserah jariku lah, apa masalahmu pemeran pembantu?

Cih. Sebaiknya kau mulai serius dengan ceritamu. Jangan kecewakan readersmu tuan putri psikopat.

Haha. Aku suka dengan gelar yang kau berikan.

Cih. Cih. Cih. Rasanya aku ingin menampar wajah iblismu itu.

Melukaiku maka peranmu akan aku cabut!

"..."

Oke. Ayo sekarang kita berteman dan mulai serius.

***

Sudah seminggu, tapi hasilnya masih sama.
Pemindahannya untuk di rawat di Singapore membuat Firda harus menetap disana. Sesekali anak kembar mereka menjenguk, ya meskipun Calv masih tidak sudi melakukannya.

Hari berlalu amat cepat. Siang berganti malam, detik berganti menit, jam, hari, minggu dan akhirnya bulan. Tak ada yang bisa menebak apa yang terjadi hingga waktu menyapa memberi salam dengan apa yang kita capai, entah itu kebanggan atau bahkan penyesalan? Hah hanya Tuhan yang tahu.

Tiga bulan. Waktu yang lumayan lama untuk masa pemulihan Sheyla. Firda yang setia di sampingnya membuat Sheyla benar-benar bertekad untuk membuang masa lalunya sangat jauh.

Senja mulai meluruhkan bumi dengan anggun, moment yang dicintai Sheyla, tak pernah dia melewatkan satu pun untuk menyaksikan pertemuan antara siang dan malam itu. Ia tahu tak ada yang berbeda di setiap senja yang hadir dalam hari-harinya. Semua senja sama saja. Merah, kuning dan jingga menyatu menjadi sunyi. Tapi, ia selalu merindukan desau angin pada waktu senja. Menurutnya, angin senja berbeda dari angin yang berhembus pada pagi atau siang hari. Angin senja lebih romantis. Terkadang ia duduk di kursi gantung rooftopnya sampai larut malam hingga orang tuanya yang harus turun tangan untuk membujuknya tidur.

Tak lama, kehadiran seseorang membuatnya diam, menikmati setiap detik ketenangan yang dia bawa. Berulang kali ia menyelipkan sejumput rambut indahnya dibalik telinga karena semilir angin. Ia menghela napasnya untuk memulai pembicaraan, "terimakasih."

"Untuk?"

Tak ada kontak mata diantara mereka, yang dipandangnya hanya langit senja. Seakan langit adalah perantaranya, "untuk tiga bulan lamanya."

"Kau akan mengulanginya?" tanyanya. Kali ini bukan lagi langit, iris mata mereka yang teduh menjadi saksi senja kali ini. Tuhkan, senja memang romantis.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebening Embun #wattys2017 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang