II. Anak Angkat

184 108 116
                                    


Ia mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya pergi ke tempat dimana mereka tinggal.

....

"Ashley!" Pekik Relyta terkejut.

"Zio, bawa dia ke kamarnya."

Zio langsung membawa ke kamarnya dengan hati-hati.

Relyta membuang nafas kasar seraya mengobati lukanya yang semakin lebar dengan betadine, persediaan obatnya habis jadi untuk malam ini hanya obat itu yang dipakai.

"Apa lagi yang ia lakukan, Zio ?"

"Seperti biasa. Alu melukai dirinya dan hampir tertabrak" Zio menjawab lemas.

"Lagi? tapi ia rapuh," Relyta bangkit dan menghampiri Zio. "Ini sudah tengah malam, sebaiknya kamu tidur!" Zio mengangguk lalu keluar meninggalkan kamar wanita.

===

"Sudah lama suamiku menginginkan seorang putri setelah kelahiran putra pertama kami, tapi Allah berkehendak lain dan mengirim kami seorang putra lagi. Jadi, jika ada salah seorang anak perempuan yang berhasil memikat hati kami, dengan senang hati kami akan mengadopsi nya menjadi putri kami."

Dengan cantiknya, Relyta sebagai pemilik Panti Asuhan itu tersenyum lembut dan mulai mengajak tamunya berkeliling hingga mereka berhenti di dekat taman.

"Ini punyaku. Jangan ambil milikku."

"Seharusnya kau yang tidak mengambil barang ku, kemarin Nyonya baik itu yang memberikannya padaku."

Dua anak perempuan yang berumur 5 tahun bertengkar merebutkan satu boneka. Ashley yang kebetulan lewat langsung menghampirinya dan merebut boneka barbie-nya.

Dua anak perempuan itu menatap satu sama lain. "Kak Ashley. hiks. hiks. Fita merebut boneka ku."

"Itu boneka ku, Gita!" teriak Fita dengan bulatan mata yang sempurna.

"Hei hei adikku yang manis—" lerai Ashley sambil menjewil hidung kedua anak itu bergantian.

"Kenapa kalian bertengkar hanya karena sebuah boneka? Bukankah kalian itu saudara kembar yang baik dan penurut? Gita, bukankah kau berjanji akan melindungi adikmu Fita dan akan membuatnya selalu tersenyum?"

Gita diam sejenak lalu memberikan boneka yang dipegangnya. "Maaf Fita, ini milikmu."

Fita menerima boneka itu dan tersenyum, "Maafkan aku juga Gita, ayo kita main sama-sama."

Dua anak perempuan itu mencium pipi Ashley lalu pergi bermain.

"Gadis itu—" Alard mengingat sesuatu

"Ah ya aku mengingatnya. Seminggu yang lalu gadis itu lah yang telah menyelamatkanku. Emh bagaimana keadaannya?"

"Mas, dahinya masih diperban."

"Seminggu yang lalu ada warga yang menemukannya dipinggir jalan dengan keadaan pingsan, jadi kami kira ia melakukan aksi nekad nya lagi untuk bunuh diri." Relyta menjelaskan seraya menatap Ashley dari kejauhan.

"Apa? Bunuh diri?" Firda mengulangnya.

"Waktu itu saya ingin membawanya ke Rumah Sakit, tapi dia menolaknya dan langsung pergi. Tapi, kenapa kalian berpendapat seperti itu?" tanya Alard heran.

Relyta duduk di kursi taman dan mulai bercerita, "dia kehilangan motivasi hidupnya tiga tahun yang lalu ketika kedua kakaknya pergi meninggalkannya."

Firda menatap suaminya lalu berjalan menghampiri Relyta. "Lalu orang tuanya?" tanya Firda penasaran.

"Bundanya meninggal setelah melahirkan Ashley dan Ayahnya bunuh diri setelah menerima kabar bahwa istrinya meninggal. Indra tidak setuju Wina melanjutkan kehamilannya karena itu akan membuat nyawa Wina terancam dan akhirnya Ashley lahir tanpa kehadiran orang tuanya." Firda meneteskan air matanya, ia merasakan sakit yang dialami gadis itu.

"Kami akan mengadopsi nya." ucap Alard yakin. Firda mengangguk untuk lebih meyakinkan.

Tbc.

Sebening Embun #wattys2017 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang