VI. Perubahan

106 74 51
                                    

Sekedar Informasi!

untuk kalian yang udah mau mampir ke ceritaku, aku ucapkan Terimakasih 💖
Semoga kalian terpuaskan dengan jalan ceritanya dan faham sama isinya :)

Aku akan lebih menghargai kalian yang membaca lalu memberikan Commentar dibandingkan dengan orang yang hanya ng'bom Vote doang tanpa tau jalan ceritanya.

Ingin dihargai?
Maka hargai karya orang lain.

And ...

Maafkan karena Typo bertebaran :)

Terimakasih :) 💖

❄❄❄

"Mulai sekarang, tidak ada lagi Ashley! Dia sudah mati bersamaan dengan perginya kalian! Sheyla akan merubah semuanya. Tidak ada lagi Ashley yang diam dan selalu menunggu!.

...

Sinar matahari pagi berhasil lolos masuk dari celahan tirai soft pink bermotif love hingga menerpa kulit tubuh sang gadis yang sedang tertidur.

Dengan sangat terpaksa, ia membuka matanya dan mulai menyeimbangkan cahaya lampu yang menyorot terang. Dibukanya jendela kamar hingga udara alam yang sejuk memenuhi volume ruangan dan gadis itu merasakan kesegaran setelah menghirup nya.

Ia membulatkan matanya dengan indah seraya menghampiri cermin yang memantulkan gambar dirinya yang berbeda. Bukan lagi Ashley yang dulu.

Sedangkan dilantai bawah sana, tepatnya di dapur dimana seorang wanita karir yang merangkap menjadi seorang Ibu di keluarga Fascalys tengah sibuk mempersiapkan sarapan untuk keluarganya. Ditengah kesibukannya menata roti di piring, ia berhasil dikejutkan oleh kehadiran seseorang yang malam terakhir ini sering ia cemaskan.

Ditatapnya gadis itu dari ujung kaki hingga ujung rambut. Ada sedikit perubahan dari penampilannya, mulai dari rambut yang digerai indah dan paduan rok remple berwarna merah maroon dengan baju kaos panjang berwarna putih yang baru kemarin malam Firda belikan untuknya. Mata Violet dan bulu mata lentiknya yang tersembunyi dibalik kacamata berbingkai hitam model lama membuat orang lain terasa iri ingin berada di posisi nya. Pasalnya, Sheyla bukan hanya saja genius, tapi ia pun cantik.

Sheyla melekukan bibir tipisnya yang manis, sehingga manusia manapun yang melihatnya akan merasa gemas termasuk wanita yang berdiri dihadapannya "Selamat pagi, M-m-maah?" sapanya dengan sedikit gugup.

Firda sontak merengkuh kuat tubuh Sheyla lalu mencium kening Sheyla berulang kali. "Anak mamah benar-benar cantik. Mamah senang akhirnya kamu bisa ceria kembali, sayang."

Sheyla tersenyum dan mulai membantu Firda menata roti lalu membawanya kemeja makan.

Beberapa menit setelah itu, keluarga Fascalys telah terduduk manis menempati kursi makan, dimana posisi duduk mereka selalu sama dengan beberapa hari kebelakang sebelum adanya kehadiran anggota baru.

Sheyla duduk disebelah kursi Firda, tepatnya duduk berhadapan dengan Calvin. Celvin hanya terkekeh melihat ketidak berdayaan adiknya.

Alard memandang putri angkatnya dengan perasaan yang amat bahagia. Alard berdehem dan berhasil mencuri perhatian mereka semua. "Papah telah mengambil keputusan bahwa—"

Alard menggantungkan kalimatnya sambil memandang ke arah Sheyla.

"Sheyla akan melanjutkan Sekolahnya di LIHS dengan kalian."

Ukhukk ukkhukk

Dengan secara bersamaan, sepasang saudara kembar meraih gelas yang berisikan air putih.

Mereka saling tatap satu sama lain. Mengingat akan hal tadi, mereka kembali menatap Alard  dengan raut muka benci.

"Aku gak akan pernah terima gadis gila ini satu sekolah denganku!" ungkapnya egois.

Kelvin mengangguk menyetujui penolakan adiknya, "Papah kan bisa cari Sekolah selain LIHS, aku pun gak akan pernah setuju dengan ide papah!" tambah Kelvin dengan sarkastik.

"Papah tidak minta persetujuan kalian, lagi pula LIHS adalah Sekolah favorite tempat dimana setiap orang pun mempunyai hak yang sama. Setelah apa yang papah ketahui dan lihat langsung dari hasil raport, Sheyla berhak masuk ke LIHS karena prestasi-nya yang sangat bagus. Jadi papah mohon, kalian bisa menghargai keputusan papah!" ungkap Alard final.

Kelv dan Calv hanya mendengus kesal. Keputusan akhir Alard sungguh tidak dapat dibantah lagi kecuali jika ingin menanggung resiko tidak mendapatkan uang saku selama satu bulan.

Firda menyentuh lengan Sheyla dengan lembut sambil tersenyum. "Besok kamu akan mulai Sekolah di LIHS."

Alard dan Firda bangkit dari duduknya meninggalkan anak-anaknya. Firda mengantarkan suaminya sampai depan pintu rumah. Sedangkan didalam sana, Calvin menggebrak meja membuat dua manusia yang masih setia di kursinya tersentak kaget. "Lo puas buat kita kesiksa hah gadis gila? Lo itu parasit di sini. tau?"

Pletakk

Calvin mematahkan kacamata milik Sheyla dengan mudahnya, "Ini baru permulaan, gadis gila!" sambungnya dengan seringai senyum tipisnya lalu pergi.

Kelvin pun bangkit dan meninggalkan Sheyla yang masih membatu dalam duduknya.

Di sisi yang lain, ada seseorang yang menatapnya sedih. Sebagai seorang ibu, ia pergi menghampiri putri angkatnya untuk menghiburnya.

Sheyla berpaling menatap kearah Firda dengan senyum tipisnya. "Ayo ikut mamah," ajak Firda seraya menarik lembut lengan Sheyla.

Sheyla hanya diam ketika ia diperintah untuk segera masuk kedalam mobil, "Pasang seat-belt nya, sayang." Sheyla menuruti tanpa banyak bertanya.

Setelah 10 menit menatap jalan raya yang diselimuti berbagai kendaraan, kini ia mengedarkan pandangannya pada sebuah bangunan yang sangat megah. Ribuan bahkan jutaan orang selalu hadir dalam setiap harinya.

ITC (International Trade Centre)

setelah ia membaca bagian puncak gedung, kini ia memiliki niatan untuk bertanya. "ITC ? untuk apa kita kesini, mah?"

Firda hanya tersenyum lalu menggandeng lengan Sheyla setelah memarkirkan mobilnya. "Kita akan shopping," Ucapnya dengan jelas dan padat.

Optik Sais

Lagi-lagi ia dibuat heran dengan arah tujuan mamahnya.

"Sayang, kemari lah!" Ucapnya seraya memilih-milih kacamata.

Sheyla menghampiri Firda, "Untuk siapa?" tanyanya bingung. Firda menoleh sambil tersenyum, "untuk kamu, sayang."

Sheyla menunduk, "Apakah mamah salah membahagiakan anak mamah?" tanyanya seraya menangkup wajah putrinya.

"Aku sudah sangat bahagia bisa memiliki keluarga baru, jangan repotkan kalian untukku. Ini tidak benar."

Firda tersenyum menanggapi putrinya, "Kamu menganggap kami keluarga, bukan?" Sheyla mengangguk memberi jawaban.

"Apakah kamu akan melakukan apapun untuk membahagiakan keluarga mu?" tanya lagi Firda.

"Tentu saja mah," balas Sheyla.

"Lebih dari itu, mamah pun akan melakukan hal yang sama seperti apa yang kamu katakan, kebahagian mamah adalah kamu menuruti permintaan mamah, Okey?" Kini Sheyla mengalah dan kembali menuruti permintaan baik mamah nya.

🎀🎀🎀🎀🎀

Tbc.

Terimakasih sudah mampir :)
Jangan lupa kasih Vomment yaa :)
Pahala 😁😘

Hargai Author yaks 😘

Sebening Embun #wattys2017 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang