I. Bangkit

215 111 121
                                    

💖💖💖

"Ashley..."

Teriakan dari arah berlawanan tidak merubah sedikitpun posisi duduknya di tengah jalan raya yang sedikit sepi dan gelap. Hanya ada beberapa kendaraan yang masih melintas dijalanan itu, dan...

Tinnnnnnnnnnnnn

"ASHLEYYYY AWASSSS!!!"

Kini suaranya lebih lantang dan penuh penekanan. Ia berlari menghampiri gadis itu dan mementalkan tubuh mereka ke pinggir jalan.

Dugghhhh

Gadis itu terkejut sesaat, dan kembali terhanyut dalam lamunan nya seraya menatap jalan raya dengan tatapan kosong.

Ini yang kesekian kalinya gadis itu hampir tertabrak bahkan pernah. Kejadian itu terjadi seminggu yang lalu dan meninggalkan bekas luka memar di dahinya yang kini ia terpaksa harus melapisinya dengan perban. Tapi sekarang, darah itu kembali mengalir dari dahinya karena terbentur batu besar.

"Maafkan aku Ashley, aku melukaimu."

Berulang kali orang itu meminta maaf seraya membersihkan darah yang masih menodai wajahnya. "Biarkan aku mati!"

Sederhana namun berdosa membuat orang itu terpaku dalam sorotan tatapannya yang tajam. "Aku bosan mendengarkan kalimat itu! Bicaralah dengan kalimat yang berbeda dan masuk akal."

Ashley membuang nafas kasar tanpa mengalihkan tatapannya. "Aku ingin pergi selamanya! tapi kau malah menyelamatkan aku tanpa meminta izin dariku!" ia berteriak dengan suara yang terbata.

Plaakkkkk

Ashley memegang pipinya perih.

Orang itu menepis tangan Ashley lalu menangkup wajahnya dengan kedua tangannya. "Semua ucapanmu benar-benar membuatku terluka Ashley. Sampai kapan kau menyiksa dirimu seperti ini? Kedua kakakmu tidak akan kembali! mereka tidak peduli padamu!"

plakkkk

Ashley melayangkan tangannya dengan kasar, ia menatap sosok didepannya dengan marah. "Berani nya kamu mengatakan hal buruk tentang Kakakku, Zio! Mereka akan kembali dan sekarang aku sedang menunggunya!"

Zio hanya memamerkan senyum tipisnya.

"Kamu sudah terlalu lama menunggu mereka! Tiga tahun! Selama tiga tahun mereka meninggalkanmu dan kamu mengharapkan mereka kembali? Bangunlah Ashley! Lihatlah duniamu sekarang ini, kau menghancurkan hidupmu hanya untuk menunggu mereka yang jelas telah bahagia dengan keluarga barunya! Sedangkan dirimu? Semakin lama dirimu semakin buruk dan memprihatinkan!"

Gadis itu hanya tersenyum kecut dengan menahan rasa sakit yang selalu mencabik hatinya disetiap waktu. "Aku hanya bisa tenang jika aku pergi."

'Plak Plak'

"Mengertilah Ashley, aku tidak ing-"

"Tampar lah wajahku Semaumu, Zio. Buatlah diriku sadar kalo apa yang aku lakukan memang salah." Gadis itu mengintrupsikan tangan Zio dan kembali menampar pipinya sendiri.

"Alu cukup!"

Gadis itu membeku setelah mendengar nama panggilan Alu yang diberikan Kakaknya -Rafly-

"Semua ini salah. Apa yang kamu lakukan setelah ditinggal mereka adalah salah! Seharusnya kamu mencoba keluar dari masa lalumu, bukan diam dan menerima jati dirimu pergi terbawa arus seperti ini!"

Gadis itu masih diam menatap seseorang dihadapannya.

"Kamu harus mencoba melupakan semuanya dan mulai bangkit untuk memperbaiki masa depanmu. Apakah dengan seperti ini kamu bahagia? Dan masa depanmu terjamin cerah? Tidak akan!"

Gadis itu menunduk berusaha menjernihkan otaknya yang selalu menjudge bahwa perkataan sahabatnya adalah salah.

"Zio, aku selalu berusaha untuk membenarkan kata-kata mu. Tapi pikiranku selalu saja menyerang balik semua ucapanmu. Seakan yang kamu katakan adalah salah dan apa yang aku lalukan adalah benar. Aku sangat sulit untuk keluar dari masa laluku, Zio. Aku bukan wanita yang mudah berubah. keadaanku seperti ini dan semakin lama ketidak berdayaanku kembali diambil alih oleh masa laluku, seakan masa laluku yang berkuasa penuh terhadap diriku."

Zio terhenyak mendengar penuturan sahabatnya. Hatinya merasa perih mendengarkan semua itu.

"Aku pun ingin berubah jauh sebelum kamu mengatakannya. Aku ingin memperbaikinya hidupku, tapi masa laluku yang bodoh selalu saja mengurungkan niat ku dan akhirnya aku putus asa. Aku merasa bahwa aku tidak mempunyai alasan untuk hidup la-"

Syuttt

Ucapan gadis itu terhenti setelah satu jari telunjuk sahabatnya menempel di bibir ranum nya.

"Hiduplah demi masa depanmu! Hiduplah demi orang-orang yang masih mencintaimu! Dan hiduplah demi diriku!"

Gadis itu menatap sahabatnya dengan sangat dalam lalu memeluknya.

"Aku beruntung mempunyai sahabat seperti dirimu. Terimakasih Zio." ucapnya lalu tertidur dalam pelukan Zio.

Sahabat? Aku kira kamu mengerti dengan arti ucapanku tadi.

Batin Zio miris.

Ia mengangkat tubuh gadis itu dan membawanya pergi ke tempat dimana mereka tinggal.

💖💖💖

Tbc.

Vommentnya setelah baca ya guys :)
Seeyou

Sebening Embun #wattys2017 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang