Hari Yang Ditunggu

198 28 9
                                    

Juni, 2016

Dee berjalan dengan mata tertutup. Sedangkan tangannya memegang erat lengan seseorang yang menuntun langkahnya.

"El ... ini di mana? Kenapa tidak terdengar apa-apa?" tanyanya dengan nada ketakutan.

"Tenang. Aku ada bersamamu. Hati-hati melangkah," jawab El tenang.

Dee mengembuskan napas lelah. Tidak terdengar lagi suara kendaraan atau orang yang berbicara. Yang terdengar hanya suara gesekan dedaunan dan hembusan angin yang menghantarkan udara sejuk.

"El ... sudah sampai?" tanyanya kembali.

"Sebentar lagi, Dee," jawabnya

Tiba-tiba langkah kaki mereka berhenti. Penutup mata yang disematkan di kedua mata Dee terlepas. Spontan ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan keadaan.

Dee tertegun melihat pemandangan indah di depannya. Sejauh matanya memandang terdapat lahan kosong yang ditumbuhi banyak ilalang, rerumputan liar serta bunga Dandelion di sekitarnya. Memang terlihat biasa, tetapi pancaran cahaya senja di sore itu mampu melukiskan keindahan alam yang sempurna.

"Dari mana kamu tahu tempat ini?" tanya Dee seraya memejamkan mata dan menghirup udara alam bebas.

"Hanya kebetulan saja, saat aku melintas tempat ini dan tidak menyangka jika ada tempat seperti ini," ucapnya.

"Bagaimana menurutmu?" tanya El pada Dee yang hanya diam.

"Aku sangat menyukainya," ucapnya dengan memandang lurus ke depan lalu tersenyum.

"Kamu kenapa?" tanya Dee ketika melihat ketegangan di wajah El.

Hanya gelengan kepala dan senyuman yang diberikan El. 

"Lihat! Di sana ada kupu-kupu," seru El mengalihkan perhatian Dee.

Dee langsung menghampirinya, ia nampak senang mengejar hewan bersayap indah itu dan tertawa senang ketika tidak berhasil menangkapnya. Semua itu tidak luput dari pantauan El yang entah mengapa terlihat gugup sore ini.

"El ... sini!" pinta Dee namun tidak ada jawaban.  

Saat ia menoleh ke tempat El berdiri tadi, betapa terkejutnya Dee melihat pemandangan di belakangnya. Ia shock dan speechless

Di sana tampak seorang pria tengah berlutut dengan satu kaki. Tangan kanannya memegang sebuah kotak kecil berwarna hitam. Dee berjalan perlahan menghampirinya.

"Aku tahu ini terlalu cepat untuk kita yang baru memulai suatu hubungan. Hanya saja ..." 

Karena gugup, kata-kata yang sudah disiapkan si pria menguap begitu saja. Lalu terdengar umpatan kecil dari bibir El yang membuat Dee tertawa. Ternyata adegan yang sering El lakukan di film, tidak semudah ketika ia dihadapkan langsung dengan situasi sesungguhnya hingga membuat El frustasi.

"Intinya, aku sangat mencintaimu, Dee. Aku tidak bisa hidup di masa depan jika tidak bersamamu. Aku ingin menghabiskan sisa hidupku bersamamu. Dan menjadikanmu ibu dari anak-anakku!"

Setelah mengambil nafas, El melanjutkan ucapannya. 

"Adeeva Faustine! WILL YOU MARRY ME?!"

Dee yang masih shock hanya mengeluarkan suara terkesiap dan mematung. Respon yang terlihat dari Dee membuat El merasa waswas. Ia takut jika ini tidak berhasil sesuai harapannya.

Mungkin benar ini terlalu cepat jika dibandingkan dengan hubungannya dengan Tristan dan ketakutan akan kegagalan memang ada. Namun perasaan Dee terhadap El sangat besar sehingga ia berani mengambil resiko apa pun itu nantinya.

A Celebrity's Wedding StoryWhere stories live. Discover now