Tujuan Tristan

141 15 8
                                    


"Kamu yakin mau masuk?" tanya Ana menoleh khawatir ke Dee. Tidak ada sahutan selain helaan napas dan tatapan ragu ke arah restoran mewah di depan mereka.

"Dee ..."

"Aku harus menemuinya dan meluruskan semuanya. Jadi sebaiknya kamu pergi sekarang, nanti terlambat meeting-nya," usir Dee halus dengan menampakkan cengiran tanpa dosa. Ana berdecak tidak suka.

"Sudah, pergilah! Aku mau masuk dulu."

Dee yang hendak keluar dari mobil mengurungkan niatnya ketika mendengar ucapan Ana. "Biarkan aku menemanimu, ya?"

Dee menaikkan alisnya tidak mengerti, tapi sedetik kemudian ia terkekeh geli melihat wajah khawatir asistennya yang berlebihan.

"Ya ampun, An. Aku hanya menemui seseorang dan kamu mengenalnya, bukan mau pergi ke medan perang. Jangan berlebihan deh!" gerutu Dee sembari memutar bola matanya kesal.

"Oke! Aku sudah telat begitu pun kamu, let's go!" potong Dee cepat ketika sang asisten hendak bicara lagi, "aku akan menghubungimu nanti, bye ..." lanjutnya seraya membuka pintu mobil.

Ana mendengus tidak senang melihat kelakuan artis sekaligus sahabatnya itu. Ia sangat mengkhawatirkannya, entah kenapa hatinya gusar dan mempunyai firasat buruk akan pertemuan Dee dengan pria masa lalunya. Namun ia segera menepis jauh-jauh perasaan itu.

Semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk.

***

Dengan langkah anggun Dee memasuki restoran mewah bergaya Prancis. Kedatangannya disambut hangat waiter.

"Mari saya antar, Nona," ujar sang waiter setelah Dee menyebutkan nama orang yang reservasi.

Mereka menuju private room yang terletak di lantai dua restoran tersebut. Dalam perjalanan, sang waiter sedikit mencuri pandang ke arah Dee dengan tatapan terpesona. Bagi Dee, mendapat perlakuan seperti itu sudah biasa. Bukan hanya karena paras cantiknya saja, melainkan profesinya juga menjadikannya pusat perhatian banyak orang.

Bunyi pintu dibuka menandakan ia telah sampai ke tempat tujuan. Dee mengedarkan pandangannya, private room ini didesain dengan konsep klasik, didominasi warna gold dan merah jadi terkesan elegan.

Ketika ia mengalihkan pandangannya, bola mata birunya bertemu pandang dengan pria yang semalam meneleponnya. Pria yang hampir dua bulan ini tidak bertemu dan menghilang entah ke mana setelah malam pertengkaran itu.

Dee ..., gumam Tristan tersenyum ketika ia sudah berada di depannya.

"Hai ... apa kabar, Kak?" tanya Dee gugup karena sudah lama tidak bertemu, apalagi pertemuan terakhir yang berakhir buruk membuatnya agak canggung.

"Baik," jawab Tristan menarik kursi untuk Dee duduki. "Bagaimana denganmu?"

"Baik juga," jawab Dee sembari duduk dan mengucapkan terima kasih.

Ucapan basa-basi mereka diinterupsi oleh kedatangan waiter yang menanyakan pesanan mereka.

"Kamu mau makan apa?"

Sebenarnya Dee enggan memesan makanan karena ini sudah sore dan sebentar lagi makan malam tiba. Tapi ia tidak enak hati menolak tawaran Tristan, jadi Dee hanya memilih salad untuk dirinya. Sementara lamb chop menjadi menu makanan pilihan Tristan.

"Hanya salad? Apa ada fashion show atau photo shoot?"

Pertanyaan Tristan membuat Dee terhenyak. Ternyata Tristan masih ingat tentang kebiasaannya yang akan diet kalau ada kegiatan fashion show atau semacamnya. Profesinya sebagai model mengharuskannya menjaga bentuk tubuh.

A Celebrity's Wedding StoryWhere stories live. Discover now