PART 3 : Cara Mengatakan Hallo

302 9 8
                                    

Selamat tinggal kelas 1, akhirnya sekarang gue bisa merasakan yang namanya punya adik kelas. Teman-teman gue juga mulai memperhatikan penampilannya hanya demi tebar pesona. Mulai merasa berkuasa di sekolah, bergaya sok cool ketika melewati adik kelas, dan hal hal lainnya yang mungkin kalian juga ngerasain hal itu, terutama cowok.

Demo ekstrakulikuler juga menjadi ajang tebar pesona ketika hari akhir MOS. Bergaya ok agar para cewek adik kelas bertanya "Siapa sih si kakak itu ?". Untuk yang OSIS, mungkin gak perlu susah-susah buat menarik perhatian. Ketika ada domba bergerombol disitu ada sekelompok serigala, ketika ada anak baru di sekolah disitu ada sekelompok jones.

Bagaimana dengan gue ? Hanya duduk di pojokan melihat semuanya. Kali ini gue mulai sadar kalau gak perlu terburu-buru, dan gak ada salahnya jomblo, Ya gak ? Jomblo lebih baik kok (*catatan seorang cowok yang ditolak terus)

Semua berjalan biasa-biasa aja, gak ada hal yang special. Gue ingat, ketika itu gue pernah berdoa yang permintaannya cukup aneh. Gue pengen punya cerita unik dalam soal percintaan. Fix, kayanya gue akhir-akhir itu kebanyakan nonton film romance. 

Gue lupa tanggal berapa, yang gue ingat saat itu adalah pertengahan september. Hari dimana gue memulai UTS pertama di kelas 2. Pada tahun ajaran baru ini, siswa yang mendaftar mulai membludak. Akhirnya, ketika gue ulangan kelas gue kebagian di aula sekolah. Lantai 2 aula ada sebuah kelas, mungkin gak bisa dibilang kelas, semacam ruang untuk rapat tapi dijadikan kelas. Ruangan itu sempit untuk seukuran kelas, bentuknya lorong seperti bus. Yang menjadi nilai plus di kelas ini adalah adanya dua buah AC.

Sistem duduk yang mungkin sama seperti kalian ketika UTS. Dibagi dua dan digabungkan dengan tingkatan kelas yang lain. Maksud gue ibaratnya kaya satu ruang kelas ada kelas 1,2 bahkan 3, Get it ? Gue yakin semua sekolah hampir menerapkan sistem ini. Karena gue kelas A gue pun disatuin dengan kelas 1A.

Hari pertama, rasanya mulai berbeda. Gue yakin teman-teman gue juga merasakan hal yang sama. Suka dengan adik kelas, momen yang gak pernah terlupakan. Gue yang berada di depan dan dia yang ada di posisi tengah. Cewek yang lucu, dengan rambut poni, dan terurai panjang, tubuh yang tidak terlalu tinggi dan terlihat pendiam. Untuk kali ini gue merasakan suka terhadap seseorang setelah dalam waktu yang lama gue merasa menyerah.

Di lantai satu aula, tempat biasanya gue kumpul dengan teman-teman sehabis ulangan. Gue melihatnya jalan sama temennya. Berada di lantai dua, gue bisa melihatnya dari sini.

"Hey Fidz, lu tau nama cewek itu ?" tanya gue ke teman yang bernama Hafidz.

"Gak tau gue" jawabnya singkat.

"Serius lu ?" tanya gue lagi untuk memastikan.

"Gue belom pernah liat dia, paling baru tadi pas di kelas" ucapnya "Lu suka sama dia ?"

"Kagak kok, cuman penasaran doang" Mencoba menghindar lalu membuang muka ke arah lain. Menghindari rasa curiganya.

Satu hal yang gak penah gue lupakan saat pertemuan pertama itu, adalah senyumannya yang manis. Seakan gue juga ikut tersenyum ketika melihatnya seperti itu (Lebay banget). Kulitnya yang coklat, melengkapi segalanya. Gue suka dia, sadar akan hal itu.

Terkadang, ketika ada kesempatan gue selalu mencoba mengintip ke belakang. Melihatnya yang sedang fokus ngerjain soal, tersenyum sendiri seperti orang gila walau terkadang gue sadar gue udah gila dari dulu. Momen yang membosankan ketika ujian adalah menunggu bel untuk keluar ruangan. Ketika selesai mengerjakan soal, mencuri curi pandang kepadanya selalu menjadi hal yang gue lakukan. Tak lama ketika gue menatapnya, arah bola mata dia perlahan mengarah ke gue, seketika juga gue mengalihkan pandangan dari dia. Begitu aja terus sampai negara api ada ekstraknya.

Cinta Kura KuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang