Perkara 2

47 1 1
                                    

Aku duduk menunggu seseorang yang bernama Nadia julaika,di cafe yang telah ditentukan sebelumnya. Untuk membahas apa sih? Penting sangat kah itu.

Sudah 20 menit berlalu,ia tak kunjung datang. Apa dia hanya mengerjai ku atau masih diperjalanan. Aku menopang wajahku sambil memainkan hp. Ia tak juga datang,masih lama kah?

Aku melirik kanan kiri memastikan apakah ada tanda tanda kedatangannya. Mataku menangkap sesosok perempuan berjalan memasuki cafe ini. Dengan memakai celana jeans dan atasan swither warna putih dengan rambut terurai sebahu. Cantik.

Dia berjalan menuju tempat dudukku. Ia langsung duduk tepat dihadapanku,apa dia sudah tahu bahwa yang dihadapannya ini orang yang tepat.

"Gue Nadia julaika,sepupunya Bintang. Loe Vita kan?" Tanyanya dengan wajah datar.

"Iya. Ada perlu apa ya ngajak ketemuan." Ucapku to the point.

"Gue cuma ngasih tau loe buat jauhi Bintang!!!" Jawabnya sambil menunjukkan jari telunjuknya di hadapanku.

"Kenapa?"

"Loe nggak tau apa. Bintang itu udah punya pacar dan mereka lagi LDR-an. Loe tau kan LDR itu apa? Awalnya gue nggak permasalahan nih pertemanan kalian karna dengan loe,gue bisa ngeliat dia ketawa. Jujur,dia sedih banget kalo haru LDR,dan itu gue nggak keberatan. Tapi kedekatan kalian itu udah lebih dibatas kewajaran. Gue takutin dia bakalan jatuh hati sama loe" Jelasnya

"Iya aku tau,tapi dia nggak pernah ngomong masalah hatinya."

"Iya iyalah dia nggak ngasih tau,kalo dia ngasih tau loe bakalan ngebenci dia. Karna cuma loe satu-satunya cewek yang bisa bikin Bintang bahagia di sisi dia lagi LDR."

"Aku nggak ngerti,beneran deh?"

"Loe tuh ya jadi cewek kepolosan. Gini nih. Kalo loe masih nggak ngerti apa yang gue omongin dari tadi,lebih baik loe tanya sendiri dengan orangnya. Intinya gue minta LOE JAUHIN BINTANG!!!!" Nada suaranya mulai meninggi. Akibat ulahnya tadi,kami berdua menjadi sorotan tajam mata pengunjung lain.

"Loe paham kan? Jauhin dia,oke?" Ucapnya lirih lalu pergi meninggalkan diriku seorang. Aku terdiam membisu,rasanya seperti dihempaskan dari puncak tertinggi.

Saat aku mulai menguatkan harapan ini menjadi nyata,saat itu juga harapan itu hancur seketika.

Pertahanan yang sudah kokoh ini pun runtuh seketika. Air mata yang sudah lama tak keluar akhirnya keluar juga. Aku masih tidak mengerti apa yang barusan terjadi. Aku sudah jatuh hati pada seseorang yang hatinya sudah milik orang lain. Bodoh sekali aku. Seharusnya rasa ini tidak ada.

Aku langsung berlari keluar pergi dari sini.Rasanya berat menerina kenyataan ini.

                          ••••

"Kamu kenapa ngomong kek gini sih? Maksudnya apa?" Tanyanya dengan nada tinggi,terlihat ia sedang telponan dengan seseorang.

"...."
"Aku sama Vita itu cuma temen nggak lebih. Iya emang aku pernah jalan sama dia,tapi aku cuma..."
"...."
"Kamu dengerin aku dulu dong. Aku sama dia nggak ada apa apa. Sayang,percaya deh."

Tutt..tutt
Ia langsung membanting handphone yang sudah putus sambungannya. Ia menjambak rambutnya dengan frustasi. " Aaaaa......." Teriaknya.

"Ini semua salah gue, ehhhh..." Ungkapnya sambil menghamburkan buku yang ada dimeja belajarnya.

Ditempat lain
Aku mendudukkan tubuhku di kursi taman,taman dimana tempat yang biasa aku habiskan bersama Bintang. Aku tersenyum tipis mengingat kejadian dahulu. Seakan bayangan itu hadir disini,dan aku sebagai penontonnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 05, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kalimat dalam DiamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang