INAG Ten : The Truth

400 36 6
                                    

"Gemma, sebenarnya ... Bibiku yang mana?" ucap Harry setelah semuanya terlihat tenang. Seingat Harry, Bibinya tinggal di luar negeri, dan juga ...

Bibinya hanya satu.

"Ya, beliau adalah anak dari sahabat Nenek. Namun Nenek sudah menganggapnya sebagai anak sendiri," ucap Gemma setelah menyeka air matanya. Harry membulatkan bibirnya dan mengangguk; mengerti.

Seberapa jarang aku datang ke sini hingga aku tak tahu bahwa ada Bibi-Bibi yang lain? Pikir Harry lalu ia terkekeh sendiri.

Tiba-tiba, Anne mendatangi Harry dan Gemma. Ia duduk di sebelah Harry.

"Hm, bisakah malam ini kita menginap di rumah ini saja? Ibu sedikit khawatir dengan Nenek, dia sangat sedih, tampaknya," katanya sembari menepuk-nepuk pundak Harry.

"Bu, besok aku harus sekolah...." balas Harry. Anne mengulas senyum tipis, "kau bisa belajar disini, bukan?"

Harry menghela napas lalu mengangguk.

***

"Harry, nanti saudara seumuranmu akan datang. Ia lelaki, kuharap kau bisa bermain dengan-nya." Sam—Kakek Harry— menepuk pundak Harry. Harry menoleh kearahnya lalu menyunggingkan senyum.

Iya, kalau dia bisa mencairkan suasana, gumam Harry. Ia selalu bermasalah dalam hal bersosialisasi. Walaupun ia sangat terkenal dan banyak penggemar, temannya hanya satu; Taylor. Dan sekarang, Taylor bukan teman baginya.

Setelah berbincang cukup lama dengan Sam, Harry dikejutkan oleh suara yang dikenal olehnya.

"Kakek!" Terselip nada penuh kesedihan didalamnya. Harry menoleh, dan mendapati Louis dengan wajah murungnya.

Harry melunturkan senyumnya. Ia terkejut.

"Ini dia, Harry. Louis, saudaramu."

I'm Not A Gay❌Larry StylinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang