INAG Harry II

407 38 2
                                    

Aku benar-benar tidak tahu kalau sebenarnya dia adalah saudara jauhku. Bagaimana bisa? Kenapa orang yang mungkin aku suka ternyata adalah saudaraku?

Pada pertemuan pertama kami di rumah nenek ini, kami hanya saling melempar senyum. Aku mengulum senyumku hanya untuk menguatkan-nya. Karena ternyata, 'Bibiku' yang mereka maksud adalah Ibu dari Louis.

Aku menyesal untuk enggan mengunjungi tempat ini. Banyak sekali memoriku saat kecil yang membuatku tak mau sekadar mampir. Kakekku selalu membela Gemma dan aku kesal akan hal itu, hanya karena hal sekecil ini aku tidak mau mampir! Oh, aku baru sadar, aku sangat kekanakkan!

Namun, yang aku heran adalah aku tidak pernah bertemu dengan Louis sebelumnya. Rasa penasaranku akan terbalaskan karena kini di hadapanku ada Gemma.

Dengan keberanianku dan memastikan tidak ada Louis di sekitar kami, aku bertanya, "Gemma, mengapa saat kita kecil, Louis tidak pernah terlihat?"

Gemma membalasnya dengan tawa. "Kau begitu bodoh, Harry. Louis baru saja pindah dari Doncaster! Ia hanya mendatangi kota ini setahun sekali."

Aku hanya mengangguk paham. Gemma kembali sibuk dengan majalah di hadapannya. Begitu banyak hal yang kulewatkan, ternyata.

"Hai, guys. Kalian sedang apa?"

Tentu saja aku mengenali suara itu. Aku tak menggubris pertanyaannya dan Gemma pun angkat bicara. "Aku sedang membaca majalah fashion, tak tahu dengan pemuda yang sedari tadi melamun ini."

Louis tertawa mendengar perkataan Gemma. Sial, Gemma menyindirku.

Pemuda dengan rambut coklat ini mengambil posisi duduknya di sebelahku. Dengan jantung yang sudah berloncatan, aku sedikit menjauh, takut detakan jantungku terdengar olehnya. Terdengar berlebihan, tapi ini adanya.

"Harry, aku tak menyangka kita adalah saudara," ucapnya secara tiba-tiba. Aku mengangguk, "ya, aku juga."

Dengan mata sembabnya, ia terkekeh. "Kau terlihat sangat takut untuk berbicara padaku. Kau tahu? Meski ini berat, aku sudah menerima kematian ibuku. Tenang saja, aku selalu kirimkan doa untuknya sehingga aku terlihat biasa saja. Semoga kau juga, saudara."

Sungguh? Ia tak tahu kalau sebenarnya aku gugup karena aku tak mampu sedekat ini dengannya? Bagus. Ia terlihat bodoh sekarang.

"Ya," jawabku sebiasa mungkin.

"Aku tak pernah melihatmu di rumah ini sebelumnya, padahal kita saudara."

Oh, sungguh, aku baru menyadari bahwa ia sangat gemar berbincang.

"Ya, banyak hal yang tak perlu kau tahu," balasku. Gemma menurunkan majalah yang ia baca, "Harry, bisakah kau sedikit santai?"

Hm, aku salah berbicara sepertinya.

"Kau hanya datang ke sini setahun sekali, Harry pun jarang sekali mendatangi rumah ini. Mungkin itu alasannya. Atau kalian pernah bertemu namun kalian lupa." Gemma meluruskan balasanku tadi. Ia tak mau aku terlihat angkuh, mungkin. Louis pun hanya mengangguk.

"Bagaimana kalau kita pergi ke taman untuk menghirup udara segar?"

Ke taman? Bersama Louis? Bagus sekali.

I'm Not A Gay❌Larry StylinsonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang