Part 1(a)

7.9K 265 2
                                    

Sah

Sah

Sah

Alhamdulillah...

Semua orang mengucap syukur begitu pula aku dan suamiku yang baru saja mengucapkan ijab kabulnya. Aku tau pernikahan ini semua terpaksa. Semua hanya karena hutang budi dimana ayah suami ku yang merasa berhutang budi dengan ayah ku. Dan aku yang sudah berumur 29 tahun hidup sendiri menjadi bahan untuk balas budi tersebut. Bukannya aku tidak mau namun aku ragu apakah suamiku itu mau denganku? Tapi ketika dia menerima nya dengan lapang dada sisi lain dari hatiku bersorak gembira. Betapa patuh nya ia kepada ayahnya.

Malamnya aku tertegun di atas ranjang besar hotel yang menjadi tempat pesta meriah kami tadi. Aku tidak tau apakah suamiku merasa bahagia atau terbebani. Yang ku tahu sedari tadi dia baik-baik saja dan selalu tersenyum walau aku ragu bahwa senyumannya itu tulus.

"Kau mau tidur, Dima?" aku tersentak mendengar suara serak basah milik nya ; suamiku.

"Em...ohh tidak. Aku hanya menunggumu" Astaga apa yang ku ucapkan. Aku seakan akan menginginkannya.

Ia tersenyum lembut dan aku pun tertegun. "Sudah mandi kan?".

Aku mengangguk mantap dan menatapnya bingung.
"Ayo ambil wudhu kita sholat isya setelah itu dilanjutkan dengan sholat sunnah dua rakaat di malam pertama"

Aku menjadi salah tingkah aku tau itu, dan itu pasti akan terjadi.

Sholat sunnah dua raka'at di malam pertama pengantin baru. Hendaknya dua insan yang telah terikat dalam suatu janji pernikahan, mengawali bahtera hidupnya dengan kebaikan untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki. Kebahagiaan yang hakiki adalah semuanya didasarkan karena cinta kepada Allah hanya mengharapkan wajah-Nya.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, " Jika pada suatu hari kamu menikah, maka hendaklah pertama kali yang harus ditegakkan bersama adalah taat kepada Allah ." (Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir VII:209/1-2 dari Salman dan dari Ibnu 'Abbas).

Bagaimanakah hukumnya?
Syaikh Al Albani mengatakan dianjurkan bagi keduanya (suami isteri) agar melaksanakan shalat dua raka'at bersama, karena hal ini pernah dinukil dari salaf. Terdapat dua atsar yaitu:
Pertama, Dari Abu Sa'aid mantan budak Abu Usaid, beliau mengatakan,
Aku menikah dalam keadaan aku masih seorang budak, maka aku mengundang di hari pernikahanku sejumlah para sahabat Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam diantaranya ada Ibnu Mas'ud, Abu Dzar dan Hudzaifah. Abu Sa'id berkata: para sahabat radhiyallahu 'anhum memberitahukanku dan mereka berkata,

" Jika kamu masuk menemui istrimu maka shalatlah dua raka'at, kemudian mohonlah kepada Allah kebaikan yang dimasukkan kepadamu, berlindunglah kepada Allah dari keburukannya, kemudian setelah itu terserah urusanmu dan istrimu. " (HR. Ibnu Abu Syuaibah dalam Al Mushannaf, 3/401. Dan 'Abdurrazaq dalam Al-Mushannaf , 6/191. Syaikh Al Albanirahimahullahu berkomentar sanadnya shahih hingga Abu Sa'id dan beliau tertutupi periwayatannya).

Kedua, dari Syaqiq ia menceritakan, ada seorang laki-laki mendatangi 'Abdullah bin Mas'ud, namanya Abu Jarir, ia mengadukan, 'Aku menikahi seorang gadis belia yang masih perawan, aku takut pada akhirnya ia akan membenciku.' Kemudian 'Abdullah memberi nasehat,

" Sesungguhnya keharmonisan itu datangnya dari Allah dan benci itu datangnya dari setan. Setan ingin membuat kalian benci apa yang Allah halalkan bagi kalian. Karena itu, jika istrimu mendatangimu maka perintahkanlah ia agar shalat dua raka'at di belakangmu." (Adab Az Zifaaf , hal 94-98).

***

Malam itu sudah ku lalui dengan berbagai rasa. Mengingat nya justru membuat ku semakin malu dan merasakan getaran aneh di tubuhku Kulirik jam yang terletak di atas nakas tepat disamping ku. Ternyata sudah menunjukan pukul 04:00 WIB sudah mulai menjelang Subuh. Waktunya untukku membersihkan diri dan bersiap untuk melaksanakan Sholat Subuh.

TEARSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang