Tiba-tiba suamiku duduk dan mendorong tubuhku hingga terbaring ia menindihku dan mengunci pergerakan ku. Masih dalam keadaan sama-sama menangis. Ia mengusap air mata yang membasahi pipiku lalu mengecup kedua pipiku dengan lembut.
"Ternyata aku tidak salah menikahi mu. Kakak juga mencintaimu maafkan perlakuan kakak. Jangan menangis lagi, hati kakak sakit bila melihat mu menangis" segera ku lingkarkan kedua tanganku di lehernya dan menariknya kedalam pelukan ku. Tangis bahagia dan kepedihan sudah bercampur aduk ku akui betapa aku mencintai suamiku ini.
Tuhan jagalah kami
"Kakak menginginkan mu dek, semoga kali ini dia akan berkembang segera" kembali hatiku terasa sakit mendengar ucapan nya yang begitu mendambakan kehadiran seorang anak. Aku sangat tidak berguna menjadi seorang istri, aku belum bisa memberikan keturunan untuknya.
***
Author Pov
"Kenapa harus seperti ini Jodi?" Thomas meremas rambutnya kasar dan duduk menghempaskan punggungnya ke sandaran kursi.
"Maaf pak, tapi bu Novela membuat janji untuk temu makan siang di Restoran Deliza."
"Ya sudah ayo kita berangkat."
~~
Dima Pov
Aku duduk dengan lemah di samping ranjangku, masih teringat di kepalaku ketika dokter itu mengatakan sesuatu yang sangat kutakuti selama ini. Sudah tak ada gunanya lagi aku disini tak ada gunanya aku hidup bersama kak Thomas, kalau kenyataan nya aku tidak akan pernah bisa membuatnya bahagia. Nyaris lima tahun sudah dan ini jawaban yang kudapat.
Tuhan cobaan apa lagi yang kau berikan kepada ku. Begitu sayang nya kau kepadaku hingga memberikan ku banyaknya cobaan. Semoga aku dapat melaluinya agar aku mendapat hadiah indah dari mu.
"Dari hasil yang saya baca dan saya periksa, maaf sebelumnya saya harap ibu bisa menerimanya dengan lapang dada ibu terkena Disfungsi ovulasi. Kelainan pada proses pelepasan sel telur oleh ovarium /sel telur." ucapan dokter itu tidak pernah hilang dari pendengaranku.
Definisi Disfungsi ovulasi adalah sebuah kategori diagnostik yang digunakan saat ovarium seorang wanita tidak memproduksi telur normal. Kondisi ini termasuk sindrom ovarium polikistik.
Sungguh menyayat hati musibah yang kurasakan ini. Ku raih foto mesra ku dengan kak Thomas. Melihatnya tersenyum bahagia itu membuat ku semakin menangis hebat betapa aku tak sanggup melihatnya bersedih. Sudah cukup air matanya yang keluar pada malam tadi.
***
Satu minggu sudah sejak kejadian dimana dokter mengatakan bahwa aku tidak bisa menghasilkan keturunan. Keadaan kami baik-baik saja tidak ada yang berubah, justru kami malah semakin mesra dan bertambah intim. Aku bahagia sangat bahagia sudah lama sekali aku merindukan saat-saat seperti ini. Dimana dia yang selalu bermanja-manja kepada ku.
"Dek..." aku terkejut ketika suamiku memanggilku dengan lembut namun menatap ku dengan sendu. Seakan tersirat sebuah kesedihan.
"Ya kak?" jawabku mendekatinya.
"Ada yang ingin kakak bicarakan. Tapi kakak mohon adek dengarkan dengan baik jangan potong kakak sebelum waktunya" aku mengangguk patuh.
Dia duduk bersender di sofa kamar kami memandang lurus kedepan.
"Dulu dua belas tahun yang lalu saat dimana kakak belum menjadi seorang muslim kakak memiliki seorang pacar. Kami menjalin hubungan sudah lima tahun lamanya. Dia seorang muslim tapi tidak setaat dirimu. Kami terpisah karena ayahnya tidak merestui perbedaan kami. Tepat saat umur kakak dan pacar kakak 18 tahun orang tua nya mendatangi kakak dan mengatakan 'jika masih ingin bersama anakku maka pindah lah ke agama kami. Sanggupkah kau? Tidak bukan? Begitu juga anakku'. Itu katanya" aku terdiam mendengarnya ada sisi dari dalam diriku yang tiba-tiba saja bergejolak tak terima.
![](https://img.wattpad.com/cover/98132596-288-k756183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TEARS
Short Story17+ Menceritakan kisah rumah tangga yang pelik dan penuh lika-liku. Ada Sequelnya.. Jangan lupa cek work yaaa :)