🍁 : Long Time No See!

103 7 0
                                    

Sept, 11st. Zelane Cafe.

Dentingan jarum jam memecah keheningan diantara dua orang itu. Pikiran mereka entah melayang kemana, yang jelas keduanya masih berkutat dengan pikirannya masing-masing. Tak ada inisiatif dari keduanya untuk memulai obrolan.

Sebenarnya, si-lelaki ingin memulai obrolannya lebih dulu. Tapi ia bingung entah harus dari mana memulai percakapan dengan gadis yang berada di hadapannya.

"Luna." Satu kata lolos dari bibir si lelaki.

Merasa namanya dipanggil, gadis itu, Luna, mengangkat kepanya, memusatkan perhatian pada lelaki dihadapannya setelah sebelumnya ia hanya memperhatikan ice capucchino-nya saja.

"Long time no see-." Gadis itu memilih diam, menunggu sang lawan bicara melanjutkan pembicaraannya.
"Gimana kabar lo?" lanjut lelaki itu.

Luna melepasan sedotan yang berada pada bibirnya, dan menatap lekat-lekat sosok dihadapannya.

"Gue baik. Lo sendiri gimana Jen?" seulas senyum simpul mengiringi akhir kalimat yang Luna ucapkan. Lelaki itu balas memberi senyum singkat pada Luna sebelum menjawab. "Gue juga baik."

Setelah Jeno mengucapkan kata tersebut. Mereka kembali diterpa keheningan, dan itu membuat mereka merasa canggung karena pasalnya dulu mereka adalah sepasang kekasih yang seakan akan tak kehabisan bahan untuk diobrolkan, tapi ingat itu dulu, sebelum mereka memutuskan hubungannya dan Jeno pergi dari kehidupan Luna.

"Kapan kita terakhir ketemu Al? Setahun? Dua tahun? Atau lebih dari tiga tahun?" tawa hambar mengiringi ucapan Jeno.

"Lo bahkan sama sekali gak berubah dari terakhir kita ketemu," sambungnya.

Al? Itu adalah panggilan Jeno pada Luna, sudah lama sekali Luna tak pernah mendengar panggilan seperti itu. Hanya Jeno-lah yang memanggilnya seperti itu. Sedangkan teman-temannya lebih memanggil dengan nama Luna bukan Al seperti yang diucapkan oleh Jeno, karena nama aslinya adalah Alluna. Tentu hal itu membuat kupu-kupu yang berada di perutnya berterbangan.

"Pasti lah gue gak akan berubah, lo kira gue power rangers apa?" Luna tertawa sekilas, lalu menatap lawan bicaranya. Inilah sosok yang Luna rindukan, sosok yang Luna pikir tak dapat di temuinya lagi.

Tapi perkiraannya salah, takdir mempertemukan mereka kembali, disaat Luna tengah memesan segelas ice capucchino untuk menemani dirinya yang akan mengerjakan laporan, dan siapa sangka ia bertemu dengan Jeno.

"Ngomong-ngomong, kapan lo disini? Maksud gue lo nyampe Jakarta waktu kapan?" Tanya Luna.

"Udah sekitar seminggu yang lalu, dan ternyata bokap gue kena mutasi lagi. Balik lagi dah ke Jakarta."

Luna sedikit tersentak dengan kalimat yang barusan Jeno ucapkan, jadi ayahnya dipindahkan kembali dan itu berarti..

"Jadi maksudnya lo bakal pindah lagi ke Jakarta?"

Pertanyaan yang keluar dari mulut Luna dibalas dengan anggukan singkat oleh Jeno. Jujur hal itu membuat Luna merasa aneh dan senang di dalam satu waktu.

"Tapi, besok gue harus balik lagi ke Jerman buat ngurus surat pindahan." Jeno lalu meneguk blue ocean miliknya.

"Terus disini lo bakal sekolah dimana?" Tanya Luna penasaran.

"SMA Tunas Bangsa." Jawab Jeno.

Jadi Jeno akan bersekolah di Tunas Bangsa? Wow sebuah kejutan yang sangat tidak terduga. Siapa sangka Luna akan kembali satu sekolah dengan mantan kekasih-nya itu.

Luna melirik jam tangan berwarna peach yang melingkar di lengan kirinya, ini sudah pukul empat sore. Waktunya ia pergi untuk membantu ibunya di toko. Luna lalu memasukkan novel yang berada di atas meja, novel itu masih tertutup karena Luna sama sekali tak membacanya.

"Jen, gue harus balik sekarang." Ucap Luna.

"Kok buru-buru? Ini masih sore, Al."

"Gue harus bantu Ibu di toko, sorry. Mungkin nanti kita bisa ketemu lagi? Gue duluan Jen." Luna menyampirkan tas kecil di bahu kanannya dan beranjak pergi, namun langkah itu tertahan oleh jari-jari yang mengalungi lengannya, sontak saja ia berbalik.

Rupanya Jeno yang melakukannya. Luna menatapnya seolah memberi isyarat 'Kenapa?'

"Em.. itu Al, gue bisa minta nomor handphone lo?"

"Buat apaan?"

"Buat ngajak ngedate?"

Luna terkekeh. "Nomor gue masih yang lama kok. Lo masih nyimpen kan?"

"Pasti lah gue bakalan selalu nyimpen nomor lo." Suara Jeno memasuki telinga Luna.

"Oke deh, gue balik dulu ya Jen, bye."

Luna melambaikan tangannya pada Jeno yang dibalas senyum manis olehnya. Jeno terus memandang punggung itu hingga tak terlihat oleh kedua matanya.

End.

First story. Hope u like it.
Give your comment. And dont forget to vote this weird story. 😊

Xoxo.

The Story Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang