🍁 : The First

59 6 0
                                    

Nov,16th. Classroom.

Kalila sebenarnya tidak terlalu tertarik dengan yang namanya pacaran. Selama 17 tahun masa hidupnya ia tak pernah mendekati yang namanya laki-laki, kecuali jika lelaki itu mendekatinya terlebih dahulu. Dan itupun Kalila akan bersikap tidak peduli pada mereka.

Tapi Kalila dekat dan bahkan bersahabat dengan salah satu lelaki yang cukup populer di sekolahnya, Hendery.

Untuk Kalila, Hendery adalah pengecualian dari segala bentuk tindakan masa bodohnya pada lelaki.

Kalila sebenarnya orang yang ceria, bahkan ia sering bersikap manis dihadapan teman perempuannya maupun dihadapan Hendery, tetapi ia bisa saja menjadi seseorang yang berbeda seratus delapan puluh derajat jika berhubungan dengan laki-laki lain.

Dan juga, jika dilihat-lihat banyak yang tertarik pada Kalila, karena memang ia cantik dan memiliki badah yang ideal, lelaki normal mana yang tak akan tertarik pada Kalila?

Kalila sering mengeluh ketika teman-temannya mulai membicarakan tentang pacar masing-masing, hal itu membuatnya risih, seperti saat ini ketika Tania table-mate Kalila menceritakan pacarnya.

"Lo tau ga? Kemaren Lucas ngasih gue gantungan kunci ini, lucu kan? Dia bilang ini couple." Ucapnya sambil memperlihatkan gantungan bentuk animasi berwarna pink yang Kalila akui itu lucu.

"Tan, coba sih gak usah ngomongin si Lucas terus, bosen gue dengernya." Balas Kalila kesal.

"Dih, bilang aja sirik lo sama gue. Makanya pacaran sana! Temuin tuh cowo yang cocok buat lo. Gue dukung deh. Contoh noh sama si Dejun juga oke." Tania menunjuk teman sekelas mereka yang duduk di bangku pojok dan terlihat sedang mengobrol dengan seseorang diujung telfon.

"Kan gue udah bilang, gak mau pacaran dulu, lagian si Dejun mah cuek gitu." Jawaban itu membuat Tania mengangguk setuju, karena memang benar adanya bahwa laki-laki yang mempunyai darah Chinese itu begitu cuek.

"Tapi Kal, gimana kalau sama Mark? Udah pinter, ganteng, keren, easy-going lagi. Cocok deh sama lo." Lanjutnya.

Mark? Kalila mengenal lelaki itu, lelaki yang pintar dan easy-going, ditambah ia aktif sekali jika sedang berada dikelas berbeda dengan Kalila yang kebanyakan diamnya. Ia mengenal Mark sejak lama karena pada dasarnya mereka satu sekolah ketika sekolah menengah pertama.

"Anjir gila kali lo. Kan gue udah bilang, gak mau pacaran dulu." Tegas Kalila.

"Ya ya, semerdeka lo aja deh. Btw, lo bawa headset ga? Minjem dong, lupa bawa gue."

"Bawa kok, ambil aja di tas."

"Oke." Setelah Tania menemukan headset Kalila dalam tasnya, ia bangkit dari duduknya."Gue pengen beli minum dulu ya Kal, seret banget nih tenggorokan. Ikut ga?"

"Nggak ah, mager."

Setelah kepergian Tania, Kalila duduk sendiri dimeja mereka, ia memilih mengeluarkan handphonenya untuk sekedar melihat notifikasi atau bermain game.

Sadar dengan pergerakan disampingnya, Kalila menoleh mendapati Mark duduk di bangku yang Tania tempati. Ia tersenyum singkat pada Kalila.

"Hai Kal." Sapa Mark.

"Oh, hai."

"Gue denger lo suka Shawn Mendes ya? Udah denger lagu dia yang baru?"

Kalila hanya menggeleng sesaat, lalu ia membalas pertanyaan Mark. "Belum sempet denger."

"Mau denger bareng gak?"

Entah setan apa yang memasuki tubuh Kalila, ia hanya mengangguk mengiyakan tawaran Mark. Kalila juga sebenarnya bingung tentang respon yang ia berikan, pasalnya ini adalah kali pertamanya sedekat ini dengan lelaki yang bukan Hendery.

Mark tanpa aba-aba memasangkan sebelah earphone pada telinga kiri Kalila, dan sebelahnya pada telinganya sendiri, sontak membuat Kalila terkejut, tapi reaksi itu tak berlangsung lama setelah Mark memutar lagu Shawn Mendes yang berjudul Youth.

You can't take my youth away
This soul of mine will never break
As long as I wake up today
You can't take my youth away

Sebuah lagu mengalun di telinga Kalila, menurutnya lagu ini sangat mudah sekali untuk di dengar. Maksudnya lagu ini bisa dicerna oleh telinganya, sekali dengar saja ia dapat menghapal sedikit nadanya.

"Lo suka Kal?"

Kalila hanya menangguk membalas pertanyaan Mark. Mereka berdua terhanyut dalam lagu tersebut, bahkan Mark sampai memutar dua kali. Percayalah untuk saat ini Kalila merasakan hal lain ketika berada di dekat Mark, ia merasa seperti ada gejolak aneh dalam perutnya, senang berdekatan dengan lelaki ini dan mencium aroma parfumnya yang memabukkan.

"Astaga woi, Kalila, Mark, ngapain deh? Lagi photoshoot apa shooting music video?" Ujar Tania yang tahu-tahu sudah berada di hadapan mereka berdua, tentu Kalila tak menyadarinya karena ia sibuk menghayati lagu.

"Apaan sih lo Tan, gue kan ngg-"

"Kita cocok kan?" ucap Mark memotong perkataan Kalila sambil tersenyum dan melingkarkan tangannya pada bahu Kalila.

Melihat adegan itu, Tania hanya terkekeh geli, dan segera memisahkan mereka berdua. "Udahlah, romantisannya nanti lagi, bu Lilis lagi otw. Sana lo Mark, balik ke tempat lo, hush."

Mark bergumam tak jelas sambil bangkit dari kursi Tania dan berjalan menuju kursinya yang berjarak dua kursi dibelakang Kalila dan Tania.

Ketika sampai dikursinya, ia merobek sebuah kertas dan menulis sesuatu di dalamnya. Ia tersenyum melihat kertas itu sebelum menyuruh Dena untuk memberikan pada Kalila.

Kalila sempat bingung ketika Dena memberinya sebuah kertas yang dibuat seperti burung bangau, dan menyuruhnya untuk membaca isi kertas itu.

Gue tunggu lo pulang sekolah di konic cafe, kita lanjutin obrolan tentang music dan Shawnnya yang tadi ketunda.

-Mark

Itulah isi surat yang diberikan Dena, yang ternyata ditulis Mark. Kalila berkedip beberapa kali setelah membacanya. Ini maksud Mark mengajak dia pergi ke cafe sepulang sekolah untuk apa? Oh tolonglah, Kalila terlalu bodoh untuk hal seperti ini.

Sadar akan Kalila yang sedang diam dan melamun memandangi sebuah kertas, Tania menatapnya.

"Heh, ngapain lo bengong gitu? Awas kerasukan ntar." Tania mengagetkan Kalila dengan suaranya yang terbilang cukup keras untuk keadaan kelas yang terbilang kondusif.

Kalila lantas membekap mulut Tania dengan tangannya, ia takut jika Bu Lilis akan mendengarkan perkataan mereka dan mengusir dirinya dan tentu saja Tania keluar.

"Berisik lo Tan, nanti dikeluarin Bu Lilis."

Tania mengangguk-ngangguk paham. Seolah matanya berkata 'oke ngerti, dan lepasin tangan lo,' setelah Kalila melepaskan tangannya, Tania kembali fokus pada materi yang dijelaskan bu Lilis.

Tapi berbeda dengan Tania, Kalila kembali melihat kertas itu dengan bingung, tapi tak lama sebuah senyuman kecil terbit di wajahnya.

Sepertinya Kalila akan segera menemukan seseorang yang bisa ia sebut sebagai kekasih? ㅋㅋ

End.

The Story Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang