🍁 : Bintang

49 5 0
                                    

Feb,4th. Halte Bus.

Derasnya hujan kala itu menguyur kota Jakarta di sore hari. Di sebuah halte terlihat seorang gadis sedang duduk sambil menghentak-hentakkan kakinya. Ia kesal, pasalnya sudah sekitar satu jam ia menunggu. Belum ada tanda-tanda hujan akan reda, ataupun bus datang.

Bintang Amara nama gadis itu, ia melirik sebuah jam di pergelangan tangan kirinya. Jam menunjukkan pukul 15.00 WIB. Itu tandanya 30 menit lagi ia harus sudah sampai di tempat lesnya. Tapi langit masih saja gelap.

Ia memutuskan untuk mengambil handphonenya yang berada di dalam tas, memasukkan beberapa digit angka dan menekan tombol panggil. Beberapa saat kemudian, terdengar di sebrang sana sebuah suara berat.

"Kenapa Bintang?" Itu adalah suara Surya, Ayah Bintang.

"Ayah dimana? Bisa jemput aku ga?"

"Ayah masih di kantor, kamu memang dimana?"

"Bintang dihalte yah, dekat Rs. Sirius, disini hujan yah, aku ga bawa payung, dan 30 menit lagi lesnya bakal mulai." Bintang menghela nafas kasar, ia sungguh sangat kesal.

"Kamu coba telfon bang Johnny, ayah masih ada kerjaan." Surya memutuskan telfon dengan sepihak.

Bintang menggerutu kesal. Pasalnya sebelum ia menelfon ayahnya, ia terlebih dahulu menelfon kakak laki-lakinya, Johnny. Tapi hasilnya nihil, hanya suara dari operator yang ia dengar.

Jika hujannya kecil, Bintang lebih baik menembusnya, tapi ini? Hujannya sungguh besar. Bisa-bisa ia basah kuyup ketika sampai ditempat lesnya.

Ia sungguh ingin mengutuk dirinya sendiri yang mengabaikan perintah ibunya untuk membawa payung kemana saja. Oh ibu maafin Bintang.

Beberapa menit berlalu, Bintang merasa sangat bosan. Kalau tau akan seperti ini, lebih baik ia tidak les, dan tidur di kasur kesayangannya itu atau bermain bersama Bulan, tetangganya.

Bintang memainkan aplikasi-aplikasi yang ada di handphonenya, tetapi tidak ada yang menarik sama sekali, ia memutuskan untuk mengambil earphone yang berada dalam tasnya, lalu menyambungkannya ke handphone. Ia mulai memejamkan matanya, menghayati lagu yang diputar.

Bintang merasakan cipratan kecil pada wajahnya. Dengan kasar ia membuka matanya, siapa yang telah mengganggunya? Apakah orang itu tidak tahu bahwa Bintang sedang kesal?

Ia melihat seorang laki-laki berada satu meter dihadapannya. Laki-laki itu sedang menyingkirkan butiran-butiran air hujan yang berada di hoodienya. Bodoh, kata itu yang ada di pikiran Bintang saat ini. Percuma saja dia melakukan itu, toh hoodienya sudah sangat basah.

"Maaf Kak, bisa pelan-pelan gak bersihin hoodienya? Airnya kena muka saya." Bintang bicara dengan intonasi selembut mungkin, ia sedang menahan amarahnya saat ini. Dan tidak ingin laki-laki di hadapannya itu menjadi ikut marah jika Bintang langsung menyambarnya dengan kata-kata yang kasar.

"Maaf ya, saya nggak sengaja." Laki-laki itu lantas berbalik menghadap si lawan bicara.

Melihat laki-laki itu berbalik dan menghadap dirinya, Bintang sontak terkejut. Ia tahu laki-laki itu, Jaehyun! Teman Bang Johnny. Bintang lantas tersenyum kikuk.

"Loh Bintang? Kamu ngapain hujan-hujan disini sendiri?" Jaehyun berjalan mendekat pada Bintang, dan duduk disampingnya.

"Ini kak, aku mau les tapi hujan."

Jujur, Bintang sangat mengidolakan lelaki yang ada di sampingnya ini. Siapa yang tidak tahu tentang Jung Jaehyun? Lelaki itu mempunyai segudang prestasi dari mulai akademik dan non akademik.

"Memang kamu gak di anter sama Johnny?" Ujar Jaehyun sambil melepaskan hoodienya yang sudah basah itu.

"Nggak, tadi Bang Johnny gak ada di rumah kak, terus ditelfon juga gak diangkat." Bintang mengalihkan pandangannya dari Jaehyun dan memutuskan untuk memainkan jari-jarinya. Ia gugup, tentu saja.

"Masa? Padahal dia udah pulang dari tadi, bilangnya mau nganter kamu les." Ucapan Jaehyun membuat Bintang terkejut, pasti kakaknya itu sedang bersama dengan kak Pelangi, kekasihnya. Ah mengesalkan sekali.

"Ko kakak ngga bawa mobil?" Bintang megalihkan topik pembicaraan.

"Oh, mobilnya tadi mogok disana." Jaehyun menunjukkan arah mobilnya. "Lagi dibenerin sama orang bengkel, dari pada nunggu disana, lebih baik nunggu dihalte." Sambungnya.

Bintang hanya mengangguk-nganggukkan kepalanya. Keheningan menyelimuti mereka. Bintang melirik jam tangannya, sudah pukul 15.20, berarti 10 menit lagi waktu tersisa, dan hujan sudah mulai menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.

Bintang memasukkan earphone yang tadi dipakainya ke dalam tas, dan bersiap-siap untuk pergi. Ia melirik Jaehyun sekilas, lelaki itu tengah asyik dengan handphonenya.

"Kak Jae, Bintang pamit duluan ya, soalnya bentar lagi lesnya bakal mulai." Bintang beranjak dari tempatnya.

Jaehyun menarik pelan lengan bintang. "Bareng aja Bintang, nanti saya anterin kamu ke tempat les." Setelah Jaehyun berujar, sebuah mobil berhenti tepat di hadapan mereka.

"Nah itu mobil saya sudah selesai, ayo saya antar."

Bintang bergeming ditempatnya, ia bingung. Jika ia ikut dengan Jaehyun, rasanya tak enak merepotkan laki-laki itu. Dan jika ia tidak ikut, maka ia akan datang di tempat les dengan baju yang basah.

"Ayo, kamu kelamaan mikirnya." Jaehyun menarik lengan Bintang menuju mobilnya dan membukakan pintu depan untuk dimasuki oleh Bintang. Dengan sedikit berat hati Bintang masuk ke dalam mobil Jaehyun.

Sebenarnya Bintang bukan hanya mengidolakan Jaehyun, tetapi ia menyukai laki-laki itu. Berawal dari kunjungan pertama Jaehyun ke rumah Bintang untuk mengerjakan Tugas dengan Johnny, gadis itu sudah menyukai Jaehyun.

Namun sayang, harapan bintang untuk bersama dengan Jaehyun hanyalah angan belaka. Toh lelaki itu sudah memberikan hatinya untuk perempuan lain. Dia Mentari Amalthea, atau lebih sering dipanggil Tari, kakak senior Bintang di sekolah dan satu angkatan dengan Jaehyun.

Saat ini Bintang hanyalah menikmati perjalanan menuju tempat lesnya bersama Jaehyun. Tidak, Bintang tidak akan berharap lebih atas kejadian ini. Dia cukup bersyukur hanya dengan melihat Jaehyun bahagia. Itu saja sudah cukup bagi Bintang.

End.

Ini sebenernya terinspirasi pas aku mau berangkat les terus kejebak hujan ㅋㅋㅋㅋ

The Story Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang